Thursday 2 October 2014

Antara Kenangan dan Kenyataan

Entah suamiku itu tahu atau tidak, karena sejak kami membina hubungan sebatas teman tetapi layaknya orang yang berpacaran, aku sering kali tertangkap basah sedang melamun sambil memegangi kalung tersebut, bahkan hingga saat ini dan aku simpulkan bahwa Suamiku tahu itu tetapi tidak menanyakan lebih lanjut untuk membahasnya, karena dia juga pernah bilang, sebuah kenangan bisa terlahir dari kejadian yang menyakitkan, dan tidak usah dihapuskan, karena hal itu pastilah indah, hanya pemilik kenanganlah yang merasakan keindahannya, dan dia sangat berhak untuk menikmatinya, tetapi yang tak kalah penting bahwa, kita jangan terlarut terus di dalamnya, jalanilah kehidupan ini dengan penuh resiko dan tanggung jawab sebagaimana mestinya. Begitulah nasihatnya padaku, dan kata-kata itu seringkali dia lontarkan, setelah itu juga aku akan merengut manja dan memeluk sayang ke dadanya yang bidang. Diapun pasti membalas pelukan sambil mengecup Cinta di sekitar kening dengan penuh kasih sayang.

Cekreett !!

Aku menoleh ke arah pintu yang terbuka, dimana seseorang berwajah tampan tersenyum dibaliknya, suamiku…Bang Syahrir !!

“Halo cantik…Istriku sayang…sudah siap ?? aku, mamah dan yang lain tinggal nungguin kamu loh..”kata suamiku tersenyum hangat.

“Iya Sayang…bentar lagi yah…tinggal pake sepatu kok”kataku tersenyum manis, masih memegangi kalung tersebut, dia melihat tanganku yang menjawabnya sambil memegang kalung itu, dan memperlihatkan mimic wajah “Gotcha…!! Busted deh gw…^ ^”, akupun langsung reflex melepas peganganku pada kalung itu dan langsung menyengir tanda tak enak seolah-olah meminta maaf.

“Ya sudah…jangan lama-lama ya kalo ngelamun hehehe”tawanya meledek,

Aku hanya menjulurkan lidah sedikit karena malu tertangkap basah olehnya.

“Iya Sayang…maaf yah…”balasku dengan pipi merona karena malu.



Setelah pintu tertutup, aku kembali merias diri dengan cepat, akhirnya selesai dan turun menuju ruang makan. Menyantap makan malam bersama suami beserta segenap famili.

Aku sesekali menyuapi suami tercinta dan langsung banyak kata-kata godaan dari orang sekitar mengenai pengantin baru dsbnya, terutama dari adik wanitanya Bang Syahrir, sebagai pasangan baru tentu kami begitu hangat dan mesra, Ibu mertuaku juga sudah memaaafkan aku, dia sudah mengerti bahwa siapa sesungguhnya yang menjadi korban.

“Gimana sayang…enak ‘gak ayam kremesnya..??” tanya Bang Syahrir sambil menyeka sisa-sisa makanan di sekitar mulutku dengan selembar tissue.

“Hhmm…enak..enak banget…apalagi kalo desert-nya ciuman kamu” kataku dengan mengecup tangannya merespon kasih sayangnya.

Bang Syahrir mengecup kening-ku dan semua tersenyum karena melihat kami berdua begitu mesra. Setelah selesai makan malam kami berpamitan hendak kembali ke kamar, kebetulan beberapa teman Bang Syahrir juga ikut dalam perayaan besar-besaran ini, tapi teman-temanku tidak, teman-teman Bang Syahrir lebih dekat dengan keluarga Bang Syahrir karena sering menginap bermain gitar Akustik di rumahnya.

“Rir…Istri sih istri…tapi inget anak orang jangan kasar-kasar hehehe..”ledek Didi salah satu teman Bang Syahrir.

“Hehehe sialan luh…”jawab Bang Syahrir sambil menyikut perut temannya itu.

Mendengar suamiku diledek teman-temannya, aku langsung menggelayut manja pada lengan Bang Syahrir yang macho itu karena dia seorang pecinta Karate, untuk membuat teman-temannya iri padanya. Setelah itu kami berlalu meninggalkan mereka, di depan tangga Bang Syahrir tiba-tiba mengangkat tubuhku yang mungil jika dibandingkan dengan tubuhnya itu, pria normal pun kecil jika disejajarkan dengan dia, aku hanya menjerit kecil sambil memukul manja dadanya dan kuakhiri dengan tersenyum semanis mungkin, kedua tanganku bergelayut ke lehernya, menandakan sebuah kepasrahan dari seorang wanita pada lelakinya, betina ke pejantannya, istri terhadap suaminya.



Menuju ke pintu kami beradu mulut dengan mesra, sampailah kami di depan pintu, aku bertugas membuka pintu yang masih terkunci itu, tiba-tiba,

“Aaawh…iih Abang Iiiihh…Haawh”kataku manja karena dia sengaja menurunkan tubuh pada bagian leher seakan-akan menginginkan aku jatuh, walaupun aku tahu bahwa itu tak mungkin. Dia hanya tertawa senang karena berhasil meledekku.

Kami masuk ke kamar untuk melakukan ritual malam pertama, Bang Syahrir menaruhku di sisi ranjang, setelah itu dia berlutut di depanku dan mengambil sesuatu dari kantong jas hitamnya, yang berupa kotak perhiasan, bentuknya panjang dan sebagai wanita aku tahu bahwa itu adalah sebuah kalung. Aku terima pemberiannya dan kubuka, ternyata betul sebuah kalung, jauh lebih indah dari yang kukenakan saat ini, dan pasti jauh lebih mahal karena memang Bang Syahrir seorang eksekutif muda yang sukses, manager keuangan muda, tampaknya secara tak langsung dia ingin aku untuk melupakan semua kenangan, melepas dan menggantinya dengan sebuah lembaran yang baru, lembaran kehidupan yang putih bersih, dimana pada sampulnya tertulis namaku dan namanya. Itu harus dipaksakan, sebagaimana jika kita ingin mengajari anak, jika tidak bisa dengan cara halus, maka harus dengan cara kasar untuk mencambuknya, karena hidup memang keras, dan semua itu bertujuan untuk kebaikannya kelak. Begitu juga saat ini, maka aku yang langsung mengerti bergerak mencopot kalung lamaku, kalung yang diberikan oleh Mas Sudarto…yah, itulah namanya, kekasih masa SMU-ku, cinta pertamaku, lelaki yang pertama kali melindungiku bahkan mempertaruhkan nyawanya untukku. Aku menaruh kalung itu di meja, Bang Syahrir dengan gentle memakaikan kalungnya ke leher jenjangku yang berkulit putih dan mengakhiri dengan mengecup leherku penuh cinta, aku sangat menyukai pemberian Bang Syahrir suamiku, tetapi kalau boleh jujur saat itu aku masih tak rela melepas kalung Mas Darto, walaupun aku juga tak menolak pemberian kalung dari suamiku tercinta, hanya saja aku belum siap untuk betul-betul melupakan semua.



“Naaahh…kan kamu lebih cantik sayang !!”godanya,

Aku hanya menggigit bibir bawah dan tersenyum semanis mungkin ke arahnya, senang akan pemberian sang Suami, aku mengecup kening Suamiku, aku ingin dia tidak merasa resah dan khawatir bahwa aku masih mencintai lelaki lain dan kurang mencintainya, itu salah. Aku hanya belum siap untuk memilih antara kenangan dan kenyataan. Kami bergenggaman tangan, aku memajukan bibir menantang, dan kami pun berpagutan dengan panas, saling menelanjangi satu sama lain, ranjang pun bergoyang bagai ombak di lautan yang diterpa badai, suara kami bergemuruh menambah ramainya kamar pengantin bertebar bunga itu, Aku beruntung sekali mendapatkannya…Bang Syahrir seorang perjaka!! Pria yang selalu mengenakan jas layaknya eksekutif, tampan, kaya raya, pekerja mapan, baik hati, lemah lembut tutur katanya dan selalu mengalah padaku yang egois ini ternyata seorang perjaka, sebuah keberuntungan cinta yang luar biasa!! Aku yang malah merasa tidak enak terhadapnya, aku merasa tidak pantas untuknya, pria sepertinya pantas mendapatkan seorang perawan tulen yang cantik dan tak kalah mapan, baik itu harta maupun jabatan, tetapi itulah suatu bentuk keadilan Tuhan, ketetapannya tidak pernah kita ketahui sebagai manusia, aku hanya bisa bersyukur. Tidak ada tes memang untuk keperjakaan itu, tetapi aku tahu dari gerakan sex-nya yang sangat kaku, justru aku yang mengatur tempo, dia hanya tinggal menyerang secara alami dan diapun lama kelamaan terbiasa. Tetapi kuputuskan memakai gaya konvensional saja, agar prosesi persetubuhan kami lebih mudah, kuselipkan sebuah bantal di pantatku dan diapun langsung pintar menyambutnya. Malam pertamaku bersama Bang Syahrir sangatlah terasa singkat, tak terasa waktu telah menginjak tengah malam, dimana matahari malam tersenyum bulat lebar.



Aku terbangun di saat malam hendak meninggalkan gelapnya menuju cerahnya sinar pagi, mendekati waktu subuh, aku menatap sesaat ke arah Bang Syahrir yang tampak masih kelelahan, walaupun dia seorang pemula dalam hal sex, tetapi tenaganya sangat bisa menguras tenagaku dari bertahan, bahkan mampu membuatku orgasme beberapa kali, mungkin dikarenakan badannya yang tegap, jantan dan suka berolah raga kasar itu. Aku membelai sayang rambutnya, hingga pandanganku tertuju pada suatu benda di atas meja, yang tadi kutaruh saat memakai pemberian Bang Syahrir, kalung Mas Darto!! Aku mengambil kalung itu dan menggenggamnya, aku melihat kembali suamiku dan akan kuputuskan sesuatu hal yang seharusnya kuputuskan dari dulu disaat aku mengenal Bang Syahrir, yaitu meninggalkan pahitnya sebuah KENANGAN. Kuambil kimono putih hotel dan berjalan keluar, beberapa teman Bang Syahrir ternyata bergadang, mereka menyapa dan sempat meledek menggodaku mengenai asiknya malam pertama kami, aku hanya tertawa dan melayani obrolan mereka dengan singkat. Akhirnya aku berhasil keluar menuju sisi pantai, mereka sempat menanyakan aku mau kemana namun aku hanya menjawab ada perlu sedikit di lobby hotel. Aku berdiri di sebuah tembikar, menatap kosong ke gumpalan buih dilautan, aku kembali teringat seluruh kisah hidupku yang penuh lika-liku, pelik namun banyak sekali hal yang bisa dipetik. Semua hal itu yang dinamakan bumbu kehidupan, pengalaman yang bisa diajarkan kelak ke anak cucu kita sekalian, dimana isinya Suka Duka Benci Cinta Dendam Rindu Pahit Manis Hitam Putih dsb. Kalung itu kupandang di genggaman tangan kananku, Akupun melamun teringat semua kenangan, saat itu….Dimulai saat aku masih mengenyam pendidikan di bangku SMP.



***********************************

# Started with a Broken Heart,



Shekt, Joyce & aku, Novy

“Vy…cowo lu Vy…kesini lu…dari tadi gua udah curiga !!”kata Shekti sahabatku,

“Ada apaan sih…ngagetin aja..gua lagi baca !!”kataku protes,

Karena sedang bersiap-siap untuk ulangan mendadak.

“Sini ah…!!”katanya menarik lenganku paksa,

Akupun mengikuti ajakan sahabatku itu, menuju kantin terus berjalan ke belakang, di sana

ada sebuah ruangan kecil untuk menaruh obat-obatan yang dipakai ekskul palang merah, karena sedikit sekali peminat ekskulnya ruangan itu menjadi kosong, sebenarnya hanya bisa dikatakan gudang. Salah seorang sahabatku yang lain, sudah berada di depan pintu ruangan itu yang sedikit terbuka, gadis itu bernama Joyce, mulutnya meruncing sambil menunjuk-nunjuk ke arah ruangan itu, semakin kuayunkan langkah kakiku dan semakin dekat ke ruangan itu, jantungku semakin berdegup cepat, Deg…!! Aku melihat seorang pria berpakaian basket sedang mencium seorang gadis, yang kutahu mereka adalah Ebrin pacarku dan Silvy adik kelas, teman-temanku akhir-akhir ini sudah sering memberi peringatan atas kelakuan Ebrin, hanya saja saat itu aku belum melihatnya langsung dengan mata kepala sendiri, bukan aku tak percaya oleh para sahabatku.

“Eh Gila…!!”kataku dengan nada galak dan to the point.

Sontak mereka berdua kaget mendengar suaraku, tambah lagi bukan hanya ada aku,

(Damn…busted gw) dari mimik wajah Ebrin. Wajah Silvy ketakutan melihat wajah marah kakak-kakak kelasnya yang terkenal sangar itu ke arahnya, dia berani menyambut ajakan Ebrin karena memang Ebrin salah seorang siswa yang berprestasi dalam basket, kakak kelas tampan pujaan wanita saat itu.



Sebagai gadis yang pada dasarnya feminim, Aku tak lama menatap marah pada mereka, aku langsung lari menuju kelas diikuti para sahabat-sahabatku yang tahu bahwa aku akan menumpahkan air mata kekecewaan Cinta, kecewa sekali aku pada Ebrin mantan pacarku, kesucianku kuserahkan padanya, memang itu kesalahan gadis remaja masa kini, tetapi sebagai wanita aku selalu bermimpi dia akan selalu setia padaku selama-lamanya, buaya itu malah mencampakkanku mentah-mentah, dan dalam waktu yang singkat. Teman-temanku mencoba menenangkanku karena bel istirahat hendak berbunyi,

Betul saja, Teng !! Teng !! Teng !! Bel pun berdentang. Aku mencoba menghapus semua cairan yang membasahi sekujur wajahku, karena bukan hanya ada lelehan air mata yang mengalir. Teman-temanku juga berebutan memberikan aku tissue dan sejenisnya, Guru sempat menanyakan karena wajahku babak belur, aku hanya bisa berdalih tidak sehat, dan saat itu juga aku diijinkan pulang sekolah, syukurlah karena saat itu ingin ulangan, bisa-bisa jeblok nilaiku gara-gara hal yang tak bisa diputar balik. Menurut khabar, para sahabatku mendatangi kelas Silvy saat pulang sekolah, menerornya habis-habisan hingga dia juga menangis, sejak itu pula tidak ada yang berani memacari Ebrin mantanku, dia mencari gadis lain di luar sekolah.



********************************

# Ended to be a broken bitches,

Sejak saat itu aku berubah, di antara kedua sahabatku ini yang paling badung sebenarnya Joyce, kami bertiga bertemu saat kelas 1 dan terus menjadi sahabat hingga kelas 3, bukan karena wajah kami bertiga blasteran, kami hanya nyambung dan cocok saja saat bercanda ria. Joyce sudah merokok saat itu, kami berdua hanya meledek dengan batuk-batuk jika si Joyce baru saja mengambil Zippo dari tasnya, dan dia hanya protes,

“Belum juga dinyalain..!!”omelnya pada kami sambil tersenyum, tahu bahwa sahabatnya sedang meledeknya karena tidak suka dengan asap rokoknya, setelah itu dia tetap akan menyalakan, menghisap dan menghembuskannya sengaja ke arah aku dan Shekti.

Kejadian itu merubah perangaiku, aku juga ikut merokok bahkan Shekti pun juga, karena merasa se-geng otomatis pergaulan menyeretnya. Bahkan yang tadinya aku ini dikenal dikelas dengan siswi berprestasi, dengan berlalunya waktu merasakan patah hati semua itu luntur. Ibuku sempat memarahi perubahan itu, dia mengomel-omel dengan keluhan mencari uang susah, uang bayaran sekolah sekarang mahal, dsb. Saat itu aku belum tahu bagaimana perjuangan keras orang tuaku dalam menghidupi kami, yang hutang sana hutang sini untuk mencari sesuap nasi dan uang sekolahku, pada saat itu persis setahun setelah krisis moneter pertama sekitar tahun ‘98, dimana banyak Perusahaan besar yang bangkrut, PHK dimana-mana, hingga usaha kecil seperti papa-ku pun gulung tikar. Aku malah berpaling dan mementingkan hal yang sama sekali tidak perlu. Aku berbincang sambil menghisap rokok bersama kedua sahabatku di bagian belakang sekolah,

“Nov..lu ga bisa lah begini terus…mending lu luapin aja ke suatu hal”kata Joyce.

“Suatu hal gimana Huff…”jawabku sambil meniupkan asap rokok hingga mengepul.

“Ya kaya gua aja hehehe jadi lega loh…”saran Joyce.

“Gila lu Jo…”kata Shekti yang tahu maksudnya,.

Joyce pernah mengalami masa patah hati sepertiku saat ini sekitar 2 tahun yang lalu, saat ini kami kelas 3 SMU, dia lebih dulu mengalami hal ini, dan waktu itu kami berdua yang menghiburnya, hal yang serupa juga dialami Shekti setahun setelahnya. Mereka berdua meluapkan masalah mereka pada sex bebas, Joyce saat itu menghampiri Pak Martaba satpam sekolah dan bercinta habis-habisan, satpam sekolah itu tentu ho-oh saja diajak bugil dan fly to the sky oleh gadis SMP blasteran macam Joyce yang cantik Indo, dan sejak saat itu pula hingga kini mereka masih sering melakukan hal itu kapanpun dan dimanapun.



Begitu pula Shekti dengan Pak Ismet tukang sapu sekolah kami yang juga mengurusi kebun, tidak jarang aku atau Joyce menangkap basahnya sedang meng-oral Pak Ismet, tukang kebun itu sangat menyukai sekali dengan keahlian Shekti yang satu itu, short time sex mereka pasti hal ini. Shekti memang terkenal dengan wajah manis dan bibir tipis seksinya yang seringkali dihiasi lipgloss pink, sebab itulah Pak Ismet seringkali sange berat dengan sepongan mulut ajaib Shekti. Tadinya Shekti yang dengan nakal menggoda Pak Ismet, tetapi sekarang malah jadi dia yang sering diseret Pak Ismet untuk menghisap kejantanannya hingga disuruh menelan spermanya, agar beliau terasa lebih muda dan gagah katanya berdalih mesum.

“Hhmmh…boleh juga tuh Jo..bener juga sih Ti”kataku pada Shekti,

yang sebenarnya tidak ingin kalau aku mengikuti jejak pelacur mereka, karena dari awal memang mereka berdualah yang nakal, meskipun harus kuakui juga bahwa aku bukanlah wanita yang lurus karena juga sudah melakukan sex di masa belia, hanya saja belum seliar yang dilakukan kedua sahabatku itu.

“Seru kalee…!!”tambah Joyce.

“Iya tapi sama siapa yah…??”tanyaku pada mereka.

“Hhmm itutuh…nganggur Bandot !!”sahut Joyce menunjuk ke arah Mang Udeng.

Pria berumur 50-an, hitam legam, berkumis tipis, badan sedang dalam artian tidak gendut seperti Pak Ismet gaco’an Shekti, tetapi juga tidak segagah Pak Martaba satpam gebetan Joyce itu. Pak Ismet berumur 45-an sementara Pak Martaba atau Baba berumur 40-an. Joyce blasteran U.K England, ayahnya yang sering pulang pergi itu jarang mengawasi anak gadisnya, sementara ibunya sibuk arisan dan suka main gigolo, bisa dibilang Joyce gadis broken home, kedua orang tuanya sudah jarang berbicara walaupun bergelimangan harta benda, itulah yang membuatnya menjadi gadis nakal, sedangkan Shekti blasteran Kanada, orang tuanya tak jauh beda dengan Joyce, hanya saja ayah Shekti tidak sering pulang pergi, tetapi seringkali ribut dan bertengkar dari sebuah hal yang tidak perlu, jika aku dan Joyce main ke rumahnya, pasti hal ini kami temui. Keadaan kami hampir sama.



Sedangkan aku yang bernama Novy Andhiny seorang gadis pribumi, ibuku asli Bogor, setelah dinikahi ayahku yang asli Jakarta, mereka pindah dan menetap di Jakarta ini, dari darah ibukulah yang membuat aku memiliki kulit putih, jadi kami adalah 3 gadis berkulit putih, walaupun kulit putih kami bertiga memiliki tipe yang berbeda, kalau aku putih Asia, Joyce putih khas Eropa dan Shekti putih khas Amerika. Mang Udeng tersenyum saja melihat kami bertiga melempar pandangan ke arahnya, dia sedang memegang tempat sampah untuk memenuhi pekerjaannya sebagai pembersih WC dan tukang sampah.

“Eh eh…taruhan yuk..siapa yang bisa bikin si Udeng itu paling sange..dia pantes ditraktir dinner sama clubbing !!”kata Joyce jalang.

“Ok…siapa takut…tapi ntar kalo dia udah sange gimana??”tanya Shekti.

“Yee kan tanggungan si Novy dong…kan emang Udeng buat Novy…kitakan udah ada!!” jawab Joyce.

“Iya Nov ya…Deal nih ?!”tanya Shekti tegas.

“Oke…siapa takut !!”jawabku yang ingin segera menghilangkan stress karena cinta itu.

Joyce yang paling jalang diantara kami itu langsung mulai menggoda Mamang dengan menumpukkan kedua kaki jenjangnya seperti para pelacur yang hendak menawarkan diri, rok biru SMP-nya yang pendek itu menambah pemandangan paha Joyce, beruntungnya Mang Udeng, kali ini para pelacurnya tidak menuntut sesenpun darinya, hanya berniat mengosongkan kantung spermanya yang geleber-geleber karena berumur itu. Mang Udeng langsung menelan ludah melihat betis Joyce yang mulus itu, Udeng Jr. yang berada di selangkangan Mang Udeng langsung bangun tanpa weker, celana Mang Udeng menonjol dibagian itu, kami sebenarnya geli sekali membuatnya mupeng seperti itu, tapi mengasyikan kadang berbuat jalang seperti ini, melupakan sejenak masalah hidup.



Shekti yang tak mau kalah, berpura-pura menggaruk-garuk pahanya,

“Aduuh..kok gatel sih…” katanya sambil menahan tawa melihat Mang Udeng mulai ngos-ngosan nepsong berat.

Sruukk..!!, tiba-tiba Shekti gadis manis hypersex itu menarik ke atas rok pendek di atas lututnya hingga terlihat dua buah batang paha putih mulus milik gadis remaja, dan celana dalam yang berwarna hitam tipis menerawang tanda wanita sedang horny berat.

“Edededeh…”kata Mang Udeng langsung melepas satu tangan berpegangan pada tiang di situ agar tidak jatuh, tangan satunya masih memegangi tempat sampah.

Shekti belaga blo’on menggaruk-garuk paha putihnya itu, seolah-olah tidak ada orang, si Joyce dan aku hanya kembali menahan tawa.

(Wah giliran gue nih…gimana yah??)”pikirku dalam hati,

“Eleh eleh…lo juga gatel Ti ?kataku sengaja mengeraskan suara.

“Iya nih..”sahut Shekti juga keras, masih sambil menggaruk kedua paha putihnya.

“Kalo gua disini…”kataku, membalikkan badan, menungging dan menarik rokku ke atas, sambil berpura-pura menggaruk pantatku yang putih padat itu, Gumprang !!

“Adaawh…!!”teriak Mang Udeng, karena kakinya kejatuhan tempat sampah dari besi itu dan berputar-putar memegangi sebelah kakinya yang kesakitan, sampah pun langsung berserakan. Pegangannya pada tempat sampah langsung lepas karena lemas melihat aku menungging dan membuka rok untuk memamerkan body yang kupunya.

“Ha ha ha ha…”tawa kami bertiga penuh kegelian.

Kami langsung toss five menandakan kekompakkan kejalangan kami, sukses besar yang membuat mupeng makhluk yang dinamakan pria.

Mang Udeng langsung jatuh kelelahan karena terus berjingkrakan, aku kasihan juga pada dia dan langsung mendekatinya, kedua sahabatku malah meledekiku,

“Cie ileh…yang pedekate hahahaha”tawa Joyce meledek, dan Shekti juga menyambutnya dengan tawa manisnya.



Aku hanya berbalik ke arah mereka sambil merengut tersenyum kecil,

“Aduh Mang maaf yah…sakit gak ??”tanyaku berjongkok di dekat kakinya,

Sehingga rok-ku tersingkap dan otomatis paha putihku langsung dipelototinya.

“Aduuuhh…Neng Novy dehh…kalo becanda jangan keterlaluan dongh !”katanya sambil melirik ke dalam rok-ku, melihat celana dalam hitam super tipisku.

Dia protes tapi tidak menunjukkan kemarahannya, mungkin karena dikasih pemandangan gratis yang membuat Udeng Jr. berdiri tegak siap lari marathon itu.

“Iya Mang maafin kita yah…”kataku memohon sambil memijiti kakinya yang tertimpa tempat sampah itu. Dia menelan ludah menikmati pijitan tangan putih halusku.

“Ya udah..tapi Mamang nanya…buat apaan sih pada kaya gitu…bikin nanggung …sabun Mamang pan abis !!”katanya protes, dikiranya kami hanya ingin membuatnya onani saja.

“Hhmmm…ok deh…kalo Mamang pengen tahu…”kataku mengerlingkan mata genit.

“Jo…Ti…sini lu…!!”panggilku pada mereka.

Sahabatku itu berjalan dengan nakalnya mendekati kami, melenggak-lenggokkan pantat bagaikan seorang pelacur high class.

“Apaan Nov…kan ini jatah lu..!!”kata Joyce meledek.

“Begituannya iya ntar gue sendiri…tapi Mamang pengen kita bertiga minta maaf bukan gue sendiri”kataku.

“Ooohh…ok deh kalo gitu”jawab Joyce mengerti langsung berjongkok disampingku.

“Mang bangun Mang..!”perintah Joyce galak.

“Hah…ma..mau pada ngapain Neng ?”tanya Mamang bingung-bingung tapi horny,

Pikirannya pasti ngeres melihat kami berdua jongkok dihadapannya, dua gadis blasteran yang terkenal cantik dan seksi berlutut di hadapannya belum ditambah Shekti, walaupun dia belum tahu akan di eksekusi dengan kenikmatan seperti apa oleh kami.

“Udah ah…diri cepet…mau dikasih enak gak lu…?!”sahut Joyce galak-galak nafsuin.

Membuat Mang Udeng dikirimkan CD demo berjudul “Mari Bercinta” oleh Udeng Jr. di selangkangan karena nepsong abis, hingga membuat antrian panjang berjuta-juta sperma di penisnya yang sudah mengambil nomor urut seperti antri beras saja.



Mamang berdiri disusul Shekti berjongkok, kini aku ditengah, disebelah kiri Joyce dan di sebelah kanan Shekti, tonjolan Mang Udeng tepat dihadapanku, tanganku membuka kait celana lusuhnya, setelah terlihat reseletingnya, dengan bitchy kugigit reseleting itu dan menariknya turun, kreeett !!

Jdugg…!! “Mmph…!!” penis Mang Udeng yang sudah mengeras itu langsung keluar sangkar ingin berkenalan dengan alam barunya dan menampar wajahku. Sontak aku kaget dan menjerit kecil tetapi teredam karena masih menggigit reseleting celananya yang membuat si Joyce dan Shekti tertawa, aku langsung mencubit pantat kedua sahabatku itu karena malu, meraka hanya mengaduh. Aku menarik wajah kedua sahabatku melalui jambakan lembut pada rambut mereka, aku menarik lebih turun celana Mang Udeng beserta celana dalamnya yang bermerk “Hings”, Shekti yang menggemari oral sex itu, mendahului kami dengan meraih penis Mamang untuk mengocoknya, Joyce berinisiatif menggelitik buah zakar Mamang, aku memuntir kepala penisnya sambil memijit-mijitnya dengan jari jempol dan telunjukku. Lengkaplah sudah, Mang Udeng bagaikan raja minyak yang sedang dilayani para selir-selirnya, Joyce kadang-kadang meminta bagian untuk mengocok-ngocok batang Mamang dengan gencar, Mang Udeng blingsatan dengan kocokan Joyce yang tak kalah ahli pada Shekti, malah Joyce terkesan menunjukkan keahliannya. Kami bertiga memulai dengan menjilatinya dari buah zakar, pangkal hingga kepala penis, lidah kami bertiga menjilati masing-masing area, Mang Udeng yang mendongak keenakan sesekali menatap kebawah melihat kenakalan remaja SMP masa kini, dia memandangi wajah kami satu persatu. Kami membalas tatapannya dengan mengerlingkan mata genit, dia hanya menelan ludah dan kami spontan tertawa kecil sambil terus menjilat, bahkan ditatap Mang Udeng, Joyce langsung menjilat lidah Shekti diseberangnya, bertukar ludah bahkan mencucup pangkal penis Mamang kiri dan kanan berbarengan sambil menatap nakal ke arah Mang Udeng.



Sementara aku tetap focus mengemut dan menghisap kepala penisnya,

Sruuph…!! Hisapku kuat-kuat pada kepala penis hitamnya yang lonjong,

“Oookhh…”lenguh Mang Udeng keras,

Kepalanya mendongak keatas, penisnya mengacung tinggi dan tubuhnya bergetar nikmat.

Kami bertiga memundurkan kepala berbarengan, lalu meludahi penisnya, Cuuh…!!

Dengan horny kami bergantian mengocoknya, Mang Udeng menjulurkan lidah keenakan dan penis itu kutangkap dengan mulutku, kini batang itu kukuasai sendiri, aku memaju mundurkan mulut sambil mengocok-ngocok memutar pada pangkal batangnya seperti pemain blue film saja, lalu penis yang masih dimulut itu kuoper ke mulut Shekti yang langsung disambutnya dengan mulut terbuka, lalu dia oper lagi ke aku dan kuoper ke Joyce, terus begitu, dan terakhir karena mendengar lenguhan Mang Udeng yang sudah berat, tanda spermanya sudah antri di kepala penisnya, aku kuasai sendirian, kedua sahabatku hanya menjulurkan lidah untuk membantunya membangkitkan gairah nafsu Mamang dengan mendesah seksi bersamaan dan memusiki kocokan tanganku pada penisnya, aku juga menjulurkan lidah di depan Mang Udeng siap dicumshot (semprot sperma) di wajahku bersama kedua sahabat cantik-ku. Mang Udeng ingin mengambil alih penisnya dengan mengocoknya sendiri, tetapi Joyce dan Shekti tampak tidak mengizinkan, bagaimanapun ini hukuman berupa kenikmatan, si Joyce memegangi tangan kanan Mamang dengan tangan kirinya, dan Shekti sebaliknya. Beberapa detik kemudian, ketika tanganku sedang mengocok sambil menjilati penisnya tiba-tiba dia melenguh panjang dengan wajah mendongak ke atas, mulut hitam Mamang menceracau keenakan,

“Eeengghh..Nengh…bapakh..keluaaarhh..!!”

“Leeehh….”dengan Horny kami bertiga menjulurkan lidah sambil mendesah nikmat dan,

CROOOTTT…!! JRUOOTT !! BLAARR !! CROTT !! Cairan putih kental dan berbau khas memancar dengan derasnya membasahi wajah kami dalam kocokanku, baju sekolah kami juga otomatis kecipratan.



Kami mendesah seksi dan mengerang mengiringi erangan nikmat Mamang di setiap semburan spermanya, seakan-akan kami juga merasakan kenikmatan yang dirasakan oleh Mamang saat itu, penisnya kupompa dengan meremasnya kencang dalam genggamanku agar semua tabungan spermanya kosong, bahkan Joyce dan Shekti juga ikut-ikutan mengocok penis Mamang. Joyce malah memencet gemas kepala penis yang sedang sensitif-sensitifnya memuncrati sperma itu. Mang Udeng nampak mendesah-desah keenakan dan kelabakan. Setelah tidak ada yang keluar lagi, kami saling menjilati sperma yang membanjiri wajah, beradegan lesbian dengan beradu mulut panas, Mang Udeng yang masih kelelahan hanya menatap kami kembali bergairah, tangan kananku masih mengocok-ngocok kecil pada batang penisnya yang semakin layu itu.

“Weleh weleh…ngentot ga ngajak-ngajak lo Deng”kata pria bertubuh gempal, yang tidak lain adalah Pak Ismet.

“Wah…Non Joyce kemana aja…Bapak cariin dari tadi juga”kata pria berpakaian satpam, yang tak lain adalah Baba atau Pak Martaba.

“Pintu gerbang udah lo kunci Ba..??”tanya Pak Ismet pada Pak Martaba, agar situasi aman dalam sekolah.

“Udah ko…bisa pesta kita..wah nambah pasangan nih Met..!!”sahut Baba.

“Iya gapapa…kecuali kalo nambah Udeng doang…rugi atuh hehehe !!”kata Pak Ismet.

Mereka berdua menghampiri kami, Pak Ismet masih memegang sapu lidi di tangannya, dia sehabis menyapu di pekarangan depan karena kami saat itu berada di belakang dekat kantin sekolah,

“Eh…elu pade…gua juga baru mulai nih…!!”sahut Mang Udeng.

Pak Baba dan Pak Ismet yang telah terbiasa melakukan hal ini pada kedua sahabatku itu, langsung menurunkan celananya untuk memulai sex party dengan oral,



“Ba…gua pinjem mulut lonte lu ya…?” kata Pak Ismet kurang ajar, mengacungkan penis pada Joyce.

“Ooohh…sama-sama dah yak!!” sahut Baba yang juga mengacungkan penis pada Shekti.

Teman-temanku yang cantik namun hypersex itu, sudah biasa di lecehkan seperti itu, dan langsung menyambut dengan oral sex pada pria buruk muka di depannya.

“Weleh…Neng Joyce lonte lu Ba...?? sialan lu ga pernah ngajak-ngajak pada..!!”protes si Udeng.

“Hehehe sorry Bos…masalah laen bagi-bagi…masalah duit sama meki…nehi !!”jawab si gendut Ismet.

Sambil di oral oleh Joyce, Pak Ismet membuka kancing baju sekolahnya dari atas hingga bawah dan memelorotkannya lewat atas, sehingga tubuh Joyce yang seksi itu menjadi bahan bakar bagi nafsu birahi Mang Udeng yang baru pertama kali mengalami sex secara beramai-ramai ini. Begitu juga Shekti yang sedang di oral dan kemudian ditelanjangi Pak Baba. Mang Udeng kemudian melihat ke arahku, saking nafsunya, dia melepas celana dan baju yang ia kenakan di depan kami semua, Pak Ismet dan Pak Baba hanya tertawa maklum. Mang Udeng menaruh pakaiannya sembarangan di tempat biasanya anak-anak sekolah menongkrong dan bergosip setelah makan di kantin. Sambil bugil dia langsung menyeretku ke arah sebuah kelas yang tidak jauh dari situ dan tentunya sudah kosong, dia menuntunku dari belakang, sambil berjalan dia menyingkap rok-ku dari belakang dan mengangkatnya tinggi-tinggi, tangan hitamnya itu langsung jahil menggerayangi paha belakang dan meremas pantatku, Cuuph…!!, Sesekali tukang sampah sekolahku itu menciumnya, hingga membuatku terangsang juga dan bersedia untuk digarap sepuas-puasnya. Sesampai di kelas, aku menuju meja belajar terdekat dan menelungkup, menunggingkan pantatku tinggi-tinggi dengan seksi untuk memancing kembali birahinya yang tadi sudah tersalur melalui ejakulasinya yang pertama, Mang Udeng menyingkap naik rok-ku hingga keatas pinggang, dia melepitnya agar tidak turun saat aku tersodok-sodok, dan langsung menarik lepas celana dalamku, tukang sampah sekolahku itu meremas dan mengecup gemas pantatku memberi peringatan berupa rangsangan.



Celana dalamku direngkuhnya, Mang Udeng mencium bagian dalam celana dalamku itu dengan penuh perasaan, lalu dijilatinya bagian tengahnya yang sudah basah oleh lendir kemaluanku akibat horny. Aku semakin terangsang dengan tingkah udiknya itu, aku dan Mang Udeng sama-sama baru pertama kali mengalami sex liar ini,

“Wangi banget Neng Novy…enyak !! baru lendirnya aja udah enak, apalagi memeknya” puji si buaya berumur itu. Dia memakai celana dalamku di kepalanya sebagai topi.

(Oh Yess…!!) kagumku padanya dalam hati,

Melihat ke belakang ke arah penisnya yang belum lama menyemprotkan spermanya itu dan sekarang kembali mengacung tegak siap menembak. Saat itu aku merasa seksi sekali, aku menggerakkan kedua tanganku ke belakang, kedua jari tengahku yang lentik karena memakai kutek hitam, aku posisikan di bibir vaginaku, membuka lebar-lebar dan sengaja memamerkan padanya liang vagina yang merekah berwarna merah muda, Glekk…!!suara Mang Udeng menenggak ludah terdengar olehku dan semakin membuatku merasa seksi.

“Aaannghh…!!”desahku reflex, karena Mang Udeng tidak tahan dan menusuk vaginaku dengan jari tengah kirinya hingga masuk semua.

Tubuhku menggelinjang disertai suara desahan saat tangannya mengorek-ngorek liang vaginaku, jariku yang tadi membuka vaginaku langsung berpindah meremas ke pinggiran meja belajar sekolah itu. Mang Udeng mendekatkan wajahnya yang terlihat penuh nafsu itu ke pantatku yang menungging, tangan kanan hitamnya mengelus dan meremas pantat sebelah kananku, dengus nafas beratnya terasa di area selangkanganku. Dengusannya pindah ke bongkahan pantat kiriku, Leeph…!!

“Aauuhh…!”desahku saat di menjilati salah satu daerah sensitive wanita itu.

Tubuhku terasa panas dingin dibuatnya, dengan jilatan di pantat dan korekan jarinya yang nakal itu di vaginaku, jari itu seakan-akan ingin mengetahui apa saja isi di dalamnya.

Disapukannya dengan telak lidah kasarnya pada kulit pantat putih sekalku itu, diciumi, bahkan digigit kecil sehingga aku menjerit menerima rangsangan erotis Mang Udeng.



Dia ingin menarik lepas jarinya dari vaginaku, jari yang terdiri dari 3 (tiga) buku-buku itu mulai terlepas satu-persatu, Satu..Dua.., saat menuju ketiga, vaginaku reflex tidak rela dan menjepitnya, “Whuuaa…!”reaksinya norak, merasa jarinya terjepit kencang vaginaku yang liat namun basah itu. Aku tarik-tarikan dengannya, namun…Jleebbh…!!

“Aaannggh…!!”desahku, karena Mang Udeng mengerjaiku dengan mencoblos vaginaku dalam-dalam.



“Hak hak hak hak…”tawanya mesum karena berhasil mengerjaiku.

(Ehhm..Shiit !! si tua bangka ini pandai membangkitkan gairah…)keluhku dalam hati.

Dia mengulangi lagi dengan menarik kembali jari tengahnya, Satu..!! Dua..!! saat menuju ketiga, vaginaku kembali reflex tidak rela dan menjepitnya, Aku yang kini tengah horny bersiap-siap untuk menerima tusukannya, namun…Plooph…!!

“Aauuhh…”desahku,

Sial, Mang Udeng menarik kasar jarinya tiba-tiba sehingga membuatku tidak sanggup menahan derita birahi ini ditambah sedang horny-hornynya. Dia menghirup jarinya yang sudah berselimut lendir vaginaku.

“Hhmmh…wangi tenaaan..!!”katanya.

“Mmmhh…Enyaak..gurih rek memek Neng Novy !!”komentarnya,

Sambil mengulum jari tengahnya yang belepotan lendirku, aku balik menatapnya.

Ooh…ini sex liar pertamaku, aku baru pernah merasa seksi seperti ini, kedua sahabatku berhasil menggali bakat hypersex-ku, menanamnya bersama dalam diriku dan merubah kehidupan sex-ku seperti mereka. Bahkan Ebrin mantanku pun tidak bisa membuatku melayang, bersamanya aku memang merasa cantik karena mendapatkan salah satu cowok paling keren di sekolah, tetapi tidak membuatku merasa seksi seperti perlakuan Mang Udeng padaku. Mamang memposisikan kedua tangannya pada kedua sisi pinggangku, matanya menatap nanar pada vaginaku yang terpampang jelas, seolah-olah ingin menelannya, reflex kakiku merentang lebar siap menerima serangan mesumnya, nafas dan degup jantungku seirama semakin cepat, ketika aku melihat wajah Mang Udeng yang sama sekali tidak tampan itu mendekati vaginaku, 30 cm..20 cm..10 cm..5 cm, Hap…Nyam !!

“Iyaaaahhh….”desahku, saat dia melahap bibir vaginaku dengan ganas.



Clek..clek..clek..clek..!!

Lidah kasar Mamang keluar masuk vaginaku, aku hanya bisa mendesah dan mendesah menerima serangan birahinya. Lidahnya nakal sekali menyentil-nyentil itil-ku, mulutnya yang hitam itu mengemut vaginaku dengan penuh nafsu hewani.

Tak lama kemudian kurasakan tubuhku terbakar, aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi dan mengerang sejadi-jadinya menggeliat sambil memeluk meja erat-erat.

“Iyaaahh…!!”eranganku saat mencapai orgasme.

Crreett…Cret…Seerr…Crrt !! Erangan panjangku itu menandakan orgasmeku bersamaan dengan mengucurnya lendir cinta dari selangkanganku. Cairan yang meleleh dari vaginaku dilahapnya dengan rakus sampai terdengar suara menyeruputnya, aku mengejat-ngejat di atas meja belajar itu.

“Neng Novy…jangan tidur dulu…kontol Mamang belum ngerasain memek Neng Novy pan..!”katanya ditelingaku.

Aku merasakan penisnya di bibir vaginaku, Aaahh…tubuhku masih merasa lelah sekali sehabis orgasme barusan, dia baru ingin menyentakku lagi.

Zrreeekk…!!

“Aaaukkh…”erang kami saat penisnya menyeruak masuk vaginaku.

Mang Udeng menekan masuk penisnya paksa sehingga aku merasakan vaginaku seperti tersobek, tubuhku terbelah dua. Kepalaku yang tadinya tergeletak menyamping, langsung reflex meringis ke depan, mulutku membentuk huruf U tetapi tubuhku masih tengkurap tiduran di atas meja. Mang Udeng langsung bergerak brutal menyetubuhiku, tampaknya dia tidak perduli dengan kelelahan tubuh yang kuderita, dia ingin menggapai klimaksnya.

“Eengghh…busyeet…seret tenan memek Neng Novy…Hhuuunngghh…!!”kejannya.

“Iyyaaahh…!!”desahku, saat Mang Udeng menghentak kasar masuk penisnya.

Sambil menyentak, dia menyibak seragam belakangku hingga punggung putihku terlihat olehnya dan langsung dijilatnya, Bra-ku tidak dilepasnya agar aku tidak merasakan sakit pada payudara karena tidur bergesekan dengan meja. Jilatannya sampai kurasakan pada leher jenjangku hingga akhirnya bertemulah bibir mungilku dengan bibirnya yang tebal dan kasar itu.



Huueeekk…!!bau nafasnya sungguh tidak sedap, entah makan apa Mamang tadi pagi, tetapi lidahku tetap mengikuti permainannya dengan liar sampai ludah kami bertukar dan menetes-netes sekitar bibir. Dia berpegangan pada sisi meja depan dekat wajahku, sementara aku berpegangan di sisi belakang meja dimana bertepukan dengan paha hitam berbulunya yang penuh dengan peluh di sekujur permukaannya. Mang Udeng nampak mendekati ejakulasinya, mulutnya menceracau sambil menyentakku kasar terpental-pental hingga meja belajar yang kutiduri bergeser searah dengan sentakannya, terlihat sekali Mang Udeng ini ingin membalaskan dendam birahinya, karena tadi kakinya kubuat memar tertimpa tempat sampah, sentakan penisnya itu seolah-olah menginginkan vaginaku juga memar,

“Aaaannghh…Aaaannghh…Maanngh…Ampuunnhh…IyYaAaaAahHh…!!”

“Gila memek lu…gilaa memek luu…gilaa memek luuh…HuUuunngghh !!”lenguhnya,

Tak lama kemudian kurasakan beberapa semburan cairan kental hangat yang membanjiri liang vaginaku, yang diikuti oleh meledaknya cairan orgasmeku, Mang Udeng menikmati sisa-sisa klimaks sambil memelukku, kami berkelojotan berdua bersama-sama dibarengi dengan kejangan-kejangan di vagina dan penis masing-masing. Sisi meja pada bagian dekat vaginaku banjir sudah, lelehan lendir cinta orgasmeku dan sperma Mang Udeng membanjirinya, setelahnya Mang Udeng duduk di bangku sebelah dekat mejaku, tiba-tiba, Braaakk…!!, pintu terbuka,

“Aaahh…Aaahh…Yeesss…Fuck me…Deepeer…!!”desah Shekti,

Dia sedang digarap Pak Baba dengan gaya monyet memanjat pohon kelapa, tentu dengan postur satpamnya yang tegap kekar itu, bukan suatu hal yang sulit untuk mengangkat atau menaik turunkan tubuh Shekti, walaupun tubuh Shekti tergolong tinggi karena blasteran. Karena ini hal yang baru buatku melihat kegilaan kedua sahabatku ini, maka kupaksakan sedikit tenagaku untuk menoleh melihat kegiatan seks mereka, Pak Martaba dan Shekti melakukan posisi seks itu sambil berjalan mendekati bangku guru.



Tidak jauh dari pintu kudengar erangan Joyce dan lenguhan nikmat Pak Ismet, kulempar padangan dan betul saja, Pak Ismet sedang asyik men-doggy Joyce, gadis cantik Indo-Euro se-profile dengan Nadine Chandrawinata itu dijambak rambutnya oleh tukang sapu dan kebun sekolah itu, tangan kiri Pak Ismet menampar-nampar pantatnya yang putih sekal, wajah cantik Joyce merigis setiap kali tangan gempal Pak Ismet mendarat di bongkahan padat nan montok Joyce. Tangan kirinya sesekali juga membetot pundak Joyce kebelakang berlawanan dengan hentakan penisnya ke depan. Pak Ismet menyeringai mesum saat mata kami bertemu pandang, dia seolah-olah bangga bisa menggarap sahabat cantikku itu di depanku, memang sahabatku Joyce itu salah satu gadis incaran para cowok, hanya patah hatinyalah yang membuatnya tidak ingin memiliki pacar lagi sejak kelas 2. Pak Martaba tiba-tiba melenguh keras seperti kerbau, Shekti menjadi semakin menjerit-jerit karena vaginanya ditumbuk paksa dalam-dalam agar menjepit dan memberikannya kenikmatan, tiba-tiba Pak Martaba mendudukkan diri sehingga penisnya menghentak dalam-dalam vagina Shekti, Jleeegg…!!!

“Aaaakkhh….!!!”erangan nikmat mereka berdua,

CROOOTTT !! CROOTT !! CROTT !!

Pak Martaba mencapai klimaksnya bersamaan dengan Shekti, cairan mereka meluber dari vagina Shekti, mereka mengejat-ngejat nikmat sambil berpelukan dan bertatap-tatapan, setelahnya Pak Baba mendudukkan Shekti pada meja guru, Shekti yang merasa kelelahan langsung menyenderkan diri di dinding, duduk mengangkang memperlihatkan vaginanya yang memar kemerahan namun dipenuhi gumpalan cairan kental putih pekat yang masih meneretes keluar, Pak Baba yang masih mengenakan baju satpam tanpa celana sepotong pun juga, mengambil rokok dari kantung baju satpamnya, menyalakan dan menawarkan ke Shekti yang disambutnya, si cantik blasteran Kanada itu menaruh rokok di mulut tipis seksinya, dan Baba menyalakan api untuknya, mereka menghisap rokok dan berbincang yang aku tak dengar, Shekti mengerlingkan mata kirinya dengan genit ke arahku karena aku melihat ke vaginanya yang babak belur karena ulah penis Pak Martaba.



Kami mempertemukan senyum karena keadaan kami sama-sama porak poranda akibat oknum petugas sekolah bejat, tidak lama aku mendengar Pak Ismet menggeram seperti seekor kerbau, “Huuunngghh….!!” Tukang sapu berbadan gemuk itu mencapai ejakulasi dengan menyentak kasar sahabatku Joyce yang cantik itu dari posisi menungging doggy style hingga jatuh tengkurap ditindih tubuh gendutnya itu, Joyce hanya menjerit-jerit pasrah dengan rambut merahnya yang dijambak Pak Ismet, pantatnya yang sekal itu melekat ketat dengan perut bagian bawah Pak Ismet yang dipenuhi bulu, buah zakarnya bertemu sapa dengan bibir vagina, tukang sapu gemuk itu mengejat-ngejat keenakan, bisa dilihat dari wajahnya, kaki Joyce sampai menekuk dan menendang-nendang punggung berlemak tukang sapu tua itu. Dia terus menekan penis itu di masa ejakulasinya, Pak Ismet terus saja menggenjotkan penisnya di liang kewanitaan Joyce, dibenamkan penis gemuknya itu dalam-dalam untuk menuntaskan ejakulasinya, sambil memutar-mutar kepalanya seperti orang gila. Tukang sapu sekolah itu sampai bergidik nikmat menuntaskan ejakulasinya meneteskan sisa-sisa spermanya di dalam vagina Joyce sebelum terkapar lemas dan menindih Joyce. Tak lama kemudian, Pak Ismet pun bangkit meninggalkan Joyce sahabat cantikku yang masih terkapar, kulihat penisnya masih lemas diselimuti lendir sperma menjijikkannya yang putih pekat dan kental,

“Woi Deng…nyobain memek Novy dong…!!”kata Pak Ismet asal pada Mang Udeng.

(Ooh Crap…bakal tuker pasangan sampe kelenger nih gue ‘n temen-temen Damn..!),

Keluhku dalam hati,

“Woi woi…ntar dulu Met..lo entotin cewe lo dulu nih, Novy gue duluan si Udeng Joyce, baru elo Novy, gue Joyce, si Udeng Shekti..!!”protes Pak Martaba mengatur.

“Oh iya ya…ok deh..!!”sahut Pak Ismet mudah, tidak memikirkan kondisi tubuh kami.

“Siap Bos…asyiik !”kata Mang Udeng semangat sambil hormat, dia berlari menuju pintu luar ke arah Joyce yang terkapar, dan membangunkannya untuk dibuatnya lagi pingsan.



Pak Ismet meninggalkanku mendekati Shekti dan Pak Baba,

“Sana Ba…garap Novy…gantian…gua udah kaga sabar pengen ngentotin dia !” kata si gendut Ismet.

“Set dah…nafsu bener kagak sabar…!! Entot aja dulu nih cewe luh…enak banget lo Met memeknya..pantes lu doyan bener !!”sahut Pak Baba.

“Iya tuh Pak…si gembrot ini doyan banget ngentotin gue ampe kelenger kaya Joyce tuh!” tunjuk Shekti pada Pak Baba keluar. Dimana Joyce masih terkapar dan sedang disadarkan Mang Udeng. Pak Baba hanya tertawa melihat ke arah luar.

“Ya iyalah…Neng Shekti ini kan udah cantik memeknya seret lagi !!”pujinya mesum.

Shekti hanya tersenyum sambil menghembuskan asap rokok ke arah Pak Ismet, dan Pak Ismet hanya menyeringai dan melirik ke selangkangan Shekti yang terbuka lebar.

“Waduuh…gile lu Ba…memek Neng Shekti ampe babak belur gini !!”protes Pak Ismet.

“Ehehehe…nyori…abis enak pisan sih…”sahut Pak Baba enteng.

“Weleeh…mana banyak pejunya lagi !!”omelnya lagi.

“Ha ha ha ha…yahh..si Joyce sama Novy juga paling sama keadaannya..”kata Pak Baba membela diri.

“Ya udah…kita bersihin dulu aja ya biasa..!!”usul Pak Ismet.

“Ok deh…gua bangunin Novy dulu…!!”jawab Pak Baba.

Pak Martaba membangunkan tubuhku yang masih terasa sedikit lemas, dia memapahku untuk menuju keluar kelas, yang entah untuk apa aku tak tahu menahu, dan kemudian di dudukannya aku di lantai sebelah Joyce yang sudah pulih duduk. Kami melihat ke dalam kelas. “Yuk Neng…sini !!”. Sreet…!! tarik Pak Ismet kasar pada pergelangan kaki Shekti yang mengangkang.

“Hmmph…savar Vak !!”kata Shekti tak jelas kata-katanya, karena di bibir tipis seksinya masih terdapat rokok A Mild yang mengepul. Setelah sampai di sisi meja guru, tukang sapu sekolah itu juga memapah Shekti, tangan gempal si gendut itu memapah Shekti pada bagian paha dan melingkari punggung menangkup payudaranya. Mereka bertatap-tatapan seperti pasangan bulan madu saja, Shekti memberikan rokok yang ditangannya untuk dihisap Pak Ismet, setelah itu mereka berpagutan sampai keluar kelas.



“Yak okey…langsung nih ya !!”kata Pak Ismet.

“Ok Bos…!!”jawab Pak Baba. Aku dan Mang Udeng belum mengerti benar maksudnya.

Pak Ismet menurunkan Shekti dan berlalu meninggalkan kami, tak lama dia mengambil ember berisi air, dan menaruhnya dekat selokan (saluran air dari genteng sekolah jikalau hujan), juga botol cairan yang kutahu milik Shekti untuk pembersih kewanitaannya agar vaginanya selalu bersih dan wangi.

“Ayo lonte-lonte…!!”kata Pak Ismet dan Pak Martaba sambil menepuk tangan.

Seperti pelacur saja, Joyce dan Shekti bangun dan menyeretku, aku bingung apa maksud mereka, (Ooh Shiit !!), dalam hatiku. Shekti dan Joyce berjongkok seperti mau pipis di kamar mandi saja, mereka seperti mengambil jarak, mata jelita Joyce mengedipiku agar aku juga berposisi sama dengan mereka. Untuk solidaritas akupun mengikutinya, lalu Pak

Ismet dan Pak Baba mengambil posisi berjongkok juga di depanku dan Shekti.

“Deng…itutuh…si Joyce..lu mau gak ??”ancam Pak Ismet rakus.

“Oyaya…hehehe maklum belum mudeng (nyambung) aku…”jawab Mamang.

Pak Ismet dan Pak Baba mengambil air bergantian, membasuh vaginaku dari panasnya gesekan penis Mamang tadi, Pak Ismet juga membersihkan vagina Shekti dan kadang-kadang jari gemuknya ditusukkan ke dalam vagina Shekti hingga si manis itu mendesah seksi. Begitu juga Pak Baba melakukannya padaku, aku dan Shekti yang berpegangan di bahu mereka, hanya bisa mendesah sambil mencakar atau menancapkan kuku-kuku jari kami yang lentik ke bahu mereka, jika tusukan jari mereka terlalu dalam. Mang Udeng mengangguk-angguk tanda konek, dia juga mengambil gayung dan hendak disiramkan ke vagina Joyce yang memar dan belepotan sperma menjijikkan hasil karya Pak Ismet, namun Joyce mencegahnya, Mang Udeng bingung, dia melihat wajah Joyce mengejan cantik dan, Cuuuuurr….!! Pissing, Joyce pipis di depan Mang Udeng, tukang sampah itu hampir pingsan melihat gadis SMP, berwajah Indo, berambut sedikit pirang, cantik jelita, berkulit putih berbody aduhai, pipis di depan matanya, Jelegeerr…!! Bagaikan disambar geledek, akupun belum pernah lihat langsung, secara walaupun kami sesama wanita, Mang Udeng melotot tajam penuh nafsu, dia yang juga sudah bugil dan juga sudah mulai konak sedari tadi melihat para gadis-gadis cantik itu berjongkok, penis itu semakin mengacung tinggi.

“Huak hak hak…ajiiib…baru pernah gua liat cewek kencing…cantik pula orangnya !!” komentarnya senang mendapat pengalaman baru. Setelah selesai dia membasuhnya dan membilasnya dengan sabun pembersih kewanitaan milik Shekti yang diambil Joyce.



Para pria berumur itu tampak senang sekali memandikan vagina kami, cukup lama juga mereka membersihkannya. Mang Udeng yang baru pertama kali paling tidak tahan, dia terkadang mengangkat pinggang Joyce lalu melahap vaginanya hingga air basuhan yang ada di vaginanya kering kerontang, malah lendir vagina yang terproduksi. Selanjutnya dia menyeret Joyce ke dalam kelas untuk disetubuhinya, menyeret Joyce pun masih dengan wajahnya yang terbenam di selangkangan Joyce. Pak Ismet dan Pak Baba juga menyeret aku dan Shekti untuk kembali disetubuhi, karena masih lemas kami bertiga diposisikan menungging oleh mereka, Joyce di meja pertama dekat pintu kelas, aku ditempatku tadi deret kedua, dan si manis Shekti di deret ketiga di sebelah deretan meja guru. Aku dan teman-temanku hanya bisa mengerang-erang tak berdaya, para pejantan buruk rupa itu seperti berlomba-lomba layaknya pacuan kuda saja, vaginaku terasa dirobek oleh penis Pak Martaba, penisnya panjang sekali menyodok-nyodok vaginaku, sodokannya itu seperti ingin membelah tubuhku melalui media vagina, keadaanku ini kurasa sama dirasa oleh para sahabatku. Kami bertiga berteriak seperti orang gila, bahkan Joyce dan Shekti yang telah terbiasa dengan sex bebas seperti ini dengan mereka, tak mampu jua melayani para petugas sekolah rendahan yang haus seks itu, mereka menggebrak-gebrak meja kelas yang ditidurinya, hingga menimbulkan suara gaduh dan menggema, meramaikan suasana persengamaan kami. Rasa frustasi karena Cinta dan jengahnya kehidupan di rumah, kami lampiaskan dengan kehancuran diri, kami tidak berfikir lagi untuk masa depan, kemaluan yang seharusnya kami jaga untuk pasangan hidup terCinta kelak tak terpikirkan, semakin hancur tubuh yang kami rasakan semakin lega perasaan, hancur ya hancur, hanya kata-kata itu yang ada di benak kami, kami telah bulat, Ended to be a Broken Bitches.

“HuUuunngghh…HuUuunngghh…HuUuunngghh…HuUuunngGghh !!!”geram mereka, menyentak masuk penis sekuat tenaga, aku sudah tak kuat, kami saling menoleh melihat keadaan masing-masing sahabat, mata kami sudah sayu seksi, menuju klimaks seks, meja yang kami tiduri pun terdorong ke depan bersamaan hingga porak poranda sebagaimana vagina kami, tamparan demi tamparan keras kami terima di pantat, tidak kuat lagi maka akupun berteriak menuju orgasme, diikuti Shekti dan Joyce tak lama.

“Iyaaaahhh…Paaaakkhh….Aaaaaaaaaaakkhhhhh……!!!”erang kami lantang.

“Uwooooooooookkhhhh……!!!”Pak Ismet, Pak Baba dan Mang Udeng juga mengejang.



CROOOOTTTTS !!! CROOOTTT !! CROOTT !! CROTT !!

Dan mereka bertiga pun juga menyusul ejakulasi hampir bersamaan, tubuh kami berenam mengejat-ngejat nikmat, penis dan vagina kami mengejang-ngejang, cairan lengket dan kental itu bertemu, pertemuan antara lendir vagina dan sperma, vaginaku ngilu sekali saat disembur sperma Pak Martaba yang semprotannya kencang seperti semprotan pemadam kebakaran itu. Penis itupun tak lama berhenti berkedut-kedut berhenti memancarkan spermanya, para petugas sekolah itu akhirnya menarik lepas penisnya dan duduk berselonjoran di lantai kelas, meninggalkan kami dalam keadaan porak poranda di selangkangan dengan posisi menungging, vagina memar lebam dan penuh sperma menjijikkan. Mereka bertiga betul-betul memperlakukan kami seperti pelacurnya saja. Berbicara tak senonoh dengan kata-kata yang jorok tentang enaknya memek kami dsb. Setelah cukup tenaga, mereka bangkit dan hendak bertukar pasangan.

“Naaahh…dari tadi Bapak mau nyobain memek Neng Novy ini hak hak hak…”tawa Pak Ismet mesum. (Oooohh…crap !! ancur memek gue hari ini !!), keluhku dalam hati.

Plaaaakk…!! Plaaaakk…!!, tangan gempalnya menampari pantat sekal putihku.

Pak Ismet memasukkan paksa penisnya yang gemuk itu ke liang vaginaku, sekarang aku merasakan sesak yang dialami oleh Joyce dan Shekti tadi. Si tua gembrot itu juga tampak sesak nafas penisnya terjepit vaginaku yang katanya legit. Dia menyodokku sambil meremas pantatku dengan gemas, yang sesekali ditamparnya kasar hingga menimbulkan bercak merah bergambar telapak tangan, sementara diriku masih berpegangan pada sisi meja, dimana mejaku sudah mendorong habis meja di depannya hingga mentok ke dinding, jadi saat disodok gahar Pak Ismet menimbulkan bunyi gaduh, “Jduk...jduk..!!”.

Kami pun kembali bersenggama bersama-sama, lagi dan terus dan terus, menjadi objek pembuangan sperma, setelah keluar sperma, mereka mencabut penis dan beristirahat, lalu bertukar pasangan lagi, aku dan para sahabatku hanya pasrah menungging menjadi media pengosongan kantung sperma dan pelampiasan nafsu hewani mereka.



Pokoknya hari itu hingga sore hari dimana mentari hendak menyembunyikan senyumnya, kami berenam ngeseks tanpa mengenal waktu dan rasa lelah, vagina kami bertiga digarap hingga terasa perih karena terus menerus dipaksa menjepit dan menggesek penis mereka, punwalau pada akhirnya disembur cairan hangat dan kental sehingga membasuh lecetnya dinding vagina kami, keluar ruangan keadaan kami seperti sebuah benteng yang dirudal, berantakan dan awut-awutan, jalan kami bertiga menyeret karena perih di selangkangan, sedangkan para petugas bejat itu tertawa-tawa melihat keadaan kami, Joyce yang paling malang karena dengan keadaan itu dia harus mengantar kami pulang dengan mobilnya. Kejadian itu terus terjadi setiap hari, di samping kami juga menyukai hal itu, jadi baik itu setiap pulang sekolah, hari libur tanggal merah maupun minggu, kami selalu sex party bertiga, berpindah-pindah lokasi jika kami ingin mengganti suasana, misal : Villa Shekti, sekitar puncak Bogor, Dago Bandung, penginapan mewah Joyce di Pulau Bidadari dsb.

Tuesday 30 September 2014

Lust in Broken Home




Namaku Carline (20thn) atau biasa juga dipanggil Fei Chen, terlahir sebagai keturunan Chinese di Indonesia. aku anak kedua dari 3 bersaudara yang semuanya perempuan, ciciku Christine (22 thn), adikku Evelyn (16 thn). Seperti umumnya gadis Chinese, kulit kami bertiga sangat putih dan mulus karena aku selalu merawatnya, tapi adikku yang terkenal paling putih diantara kami bertiga. Kata orang, wajah kami bertiga sangat innocent sehingga membuat penasaran para pria yang melihatnya, dan ciciku yang tercantik diantara kami bertiga. Aku agak tomboy, adikku malah sangat feminim, ciciku terkesan cuek. Papaku pengusaha garment home industri yang cukup sukses. Keluargaku mulai berantakan sejak aku mengetahui mamaku menjadi simpanan Pak Nurdin, sopir keluarga kami dan papa mengizinkannya karena dia kena penyakit impoten 5 tahun yg lalu sehingga tidak dapat memberi kepuasan pada mama. Umur papa dan mama memang terpaut jauh 10 tahun, sekarang mama berumur 38 tahun, dulu mereka menikah diusia muda karena menurut selentingan mereka kebablasan. Mama jadi sering menginap ditempat lain bersama sopir itu, sedangkan papa menyibukkan diri dengan pekerjaannya sehingga kami, ketiga anaknya sudah terlupakan. Dirumah seringkali hanya ada kami bertiga bersama para buruh garment papa, sopir truk dan kernetnya yang kerjanya malas-malasan dirumah karena kerjanya hanya order barang seminggu sekali. kalau papa dan mama sedang tidak dirumah, mereka seringkali menggoda kami bertiga sehingga kami semua sangat ketakutan kalau bertemu mereka.

Terus terang kami bertiga sangat risih terhadap mereka yang sering melihat kami dengan pandangan menelanjangi itu. Kami hanya berani memarahi mereka kalau kami semua ada dirumah atau kalau ada papa dan mama, kalau mereka tidak ada kami semua lebih suka diam dikamar karena bila keluar kamar para buruh itu sering menggoda kami secara kurang ajar. kejadian ini tidak diketahui papa atau mama karena kami sendiri malu untuk menceritakannya. Apalagi setelah hubungan mama dan sopir kami mulai diketahui buruh-buruhku, mereka seakan mendapat angin segar untuk lebih bisa bersikap semaunya pada kami bertiga yang notabene adalah putri majikan mereka sendiri. Mereka menganggap papa sangat pelit dan suka memeras tenaga mereka, padahal bagi kami sudah merupakan keharusan untuk bekerja keras, bukan memeras karena mereka bekerja pada papa, jadi sudah seharusnya begitu. Papaku tahu hal ini, tapi keluarga kami harus mempertahankan mereka bekerja pada kami karena kebetulan daerah rumah kami dikelilingi rumah-rumah penduduk pribumi yang rata-rata kumuh, jadi bila papa memecat mereka, bukan mustahil akan memicu kerusuhan yang sasarannya tentu rumahku.

Singkat cerita, sejak aku sering memergoki mama sedang disetubuhi Pak Nurdin, aku malah jadi ingin terus menontonnya, seakan adegan live sex, aku sering mengintipnya bila mereka ada dirumah, bagiku mulanya hanya ingin membandingkan penis Albert, pacarku dengan penis pria lain dan aku sangat terkejut karena ternyata penis Pak Nurdin jauh lebih besar dibanding penis Albert. Aku masih perawan karena aku dan Albert belum berani bersetubuh, kami hanya berani melakukan oral sex. Sejak aku sering mengintip itu, gairahku seringkali bangkit terutama bila melihat pria-pria pribumi yang kekar seperti Pak Nurdin, celakanya semua buruh dirumah kami rata-rata punya perawakan yang kekar dengan kulit yang gelap menghitam, mungkin karena sering bekerja dipanas matahari, sehingga dadaku sering bergolak bila sedang dirumah. Aku tidak tahu apa reaksi cici dan adikku terhadap mama, tapi aku tidak peduli, yang jelas reaksiku menjadi horny bila melihat mereka sedang berdua dirumah. Terlebih bila buruhku bekerja, mereka terbiasa bertelanjang dada, sungguh jauh beda dari Albert yang berdada kurus rata dengan kulit putihnya. Tapi aku tidak berani bertatapan langsung dengan mereka, karena aku takut melihat kegarangan wajah mereka, aku hanya berani melihat dari jendela kamarku. Kalaupun aku keluar dari kamarku, tentu kulit mukaku menjadi merah sekali karena mereka sering menggoda dan melecehkanku dengan ucapan yang jorok.

Dahulu aku sering marah bila mereka mengolok-olokku, tapi anehnya sekarang aku malah merasa sudah biasa bila dilecehkan mereka, dadaku bergetar hebat bila mereka memandangku dengan penuh nafsu. Terbayang kembali diotakku adegan mama yang bertubuh putih dan masih kencang digumuli oleh nurdin sampai merintih-rintih, sepertinya nikmat sekali. Aku mulai berpikir ada kelainan pada diriku, tapi dorongan dalam dadaku ini sulit untuk dibendung sehingga pada akhirnya aku harus mengalah pada nafsuku sendiri. Aku mulai berani memakai rok 10 cm diatas lutut dalam rumah, padahal dulunya aku hanya memakai itu waktu jalan-jalan atau kepesta saja. Hasilnya mudah ditebak, mata para buruh-buruhku seperti mau loncat melihatku keluar kamar dengan pakaian begitu.
Dulah : ” waw, liat si amoy itu putih amat pahanya ya.. gua jadi pengen nih. hahaha”
Kodir : ” Iya, tumben ya si neng keluar pake rok pendek gitu”
Odet : “Woi, non, sering-sering dong pake rok mini gitu, putih tenan pahanya non. boleh dipegang gak nih?:
Suhe : ” gua bisa langsung ngecrot nih”
Arman : “Neng sini dong ngobrol sama kita-kita biar akrab, koq sombong banget sih”

Darahku berdesir mendengar komentar-komentar jorok mereka, tapi aku tidak berani meresponnya, aku dengan cepat berlari melintasi tempat kerja mereka diiringi tawa-tawa kurang ajar tapi anehnya lagi-lagi aku menikmatinya, terbayang dipikiranku bila aku disetubuhi mereka dengan penuh nafsu, tentu nikmat sekali. Vaginaku terasa berdenyut bila memikirkan itu. Saat aku balik kekamarku pun terdengar lagi celotehan kotor dan suit-suitan mereka. Aku segera berpikir untuk mengusir pikiran itu, bayangkan saja aku masih perawan, masa sebagai gadis suci malah mengobralnya pada pria-pria yang notabene adalah pekerjaku sendiri, sungguh sangat memalukan sekali. Aku langsung saja tertidur dikamarku, ada rasa menyesal dalam diriku. Hari berikutnya gairah itu datang kembali dan bahkan semakin tak terkendali. Aku sungguh telah menjadi gadis yang menderita exhibist, aku kegilaan memamerkan tubuhku pada pekerjaku dengan maksud supaya mereka melecehkanku, menggodaku atau bahkan agar mereka berani menyentuh tubuhku, menyetubuhiku dengan liar. Aku mulai tak dapat berpikir jernih, bahkan aku sudah tidak mempedulikan Albert. Aku seringkali menolak ajakan kencannya. Aku lebih suka dirumah terutama bila cici dan adikku sedang kuliah.

Suatu hari secara tidak sengaja aku mengintip dan menguping pembicaraan 5 orang buruhku yang kebetulan sedang membicarakanku sambil tertawa-tawa.
Odet : “Dir, gua hari ini koq belum liat neng Carline ya, padahal udah kangen liat badannya yang putih itu, aduh coba kalau gua bisa ngentotin dia, pasti enak banget kayaknya ya”
Kodir : ” Bukan cuma elu yang kepingin, gua juga udah lama pengen ngentotin si non kalau bisa sih bukan cuma Carline, tapi kakak dan adiknya juga. hahaha”
Dulah : ” Ternyata kita sama-sama punya minat ngentotin amoy ya.. hahahaha betul sekali deh, kayaknya badan mereka tu enak sekali ya buat kita gumulin seharian, putih-putih lagi, mulus pula dalamnya.hahaha”
Arman : “Ah si abang bisanya cuma ngomong aja, berani gak kalau beneran, bilang langsung sama non Carline, kali aja dia mau sama kita”
Suhe : ” Mimpi kali yee, mana ada amoy yang mau sama kita-kita, buat ngentot lagi, mustahil bang, kecuali kita yang mulai duluan ngerjain dia, biar dia juga tau rasa terlalu sombong sama kita, iya ga?”
Dulah : “Akur, sekalian kita kasi pelajaran sama bokapnya yang pelit itu, boleh aja gaji ga naek, tapi anaknya yang kita naekin. hahaha, kan adil namanya.”

Terdengar suara riuh rendah digudang tempat mereka bekerja, aku terkesima mendengarnya, serasa sumsumku mau copot dilanda gairah asing yang melanda tubuhku.
Kodir : “Tapi gimana caranya Dul, biar non Carline mau kita ewe bersama-sama, gua jadi gak tahan nih pengen melumat susunya, pasti badannya lebih putih lagi ya.. sedapp!”
Dulah : “Gimana kalau kita kasih obat perangsang aja diminumannya, trus dikamarnya kita kasih juga film porno yang maen keroyokan biar dia horny, baru kita sergap”
Arman : “Bagus juga tuh rencana, nanti biar gw rekam biar dia tutup mulut”
Odet : “Setuju, besok aja kita jalanin, gua punya obat perangsang super yang bisa bikin cewek kepingin semaleman, jangan lupa juga obat biar dia ga bunting, biar bisa kita pake terus. heheheh”
Dulah : “gua sih malah pengen buntingin tuh amoy, biar tau rasa terutama bapaknya yang pelit pasti pingsan liat anaknya kita entotin sampe bunting, malah kalau bisa semua anaknya kita buntingin, pasti rame ya dir”.
Kodir : “Wah kalo masalah bunting-buntingan gw mikir-mikir dulu deh, nanti malah kita yang kena bui, bapaknya kan banyak kenal pejabat polisi, kalau mau juga suruh aja temen-temen kita yang diterminal buat buntingin mereka, jadi bisa langsung kabur kalo ketauan, iya ga? yang penting kan kita puas ngentotin mereka”.
Odet : ” Udah deh bang, jangan ngehayal, non Carline aja belum dapet, udah mikir yang lain-lain, kita garap Carline dulu aja pas bokapnya ga dirumah, toh kayaknya tuh amoy udah pengen dientot, liat aja bajunya sekarang kan jadi berani liatin ke kita-kita, kalian sadari gak?”

Arman : “Betul juga lu det, gua koq baru sadar ya, dulu kan non Carline selalu pake celana panjang, jeans lagi kalau dirumah, lha, sekarang koq dia mau-maunya pake celana pendek dirumah, apa gak takut lagi sama kita?”
Kodir : ” hahaha bukan takut lagi mungkin man, tapi sengaja liatin sama kita.hahaha dulu ibunya juga gitu sama bang Nurdin, eh malah mau diewe, sekarang jadi kecanduan deh”
Dulah : ” dasar amoy-amoy munafik, sok kaya lagi, akhirnya malah kecanduan kontol bang nurdin, Mungkin anaknya juga bakal kayak gitu ya, kita coba besok, anaknya kan lebih muda, pasti lebih enak dibanding ibunya, siapatau malah jadi ketagihan kayak ibunya”
Odet : ” Pasti bang, udahlah kita jadiin aja rencana kita besok, kontol gua jadi tegang nih, kira-kira masih perawan gak ya si Carline itu”.
Arman : ” Ah, lu kayak gak tau aja pergaulan mereka, ke kita aja mereka nutup diri, tapi ke sesamanya kan ga, apalagi non Carline kan suka dugem sama pacarnya, pasti udah ga perawanlah…”

Aku segera kembali kekamarku, pikiranku meracau sekali mengingat obrolan mereka itu, dadaku serasa mau pecah menahan birahi yang menerpaku, tapi aku harus berpikir jernih, aku masih virgin dan aku tidak mau menyerahkan keperawananku begitu saja, tapi gairah ini seakan tidak peduli pada virginitas. Aku menutup mataku, tapi tetap tak dapat mengusir rasa itu dalam dadaku, akhirnya aku seperti kesetanan berfikir untuk besok, bukan untuk menghindari buruh-buruhku, tapi bersiap-siap menyambut apapun yang terjadi padaku. Paginya aku mandi membersihkan tubuhku lalu pergi kuliah seperti biasa pura-pura tidak tahu apa yang akan terjadi. Di kampus pun aku tidak sabar ingin cepat pulang. akhirnya jam 11 siang aku cepat-cepat memacu mobil new accordku ke rumah. Tiba dirumah aku langsung menuju kamarku, hari terasa panas sekali, dipicu gairah birahi aku berganti pakaianku, baju tanktop dan rok pendek seperti biasa kupakai. Sudah kebiasaanku minum segelas air sepulang kuliah, hari itupun aku minum segelas air putih yang sengaja sudah kusiapkan sejak pagi. Terasa segar, tapi sejam sesudahnya kepalaku menjadi pusing, aku sadar para buruhku sedang menjalankan rencananya, gairahku menjadi terbakar disela-sela panasnya udara hari itu, dadaku seakan meluap, tubuhkupun bereaksi seakan-akan tidak sabar ingin disentuh tangan-tangan kasar itu. Aku teringat film porno yang dibicarakan buruhku dan benar saja dimejaku telah ada setumpuk DVD porno, entah siapa yang menyimpannya dengan masuk kekamarku. Seakan tidak tahu aku memutar film-film itu, hampir pingsan aku menahan gejolak birahi yang melanda tubuhku, aku mulai bepikir para buruhku tentu menaruh obat perangsang pada air minumku.

Gairah yang memang sudah ada sejak semula menjadi kian bertambah dipicu perangsang dan film porno yang mereka berikan cukup untuk membuatku segera keluar kamar dan melihat para buruhku, berharap mereka cukup jantan untuk bertanggung jawab atas birahi yang mereka timbulkan padaku, karena aku masih sadar bahwa aku seorang gadis tidak boleh meminta lebih dulu apalagi masalah birahi, gengsiku masih tinggi. Jadi kubiarkan saja mata mereka melumat tubuhku ketika aku lewat gudang tempat kerja mereka, mereka bersorak ketika melihatku.
“Neng, kepanasan ya, sini dong, biar kita bukain baju neng, pasti asik”, Arman mulai menggodaku.
Mereka semua bertelanjang dada karena memang sudah kebiasaan mereka bekerja apalagi hari panas begini.
“Sini aja lah non, kita tau koq non kepanasan, kita bikin asik yuk non, mama non juga mau koq di telanjangin sama Nurdin”, Kodir yang sudah terlihat horny berusaha membujukku.
“Ada apa bang? buka aja jendelanya biar ga panas, papa kan belum beli ac buat ruangan ini”, kataku pura-pura ketus tidak mengerti.
“Non carline bukain jendelanya dong, kita udah ga kuat kepanasan nih”, Odet cengar-cengir mesum memandangku.
“Kalian tau masalah mama? gimana mulanya sampai mama bisa begitu sama Pak Nurdin?” teriakku ketika sadar ucapan mereka tadi telah menyinggung-nyinggung mama, aku sudah tidak tahan lagi menahan gejolak nafsuku.
“Sini Non, biar gua ceritain mama lu yang jadi lonte sekarang, tapi buka dulu baju lu, nanti kita ajarin juga ke Non…pasti demen deh”, teriak Dulah dengan muka garangnya.

Dengan langkah ingin tahu akupun menuruti perintah Dulah, aku masuk ke gudang tempat kerja mereka, tempat yang selama ini aku tidak berani memasukinya, kotor dan bau keringat diruangan itu.
“Heh, lu masih belum buka baju, ayo buka! atau mau kita yang bukain?”, Dulah kembali teriak seakan memberi sugesti padaku.
Keempat temannya serentak mendekatiku dan menarik tanganku
“Sini non biar abang yang buka, ga usah malu-malu ya, nanti juga non kalau ketagihan pasti mau buka sendiri”, Arman yang mulai menyentuh punggungku.
“Bang, kalau mau cerita, cerita aja, kenapa harus buka-buka baju segala”, kataku seolah mempertahankan kehormatanku.
“Harus neng!, karena kita juga tau neng Carline lagi horny, nanti kalau diceritain, neng bisa lebih horny lagi, kan lebih enak kalau sambil telanjang, kalau mau kita telanjang sama-sama aja gimana?” kodir mulai melecehkanku lagi.
Mereka rupanya sudah menebak bahwa aku sudah ingin digarap sehingga tanpa tedeng aling-aling lagi Dulah berkata, “Udahlah ga usah banyak bacot, buka cepet Non, karena kita semua mau nyoba ngentotin lu sekalian meriksa amoy kayak lu masih perawan atau ga? lu pasti bisa dipake kan?”
Seharusnya aku marah dan takut mendengarnya, tapi aku malah senang tapi pura-pura ketakutan.
“Saya masih perawan bang, jangan perkosa saya bang, ampun! Nanti papa marah”, kataku dengan wajah tegang.

Mereka tertawa bergelak mendengar kata-kataku yang terdengar aneh.
“Dasar amoy sombong, udah horny juga masih pura-pura malah bawa-bawa bapaknya segala, lu tuh malah mau kita bikin bunting tau!! harusnya lu seneng dapet hadiah anak dari kita.”
“Coba neng abang periksa apa bener nih masih perawan? duh mulusnya dada neng, pasti pentilnya merah ya”
Kodir berani meraba dadaku yang masih memakai tanktop. Anehnya aku seakan terkena hipnotis akibat sentuhan itu, aku diam saja ketika tangan-tangan kasar mereka melucuti pakaianku satupersatu hingga aku hanya mengenakan bra dan celana dalam saja.
“Bang, ampun, Fei Chen ga mau hamil, jangan bang, Fei janji gakan sombong lagi sama abang-abang”, rintihku masih pura-pura.
Rintihanku ternyata membiuat mereka semakin beringas.
“Hehehe telat neng, kontol kita udah ngaceng nih, ga kan hamil koq, abang punya obatnya”, Odet berkata sambil mulai membuka celana panjangnya, terlihat gembungan besar dalam celana dalamnya, bulu kudukku bergidik melihatnya, tapi tulangku terasa lemas sekali.
“kalo lu hamil pun apa peduli gua, lo emang harus kita bikin hamil biar ga pada sombong, ayo det sekalian buka semuanya, gila putih banget euy, mulus lagi, gua mau ngecrot banyak nih, pasti dalemnya lebih mulus lagi”, kata Odet lagi.

Secara tiba-tiba aku merasa dadaku dingin ketika Odet menarik braku sampai terlepas. mereka tertawa-tawa sambil membuka celana masing-masing.
“Buset! baru sekarang gua liat susu amoy, putih banget non! pentilnya pink lagi, pasti memek non juga pink ya”, Kodir berkata keras sekali.
Dadaku memang cuma berukuran 32B, tapi bentuknya bulat tegak menantang. Sesaat kemudian Dulah melepas celana dalamku sambil tidak henti menjilat payudaraku yang sudah mengeras.
“Non, kita maen dikamar lu aja yah, biar ada kasurnya, masa lu mau kita entotin dimeja”, Dulah berkata sambil memanggul tubuhku seperti ringan sekali.
Diiringi tertawa temannya aku beramai-ramai di gotong kekamarku lalu mereka mengunci pintu kamarku dari dalam.
“Dul, periksa dulu bener ga dia masih perawan”, Arman berkata penasaran.
“Ayo lu tengkarak diranjang lu, gua periksa dulu memek lu..”, kata Dulah.
Aku menuruti kata-kata dulah, aku telentang diatas ranjangku.
“Wah, bener kata lu dul, memeknya pink, mirip film bokep jepang, jembutnya tipis lagi, neng buka pahanya donk, biar kita semua liat memek neng”, Kodir menyuruhku mengangkang sambil tangannyapun ikut membuka pahaku.
Dengan sangat malu aku membuka kedua belah pahaku, terasa angin menyentuh lubang vaginaku. aku merasa sangat terhina dalam keadaan ini, mengangkang dan dipelototi mata buas para buruhku.Tapi dadaku sudah terbakar nafsu sehingga aku malah menikmatinya.

“Anjrit, ni amoy emang masih perawan, rejeki nomplok nih dir, memeknya udah basah gini lagi. Heh Non lu ga pernah sama pacar lu gitu?”, Dulah bertanya padaku
Aku menggeleng lemah.
“Hahaha kita beruntung amat ya dapet barang mewah gini, siapa yang mau duluan hayo?”, kata Dulah.
Suhe berkata lantang, “Ga usah rebutan, suruh aja nih amoy pilih sendiri kontol mana yang beruntung dapetin perawannya”.
Semua buruhku ternyata sudah telanjang bulat, aku merasa ini akhir masa keperawananku, terlihat penis-penis yang rata-rata hitam itu sudah tegak mengeras.
Kodir yang maju lebih dulu, ” neng, jilat dulu kontol kita ya”
Dia memasukkan penisnya dalam mulutku, terasa lain ketika aku mengoral Albert, mulutku terasa lebih penuh oleh penis Kodir yang melesak sampai tenggorokanku, lidahku terbiasa bermain dalam mulutku ketika aku mengoralnya membuat Kodir merem melek menikmatinya.
“Duh enak bener neng, udah biasa ya, gimana rasanya kontol gua? enak kan?”, Kodir meracau.
Aku merasakan aroma menyengat pada penis kodir, tapi aku menikmatinya.
” Hai, gantian donk Dir, kita-kita juga mau dikaraoke sama non Carline”, yang lain teriak-teriak minta jatah, akhirnya satu persatu penis mereka masuk dalam mulutku, sampai mulutku terasa bau aroma penis mereka.

Rupanya mereka kuat sekali karena kalau aku mengoral Albert, dalam 10 menit spermanya sudah keluar, tapi para penis buruhku ini malah terasa makin membesar dan mengeluarkan cairan pelumas dari kepala penisnya yang sudah disunat itu, sungguh berbeda dengan albert, penisnya tidak berkepala karena dia tidak disunat sehingga cairan pelumasnya masih dalam kulit penisnya. Benar-benar sensasi yang membuat darahku berdesir melihat penis-penis hitam yang mengkitat didepan wajahku. Penis Dulah yang terbesar tapi tidak sepanjang penis arman, sementara penis yang lainnya mirip-mirip, tapi tetap lebih besar dari milik albert yang hanya kira-kira 10 cm waktu ereksi. ini rata-rata bisa sampai 20 cm, duakali lipat dari segi panjangnya dan juga besarnya
“Nah non ayo pilih penis yang mana yang non mau buat pertama kalinya?”, Suhe memintaku memilih penis dari buruh-buruh yang mengelilingiku.
Aku kembali merasa terhina dengan kata-kata itu.
Aku menggeleng lemah lirih sekali aku berkata, “Yang mana aja bang, Fei udah ga tahan” tanpa sadar aku mengakuinya.
“Iya gua tau, tuh memek lu udah keliatan basah. Dir, ambil saputangan disitu, kita tutup aja matanya biar ga liat siapa yang ambil perawannya, iyakan Non, yang penting nanti kita bikin lu enak waktu diperawanin”, Dulah menyuruh Kodir, matakupun ditutup oleh saputanganku sendiri.
Farahku bergolak menikmati sensasi ini, dalam keadaan terhina aku malah tidak tahu siapa yang pertama menyetubuhiku, tanpa sadar pula aku makin membuka kedua pahaku hingga lubang vaginaku terasa sedikit terbuka. Terdengar tawa-tawa kurang ajar yang makin melecehkanku.

“Tuh kan anak pasti mirip ibunya, ni cewek bakal jadi calon lonte kita hahaha, ayo kita undi siapa yang beruntung”, terdengar suara mereka tertawa-tawa aku tidak melihat apa yang mereka lakukan tetapi sesaat kemudian terasa ada lidah yang menjilati vaginaku.
Aku semakin tidak tahan,, para buruhku seakan mau mempermainkanku, mereka tidak bersuara sama sekali sehingga aku tidak tahu saat ada benda tumpul yang berusaha menerobos vaginaku, aku tahu sesaat lagi aku akan melepas virginku, aku berusaha supaya tidak tegang dan melemaskan otot-otot tubuhku.aku merasakan penis itu berusaha menerobos vaginaku yang masih sempit tertutup.Penis itu menekan kuat sekali sampai aku merasa ada yang pedih sekali, aku mengerang kesakitan, penis yang telah terbenam itu tiba-tiba dicabut keluar dari vaginaku, perih sekali rasanya. Lalu aku merasakan penis memasuki vaginaku kembali, rasa nikmat mulai menjalari sekujur tubuhku disela-sela perihnya vaginaku.penis itu maju mundur sebentar lalu keluar lagi, lalu penis itu masuk lagi. Aku mulai sadar pastilah kelima buruhku sedang bergantian menggagahiku, karena penis ketiga ini terasa berbeda dari yang sebelumnya, begitupun dengan peniis-penis sesudahnya. Setelah kelima penis itu bergiliran memasuki lubang vaginaku, terdengar suara riuh rendah buruhku yang telah berhasil memerawaniku.
“Neng sekarang buka penutup matanya, pasti neng mau liat kan?\” aku mengangguk pelan, lalu kubuka penutup mataku.
Aku kaget sekali waktu kulihat darah merah tua mengalir diantara kedua pahaku, dipenis kelima buruhkupun ada darahku.

“Nah sekarang lu udah bebas kita entotin, hahaha lu pasti bingung siapa yang pertama tadi? mulai sekarang lu harus mau kita entotin, sekarang lu telentang lagi kayak tadi, buka mata lu lebar-lebar biar lu tau enaknya kontol kita”, Dulah dengan kasar mendorong tubuhku sampai terjengkang keatas kasurku, rupanya dia sudah ingin menggagahiku lagi.
Aku menurut saja meskipun vaginaku masih terasa sakit, diiringi sorak para buruhku aku kembali membuka kedua pahaku memperlihatkan vaginaku yang sudah berdarah.Penis Dulah begitu besar ketika menyeruak memasukiku, aku terpejam menikmatinya, aku tidak sadar telah merintih-rintih menikmatinya.
“he Non, memek lu ternyata enak juga ya, lebih enak dari memek perek terminal Dir, coba kalau semua amoy kayak lu, pasti laku dah”, Odet yang dari tadi memperhatikan kami mengelus-elus kedua putingku lalu menyedotnya.
Suhe yang bertugas memegangi kakikupun sibuk mengelus-elus kedua pahaku, sementara Dulah menindihku diantara kedua pahaku, arman sibuk mengocok-ngocok penisnya dan kodir menyuruhku mengulum penisnya. Seluruh otot ditubuhku seakan copot ketika aku merasakan arus orgasme pada vaginaku. Inikah rasanya orgasme… nikmat sekali. Dulah semakin mempercepat gerakannya, terasa penisnya sudah keras sekali dalam tubuhku, lima belas menit kemudian terasa ada aliran hangat membanjiri rahimku, rupanya Dulah sudah mencapai klimaks. Spermanya banyak sekali dirahimku sampai yang meleleh keluar vaginakupun banyak.

“Wuah bener-bener enek ni amoy, gua udah lama nungguin saat ini, anjrit banget Dir lu cobain deh”, Dulah melepaskan penisnya dari vaginaku, melelehlah sperma dulah bercampur darah dan mungkin juga cairan orgasmeku.
“Neng, sekarang giliran abang ya, Dul lu tega, memeknya udah disiram begini, dibersihin dulu ya neng”, Kata kodir sambil mengambil tisu dan mulai mengorek vaginaku.
Setelah bersih Kodir memintaku dalam posisi nungging. Aku yang sudah dikuasai birahi sudah tidak peduli siapa yang menyetubuhiku, aku hanya ingin merasakan orgasme lagi.dan lagi, pantas saja mamaku betah bersama Nurdin. Aku menuruti Kodir, lalu dia memasukkan penisnya dalam vaginaku, masih terasa ngilu pada posisi dogi ini, tapi karena vaginaku sudah licin oleh sperma dulah, penis Kodir pun berhasil memasuki vaginaku.
“hhmmmmm, bang”, aku melenguh sejadi-jadinya saat kenikmatan itu menguasai tubuhku.
Penis Kodir yang panjang bergerak maju mundur menggedor rahimku, sementara tangan-tangan jahil odet, arman dan suhe masih sibuk menggerayangi sekujur tubuhku. Tiba-tiba tubuhku mengejang saat puncak kenikmatan datang, tawapun kembali meledak dikamarku.
“Si non udah ngerasa keenakan tuh, terusin Dir, lebih dalem lagi, liat matanya sampe merem melek gitu.enak ya non?,” ucap Odet setengah melecehkanku.
Tanpa mempedulikannya aku mengangguk.
“Mmhhhh enak bang… aduuuhh”, tak terasa glombang orgasme kembali menimpaku.

Inilah keuntungan jadi wanita, bisa orgasme berulang-ulang. Penis Kodir masih saja terus menyodok-nyodok vaginaku, dia telah tahu titik lemah wanita, aku melenguh sejadi-jadinya menikmati perlakuan ini.
“Non, daripada ribut-ribut nih emut aja kontol gua”, Odet memegangi penisnya menuju mulutku.
Benar-benar tak sadar aku membuka mulutku menyambut penis Odet yang tampak berurat tegang. Dia memaju mundurkan pantatnya sehingga penisnya pun ikut maju mundur dalam mulutku.
“Non Carline keliatan cantik sekali kalo lagi kayak gini ya, liat susunya bergerak-gerak”, aku tak tahu siapa yang nyeletuk begitu.
“Neng Carline…… gua mau keluar nih, didalem ya neng”, sperma Kodir akhirnya muncrat-muncrat dalam vaginaku.
Mulutku tetap mengulum penis Odet karena gerakan odet pun semakin cepat sampai akhirnya diapun menyemprotkan spermanya dalam mulutku, terasa asin, jijik sekali.
“Telen aja non, nanti kebiasa malah jadi enak koq”, Odet rupanya tahu aku mau memuntahkan spermanya.

Aku mengangguk sambil berusaha menelan cairan spermanya yang kental. masih mending makan telor mentah pikirku karena baunya aneh sekali. Baru kali itu aku menelan sperma, dengan Albert dia selalu keluar diluar mulutku. Sekarang tubuhku sudah penuh lelehan sperma, dan Arman yang sedari tadi mengocok-ngocok penisnya mulai maju mendekatiku.
“Neng masih tetep nungging ya, gua mau coba anus lu”, kata Arman membuatku kaget sekali.
“Jangan bang, jangan lewat situ, takut”, cegahku sambil menutupi anusku dengan tangan.
Dulah terlihat menyeringai, dia sudah ada dikasurku, sambil memegangi tanganku dia berkata, “Elu nurut aja deh,biar kita jebol semua lubang dibadan lu, nanti juga lu kebiasa, jadi hari ini sekalian aja bukan cuma memek sama mulut lu tapi juga anus lu”.
Tenaga dulah sangat kuat bagiku, dalam posisi tak bisa bergerak penis Arman masuk dalam anusku, berkali-kali gagal sampai Arman meludahi anusku.
“Anjing lu susah bener”, omel Arman.
Setengah berteriak menahan sakit aku sampai menggigit bibirku.
“Tahan neng, dikit lagi”, arman terus menyodok anusku.
Dan dia berhasil menerobos anusku dan langsung orgasme karena daritadi dia sudah lama mengocok penisnya.
“Gila sempit banget nih bool, baru masuk aja gua udah ngecrot”, katanya kecewa.
Semua menertawakannya, jangan-jangan lu ga tahan lama man”.

Aku merasa lega setelah semua sudah membuang hajat najisnya. Dalam keadaan telanjang bulat aku masih telentang dikasurku dengan posisi kaki mengangkang, rasa nyeri, perih dan linu masih ada dalam vaginaku.
“hari ini neng boleh istirahatin memek neng ya, lain kali kita maennya semaleman. Mulai sekarang lu harus layanin kita semua kapanpun, dimanapun kecuali kalo lu lagi haid, itu juga lu harus buktiin dulu kalo lu bener-bener haid, Suhe ambil kanera itu cepat”, Tak lama Dulah memotret tubuh telanjangku dengan kamera digital milikku.
“Non, kamera ini kita pinjem dulu, kalo lu macem-macem, inget gua punya kamera yang isinya tubuh lu hahhahaha”, kata Dulah.
Aku menghela nafas panjang, kenapa harus begitu pikirku, tanpa kamerapun aku masih mau disetubuhi mereka, tapi ah aku tidak ambil pusing jadi kubiarkan saja mereka mengambil kamera dan mengambil foto bugilku.
“Tapi jangan sampai tersebar ya bang, Fei malu kalo sampe ketauan”, aku memohon.
“Tenang aja non, ini rahasia kita koq, ini cuma buat jaga-jaga aja”, Odet menimpaliku.
“Lah, masih takut ketauan segala, mama lu juga sekarang malah terang-terangan, Udah sekarang lu gua suntik dulu biar ga hamil, karena kita masih mau entotin lu laen kalim ayo cepat tengkurap!”, perintah Dulah, yang segera kuikuti karena akupun tidak ingin hamil oleh mereka.

Setelah disuntik aku diberi sebutir pil yang katanya supaya aku terlindungi dari penyakit. Aku tidak tahu mereka mendapat obat seperti itu darimana tapi aku tidak mau ada resiko hamil, jadi kuturuti saja anjuran mereka. Hari sudah sore, tak terasa sudah 4 jam yang lalu aku digilir para buruhku, aku masih tergolek dikamarku tanpa busana. Benar-benar pengalaman yang tak terlupakan. Aku mandi setelah cici dan adikku pulang. Sejak saat itu sikapku pada buruhku berubah 180 derajat, seakan aku sudah menjadi milik mereka. Setiap rumahku sepi, aku berani berkeliaran dirumah tanpa pakaian, dan merekapun berani memasuki kamarku, menyetubuhiku dengan bebas. Kalau aku berkunjung ke gudangpun, mereka tidak ragu lagi meraba-raba pahaku yang sengaja kuperlihatkan pada mereka, mereka pun tidak ragu lagi menyetubuhiku digudang. Demikianlah pembaca sekalian, sampai sekarang aku selalu ketagihan untuk disetubuhi. Merekapun punya jadwal tidur bersamaku. Cerita berikutnya aku membawa cici dan adikku untuk disetubuhi bersama-sama, tunggu kelanjutan cerita ini pada kesempatan berikutnya.

Hari menjelang sore ketika kudengar suara deru mobil digarasiku, tak lama kemudian ciciku Christine terlihat setengah berlari menuju kamarnya. Tak sengaja kulihat ada air menggenang dipelupuk matanya, aku tersentak beberapa saat kemudian. Ada apa dengan ciciku itu, biasanya dia tidak pernah menangis apalagi bila terlihat orang. Tanpa mempedulikan aku, dia berlari kecil kekamarnya. Dengan rasa penasaran kuikuti cici kekamarnya, aku mulai kuatir dengannya. Pelan-pelan kubuka pintu kamarnya dan terlihat ciciku itu benar-benar menangis dikasurnya. “Cici, ada apa? Kenapa nangis?” kataku sambil mendekati ciciku dan kupegang bahunya. “Fei chen…. cici putus… ” suara ciciku tercekat diantara tangisnya.


Aku sebenarnya tidak terlalu aneh mendengar hal ini karena sudah kukira hubungan mereka cepat atau lambat pasti segera berakhir. Steven nama pacar ciciku itu, dia sering kupergoki sedang kencan dengan gadis yang berbeda, Steven itu  tipe cowok mata keranjang, selama ini aku tidak berani memberitahu ciciku tentang perilaku Steven, aku tahu cici begitu berharap padanya karena disamping wajahnya yang keren, dia juga terkenal tajir, aku tidak mau melihat ciciku sedih, meskipun akhirnya sekarang ciciku sudah putus, aku pura-pura tidak tahu saja. Aku memeluk ciciku dan berusaha menghiburnya, “Sudahlah ci, mungkin Steven bukan yang
terbaik buat cici, mendingan cici lupain aja, toh semua sudah terjadi, tenang ci, masih banyak cowok yang lebih baik” kataku sambil mengusap-usap punggung ciciku. Dia masih terus menangis, tapi kubiarkan saja, dia memang butuh menangis untuk meluapkan kesedihannya, pelan-pelan
aku bertanya padanya “Ci, ada apa dengan kalian? apa yang terjadi? padahal kemarin sabtu kalian terlihat baik-baik saja, kenapa sekarang koq bisa putus tiba-tiba?” Sambil terisak ci Christine menceritakan apa yang dialaminya. Aku tidak tahu harus menulis apa untuk menceritakan kembali kata-kata ciciku buat para pembaca sekalian karena dia ceritakan itu sambil menangis dan dalam keadaan emosi. Aku tersentak kaget mendengar pengakuan ci Christine karena semua dugaanku meleset jauh. Aku jadi semakin membenci para cowok seperti Steven, apalagi setelah kudengar ternyata cicikupun sudah diperawaninya. Yah, pembaca sekalian, ciciku menceritakan Steven yang dipaksa menikah oleh keluarga pembantunya karena telah manghamili Surti, gadis 16 tahun yang menjadi pembantunya, keluarganya tentu menentang ini tapi mereka tidak bisa berbuat banyak karena ternyata keluarga Surti tidak bisa terima anaknya hamil diluar nikah. Diberi uang banyakpun keluarga Surti tetap tidak mau, malah balik mengancam keluarga Steven, dan pada akhirnya keluarga stevan harus menyerah menikahkan stevan dengan Surti sang pembantu. Semua menyayangkan kejadian ini, betapa tidak, Steven coeok ganteng,chinesse,tajir pula harus menikah dengan Surti gadis jawa pembantu rumah
tangga, sungguh Surti yang beruntung dan ciciku yang malang. Sejak putus dengan Steven, ci Christine menjadi pemurung, sering melamun dikamarnya. Aku ikut prihatin melihat keadaannya itu. Sikapnyapun berubah drastis dari cuek menjadi pemarah. Aku sudah menduga sikanya sekarang ini akan menjadi bencana baginya dikemudian hari, tapi akupun tidak berani menasihatinya karena sikapnya benar-benar meradang.
Suatu hari sepulang kuliah aku mendapati ciciku sedang memarahi Oman, sopir truk yang biasa disewa papa untuk mengangkut barang. Usep sang kernet berusaha menengahinya, tapi sia-sia malah ikut kena marah ciciku,.”Dasar goblok, liat liat dong kalau jalan, ini buku mahal sekali tau!” teriak ciciku yamg ternyata buku kuliahnya terinjak Oman waktu mengangkut barang.”Maaf neng, ga sengaja” gagap Oman dengan wajah pucat. ” Iya, maaf neng, tadi ga liat ada buku dibawah jadi ga sengaja kita injak, maaf ya” Usep tampak berusaha sesopan mungkin menghadapi ciciku yang memang sedang kalap. ” maaf-maaf enak saja kalian bilang maaf, gimana buku gua jadi kotor neh, gaji kalian saja ga cukup kalau beli buku ini, enak saja bilang maaf, makanya kalau jalan matanya dipake atau kalian ga punya mata yah! cuih! dasar orang kampung ga tau diri! udah sana pergi, jangan bengong disitu! teriak ci christin sambil meludah kearah Oman dan Usep. Keduanya segera pergi dengan wajah menahan marah. Buru-buru aku menyusul mereka untuk minta maaf “mang Oman, maaf ya tadi cici sikapnya begitu, dia memang lagi stress, jangan diambil hati” kataku. Kedua orang itu memandangku masih dengan wajah marah ” iya neng, ga apa, memang begini nasib orang kecil, cuma bilang sama kakak neng jangan meludah sembarangan, ga semua orang bisa terima diludahi begitu” jawab mereka ketus. ” Iya nanti saya sampaikan sama cici, terimakasih ya” kataku berusaha tersenyum.Memang sejak aku digauli oleh para buruhku, sikapku berubah drastis terhadap mereka, mungkin ini reaksi bawaanku sebagai seorang gadis. Sebagai gadis keturunan, aku belum dapat menerima mereka sebagai orang pribumi, tapi naluri kewanitaanku memaksaku menerima mereka sebagai pejantan yang telah memerawaniku, aku tidak ingin mereka memuaskan nafsu mereka pada wanita lain. Aku selalu ingin merasakan jamahan tangan-tangan mereka pada tubuhku. Aku sekarang terbiasa ramah pada mereka dengan catatan mereka harus merahasiakan hubungan aku dengan mereka.
Tidak terasa hari-hari berlalu dengan cepat, dua bulan sudah sejak virginku hilang, aku mulai terbiasa dengan sex bebas dirumahku sendiri tanpa terasa sakit lagi pada vaginaku. Setiap habis dipakai, Dulah selalu memberiku obat anti hamil dengan diminum atau disuntikkan pada pantatku, sedangkan Suhe selalu memberiku jamu agar vaginaku tetap sempit katanya, aku sendiri rajin senam aerobic agar bentuk tubuhku tidak berubah akibat persetubuhan itu. Tak terasa pula koleksi rekaman yang isinya adegan persetubuhanku dengan mereka mulai banyak, Arman rajin sekali mendokumentasikan sex bebas kami. Akupun selalu wanti-wanti agar rekaman itu tidak tersebar, meskipun aku meragukan kejujuran mereka. Sebenarnya aku takut sekali pada Dulah, dia sering sekali mengancamku dengan adeganku atau dengan tidak memberiku obat anti hamil untuk memeras uangku, terpaksa aku memberinya uang demi menyelamatkan nama baikku. Kadang aku kesal sekali padanya, tapi aku tidak berdaya karena ancamannya itu, aku tahu dia tidak akan ragu untuk menyebarkan rekaman itu pada teman-temannya karena pada dasarnya mereka benci sekali pada orang-orang bermata sipit sepertiku. Aku menyesal sekali dulu pernah memulai permainan ini dengan membiarkan mereka merekam semuanya, tapi sesal kemudian memang tidak berguna, kini aku seperti memakan buah simalakama, harus rela melayani para buruhku dengan sperma dalam rahimku dan aku harus mengemis untuk mendapatkan obat anti hamil dari mereka, itupun aku harus membayar mahal sekali. Para buruh itu senang sekali mengerjaiku, sialnya tubuhku ini selalu merespon ulah mereka, dan aku tidak bisa menolaknya sama sekali.
Suatu hari setelah kelima buruhku bermain sex denganku, Kodir mengeluarkan spermanya dalam anusku karena vaginaku telah penuh cairan sperma Odet dan Dulah, sementara tubuhku telah basah oleh sperma arman dan suhe. Aku tergolek tanpa busana digudang tempat kerja mereka, diatas matras busa tempat tidur mereka. ” Bang, mana obat anti hamilnya? sekarang Fei lagi masa subur, please bang, Fei chen ga mau hamil” pintaku pada mereka.dan memang saat ini
adalah masa-masa suburku. “Gua juga udah tau lu lagi masa subur, barusan memek lu ngasih tau kita semua hehehehe”
Kodir berkata sambil tetap berbaring disampingku. “Moy, kenapa lu ga mau bunting? kita-kita juga mau koq punya anak dari lu, lagian sekarang harga obatnya naik jadi gua udah ga punya cadangan lagi” Dulah menimpali omongan Kodir dan membuatku kaget setengah mati. Hamil? aku tidak mau hamil!! apalagi aku tidak tahu sperma siapa yang membuahiku tadi. ” Tolonglah bang, berapapun Fei bayar asal abang semua carii lagi obat itu buat Fei, Fei ga mau punya anak dari kalian” kataku setenngah menangis. “Jangan nangis non, harganya sekarang xxxrb yang pil, kalau suntikan Rp xxrb.. nanti kita beli deh” wajah suhe cengengesan membuatku tidak percaya perkataannya.” xxxrb? kan biasanya juga cuma xxrb, kalo suntikpun cuma xxrb? ga
salah tuh bang?” Eh si non malah ngeyel, udah dikasitau sekarang semua harganya naik, kalau non ga mau ya sudah hamil aja hehehe” Kodir menimpali setengah mengancamku. “
Kalau lu ga percaya, lu beli sendiri sana”  Aku memang tidak percaya, kalau xxxrb harga sekali  digauli, berarti dalam sebulan aku bisa mengeluarkan uang banyak sekali untuk menjaga kehamilan, apalagi hampir tiap hari mereka menggauliku kecuali jika aku haid. oooo aku harus beli langsung obat itu. “iya deh bang, Fei beli sendiri aja, tapi Fei ga tau tempatnya, minta alamatnya saja, nanti Fei beli sendiri” kataku akhirnya. Kodir segera mengambil kertas kecil dimejaku, lalu menuliskan sebuah alamat kemudian memberikannya padaku sambil tersenyum penuh arti, anehnya semua temannyapun ikut tersenyum nakal.

Waktu kubaca tertera sebuah alamat yang ternyata masih daerah rumahku hanya beda beberapa blok. Aku ingat daerah itu adalah tempat yang rawan karena sering ada preman mabuk dan pemalak-pemalak yang korbannya anak sekolah yang kebetulan lewat situ, aku tahu karena dulu Albertpun pernah kena palak dan nyaris dipukuli. Tapi selama ini aku sendiri belum pernah kesana karena aku selalu keluar rumah memakai mobilku atau diantar papa waktu masih kecil, jadi selalu dilarang bermain diluar rumah. yah begitulah gadis-gadis keturunan Chinesse, tempat mainpun tidak boleh sembarangan. Tak terasa bulu kudukku merinding membayangkan daerah rawan itu, tapi aku tidak mau terus menerus diperas para buruh ini, aku harus mencari anti hamil itu karena aku yakin sekali harganya tidak semahal yang dikatakan Kodir.
“lu cari aja yang namanya Ahmed atau asistennya si Parjo, lu bilang aja tau dari Dulah, taukan tempatnya? kakau ga tau, biar ntar gw anterin, tapi harus jalan kaki karena rumahnya masuk gang, gimana moy? ” Dulah merinci alamat itu.” ehmm iya deh bang, nanti besok pagi kalau papa dan mama sudah berangkat, kita kesana, Fei belum tau tempatnya, abang anterin Fei ya” kataku akhirnya. ” nah gitu dong neng, harus ada pengorbanan biar ga hamil, jangan cuma bisa nyuruh-nyuruh kita, cuma neng Carline harus pakai sunblok dulu biart kulitnya ga jadi item, sayangkan kulit putih mulus gini harus jadi item” Suhe memberi masukan tentang kulitku, aku tersenyum, mereka tidak tahu kulitku ini sangat unik, kepanasanpun paling cuma merah sebentar lalu balik lagi putih kapas. ” iya deh bang, nanti Fei pake sunblok biar abang selalu horny” kataku sambil memegang batang penis suhe yang dalam posisi setengah tegang, suhe pun tersenyum mesum.
Jam menunjukkan pukul 4 sore, diruangan itu aku masih tampak telanjang bulat bersama kelima buruh yang juga telanjang, aroma spermapun tercium pekat sekali terutama ditubuhku. “Non cepat pake baju non, sebentar lagi papa non pulang, mama non juga pasti sebentar lagi pulang, nanti kita malah dikawinin heheheh”arman mengingatkanku. Aku tersentak, gawat, dengan cepat aku memakai kembali bajuku lalu segera berjalan cepat kekamarku dan mandi bersih. buruh-buruh itupun segera berpakaian lalu kembali
ke mess mereka dibelakang rumahku. Jam 4.45 sore mamaku pulang bersama Nurdin dari kantornya, sementara papaku masih belum pulang. Mereka terlihat mesra sekali, apakah mama sudah jatuh cinta pada Nurdin? kataku membatin.
Aku tahu pasti Nurdin sengaja menjerat mamaku agar gajinya jadi berlipat. ahhhh sudahlah, itu urusan mereka. tak lama kemudian papaku pun pulang. ” Fei chen,
mana Fei ling dan Fei shuang? papa ada perlu nih” kata papa, ” Wah ga tau pap, dari siang Fei chen belum liat cici atau Evelyn. ada perlu apa gitu pah? tanyaku ingin
tahu.
“ya sudah nanti kalau sudah pulang, suruh ketemu papa ya, kamu sendiri hari ini koq ga kuliah? “
” Sudah koq pah, tadi siang Fei sudah pulang” kataku datar
Huh biasanya dia tidak peduli aku kuliah atau bolos, basa basi sekali. Tapi kasian juga papa, mama sudah nyeleweng pun dia masih mau tinggal serumah, benar-benar pria yang baik. Malamnya aku kembali merenungkan kejadian yang kualami hari itu, aku membayangkan betapa dulu aku sempat membenci kulitku yang putih ini karena aku sering menjadi bahan pelecehan orang, tapi sekarang aku bangga sekali pada kulitku yang mulus, aku ingin orang-orang yang dulu sering melecehkanku itu menjamah tubuhku, keinginanku  sudah terlaksana.

Aku teringat cerita-cerita buruhku bahwa mereka ingin sekali menikmati tubuh gadis-gadis chinesse sepertiku, tapi mereka hanya mendapatkannya dariku. Dalam keadaan wajar mereka tidak mungkin mendapatkan wanita sepertiku, dari ras, status sosial atau sifat kebudayaan yang membuat tidak dapat bersatu. yah, itu kata sejarah, tapi di rumahku ini telah terjadi hal yang melawan sejarah, aku malah sudah ketagihan merasakan keperkasaan buruhku, kebencian dan nafsu terpendam mereka seakan mendapatkan pelampiasannya padaku, dan aku sangat menikmatinya.Apalagi wajahku ini tergolong cantik inocent, yang saat ini jadi trend dikalangan anak-anak muda. Albert bagiku sudah menjadi kenangan, dia cowok baik, tapi kurang berani bertindak, sedangkan aku lebih membutuhkan cowok jantan yang bisa memuaskan hasratku. Aku sungguh mendapat kepuasan itu dari para buruhku, orang-orang yang dulu sering kuhina, yang ternyata juga sangat berhasrat menyetubuhiku. Hari sudah malam saat aku mengatur rencana untuk besok, aku ingin membeli banyak obat anti hamil untuk persediaan
dikamarku, tentunya aku bisa mendapatkan harga yang murah, otak bisnisku muncul dengan sendirinya. Aku ingat teman-teman kuliahku yang rata-rata sudah melakukan ml
dengan pacarnya tentu membutuhkan obat itu dan aku bisa menjualnya dengan harga tinggi.
“Carline, bangun dong sayang, udah siang nih, mama mau pergi survey dulu ya, mau nitip apa kamu?” mamaku teriak didepan kamarku, tak terasa hari sudah jam 7 pagi.
“iya ma, sebentar lagi, Fei masih ngantuk, nitip nasi tim aja deh buat nanti sore, siang ini Fei makan diluar” teriakku pula dari kamar, wuahhh, masih malas nih, apalagi disuruh
bangun, badanku masih terasa penat sekali, otot-otot dipangkal pahaku terasa pegal dan ngilu-ngilu, mungkin akibat acara gangbang kemarin. Aku sudah terbiasa dengan
keadaan itu karena hampir tiap hari aku pasti pegal-pegal bila bangun pagi.

Tiba-tiba aku ingat rencanaku hari ini, bisnis baruku ini harus lancar. Buru-buru aku mandi karena kamar mandinya ada di dalam kamar tidurku, aku segera berpakaian, ku pakai baju kaos merah dan celana jeans biru kesukaanku. Aku harus cepat menemukan obat itu karena aku terancam hamil kalau terlambat mengkonsumsinya. Dengan terdesa-gesa aku ke mess buruhku di belakang rumah. Kelima orang itu tampaknya sudah bersiap-siap kerja menuju rumahku, belum apa-apa tampang mereka sudah terlihat mesum begitu melihatku datang.
“aduh non Carline pagi-pagi gini udah kesini, kangen ya sama kita”Suhe menyapaku dengan tampang sesopan mungkin tapi tetap saja matanya itu seperti mau menelan tubuhku.
“non, siapa aja yang tahu hari ini non mau kemana?” tanya Kodir
“tenang aja bang, ga ada yang tau koq, semua pasti ngira Fei pergi kuliah dijemput temen, toh tadi pagi mama sudah berangkat jadi gak bakal ada yang tanya-tanya lagi, cici dan Evelyn kayaknya masih tidur.
“duh dasar amoy pemalesan, gua kira cuma kita doank yang males, ya udahlah tapi kenapa lu pake pakaian kayak gitu” Dulah dengan mata besarnya memandangku dari ujung kaki sampai ujung kepala.
“Maksud abang? inikan sudah rapi, katanya kemaren ga boleh kena sinar matahari, daripada pake bodi lotion kan lebih enak pake baju ini, jadi ga lengket kulitnya” kataku.
“Hahaha dasar bego lu, kaya-kaya tapi tetep aja bego, kemaren maksud kita lu ga usah pake baju yang tertutup gitu, jangan sok munafik, memek lu aja udah kita jebol, jadi ga usah pura-pura, kalo lu ga mau pake lotion gua sih ga peduli, ayo, lu ganti baju lu sekarang atau ga gua anter, siapa tahu lu lagi bunting anak gua. hahaha”

Tentu saja aku kaget dan terhina sekali mendengarnya tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, sekarang mereka memang sudah mengendalikan keadaan, “jangan deh bang, Fei belum biasa keluar rumah pake baju yang terbuka, malu ah” kataku berusaha memberi alasan, aku memang tidak pernah berani keluar rumah memakai bau yang minim kecuali kalau
jalan-jalan ke mall, itupun kalau aku naik mobilku sendiri.
“hai, lu mau hamil ya, udah gua bilang lu harus ikut kata gua, gua mau pamerin lu ke temen-temen gua di deket terminal, mereka udah lama pengen kenalan sama amoy secantik lu”
“apa, jangan kurang ajar gitu bang, emangnya Fei ini murahan gitu, jangan karena kita udah pernah gituan jadi seenaknya ya!” teriakku marah, harga diriku tersinggung mendengar kata-kata Dulah tadi.
“Neng, gapapa kalau neng ga mau, tapi neng harus siap-siap hamil anak kita ya, kemarinkan neng lagi subur, saya justru seneng koq, kapan lagi ada amoy yang mau kita hamilin hehehe”
Kembali aku tersentak mendengar celoteh Odet yang sangat melecehkanku itu, tapi pikiranku cepat berfikir jernih, aku tidak mau hamil anak mereka, aku hanya mau beli obat anti hamil, toh cuma sekali ini saja aku keluar rumah, sebaiknya aku tidak membuat masalah dengan mereka, disamping aku takut sekali mendengar ancaman mereka itu.
“Jadi Fei harus pakai baju yang mana bang? jangan macem-macem dong, kita kan cuma mau beli obat, masa pakai baju yang minim sih?”
“Lu jangan banyak omong lah, lu pake aja rok yang 10 cm diatas lutut, bajunya sih gapapa kaos merah juga tapi gausah pake kutang” Dulah dengan seenaknya memberi usulan bajuku. Dengan nafas panjang aku segera kembali kerumahku untuk ganti pakaian sesuai permintaan mereka, untung saja baju kaosku cukup tebal sehingga putingku tidak terlalu terlihat jelas.
“Ci, pagi-pagi gini mau kemana? gile, roknya koq mini banget?!” tiba-tiba suara adikku, Evelyn terdengar diluar pintu kamarku dan tak lama kemudian masuk ke dalam kamarku.
“Gua mau kuliah dulu ya, nanti pulang kuliah ada temen yang ulang tahun, jadi sekalian aja gua pake baju ini, bagus ga? kataku berkelit”
“wow, keren banget ci, mirip Utada Hikaru” kata adikku polos.
“hehehe thnx ya, udah deh, cici buru-buru nih nunggu yang jemput didepan rumah”
“ya deh ciciku yang cantik, siapa lagi yang jemput nih, ko Albert ya”
“eh, ehm, iya, udah ya, bye” kataku berbohong, dan dengan cepat aku keluar rumah lalu berjalan kebelakang rumah.
Tampak Dulah sudah menungguku
“ayo cepat sedikit, jem 8 gua harus kerja lagi nanti bapak lu marah, gaji gua dipotong lagi, nah gitu donk, lu harus banyak pamerin kaki mulus lu” Dulah mulai mengejekku
“tenang aja bang, papa tadi jam 7.30 sudah pergi ke bank, paling balik lagi jam 9an” kataku sambil mengikuti langkah Dulah.
Sudah kuduga sebelumnya, daerah itu sangat sangar terutama bagi pejalan kaki wanita sepertiku, baru aku masuk blok itu, terdengar suitan-suitan kurang ajar yang muncul entah darimana karena di situ banyak sekali rumah-rumah kumuh yang letaknya berdempetan, jalanannya hanya dapat dilalui satu mobil, mobil yang lewatpun kebanyakan angkot-angkot atau truk barang karena bukan jalan utama, hasilnya sudah
tentu jalan menjadi rusak berat, pantas saja mobil-mobil pribadi enggan lewat jalan sini.

Aku masih kesal, karena Dulah melarangku untuk memakai mobil, tapi melihat kondisi
jalan yang parah begini, aku agak mengerti juga meski aku ragu apa ini alasan Dulah melarangku.Aku merasa banyak mata yang memandang padaku dengan pandangan aneh, waduh daerah ini lebih dari dugaanku,mungkin penduduknya para pemulung atau orang-orang buangan semua, Dulah malah sengaja berjalan sangat cepat didepanku seakan mau
meninggalkanku disitu.
“Bang masih jauh ga?” kataku gelisah.
“Cerewet lu, ikutin aja gua mau jauh atau ga, mending lu inget-inget ini jalan supaya lu bisa kesini sendiri” tanpa banyak bicara aku terus menikuti Dulah, hingga akhirnya Dulah berhenti disuatu rumah yang bertulisan Jual Obat Kuat Pria.
“Ayo lu masuk, jangan malu-malu, gua kenalin lu sama penguasa sini, hehehe lu pasti puas” Dulah menarik tubuhku kedalam ruangan yang mungkin ruang tamu tapi kumuh sekali.
Sekelebat aku melihat mobil truk barang yang tak asing bagiku.
“lho, itukan truk papa” pikirku, koq bisa ada disini?
Dari dalam ruangan itu muncul seorang pemuda berpakaian lusuh dan kurus.
“weleh, ini toh amoy yang lu ceritain itu dul, cantik amat, beruntung lu ya, hai, nama lu Carline yang tinggal dirumah besar itukan? gile, ga beda jauh sama difilmnya yah, panggilan lu siapa moy, kenalin gua Paijo”
Celoteh orang itu seenaknya membuat aku kaget setengah mati, film? dia bilang film? film apa? perasaanku mulai gelisah, ada yang tak beres, tapi aku berusaha tenang
“nama saya Carline, biasa dipanggil Fei chen bang, film apa ya? ada yang mirip saya gitu?” tanyaku tak mengerti.
“ya ada dong neng, film lu kan udah kita tonton semua, wuih, ternyata aslinya juga mulus banget ya, dul, anak majikan lu ini boleh juga, si bos pasti suka nih, diakan udah lama ngincer amoy-amoy kayak gini” lemaslah tubuhku mendengar itu.
Aku mengerling kearah Dulah, dia dengan tampang kurang ajarnya berkata ” hehehe u ga usah kaget, film lu emang sengaja gua sebarin dikalangan kita-kita aja koq, sori yah moy, abis kita semua memang kepingin cewek kayak lu sih, disini banyak yang naksir sama lu tuh, lu tinggal pilih”

aku berkata lirih ” kan dulu Fei bilang jangan sampai tersebar, koq malah disebarin, gimana sih?”
aku marah sekali karena merasa dibohongi kelima buruhku, sebenarnya aku sudah merasa ada yang tidak beres dengan kelima buruhku ini tapi aku tidak menyangka film ku akan disebarluaskan. Aku bangkit berdiri dan langsung keluar dari situ, tapi belum sampai dipintu ada seorang pria berbadan tinggi kekar menghadang jalan keluarku.
“Wah akhirnya lu dateng juga dul, lu tau aja gua lagi konak nih, bawa-bawa amoy segala lagi, owh, yang difilm itu ya, neng adegan lu sama Dulah boleh juga, gua suka rintihan
lu, boleh dong gua coba juga, lho kalau ga salah lu pacarnya akew yang kita kerjain kemaren minggu kan?”
Hampir pingsan aku mendengar itu, ada apa pula dengan Albert, apa yang terjadi dengannya, kita memang hampir putus, jadi jarang komunikasi, aku tidak tahu apa yang
terjadi minggu kemarin karena Albert memang tidak kerumahku.
“apa maksud abang? Albert?” tanyaku
terbata-bata.
“Wah, gimana nih dul, koq dia gak tau apa-apa” tanya orang yang baru datang itu.
” Biasa bos, amoy-amoy memang munafik semua, tapi mungkin pacarnya malu
jadi kagak cerita hehehe kasi liat aja bos videonya, biar joss”
Tanpa banyak berkata lagi orang yang dipanggil bos itu menarik bajuku sehingga mau tidak mau aku harus mengikuti arah tarikan agar bajuku tidak sobek.
“sini Lin, lu musti liat kontol pacar lu, lu pernah liat ga?” dia mengambil handycam di sudut ruangan, lalu memberikannya padaku, aku penasaran, jadi aku menurut saja waktu dia memperlihatkan film yang membuatku merasa jijik sekali pada Albert, di film itu

Albert tampak ketakutan sekali berada disudut ruangan, tampak habis dipukuli, lalu tampak 3 orang preman memegangi tangan dan kakinya lalu melucuti pakaian Albert, terdengar suara Albert memohon ampun, tapi ketiga orang itu tidak peduli, malah tampak sangar sekali, pakaian Albert dilepas paksa sampai bugil, lalu penis Albert di close up pada jarak dekat.
“liat tuh moy, ga disunat mana enak, kecil lagi..” Dulah berkata dibelakangku.
“o, itu pacar lu moy, kasian deh lu punya pacar kayak banci gitu” kata orang pertama yang kuduga adalah teman si bos.
Adegan berikutnya tampak Albert dikencingi ketiga preman itu sambil merangkak dan
membersihkan air kencingnya dengan lidah, tampak seorang preman menendang Albert, dan memaksanya trus menjilati lantai lalu membersihkan penis preman-preman itu. adegan berdurasi kira-kira 15 menit itu berakhir dengan proses mastubasi Albert di depan preman itu yang tertawa-tawa mengerikan.
“Pacar lu tuh udah belagu, pelit lagi, makanya biar tau rasa dia dikerjain si Abdul botak, tapi pacar lu cuma kita kasi pelajaran aja koq”
aku memejamkan mataku membayangkan kejadian yang menimpa Albert itu, dia memang tipe orang yang sok kaya dan pelit, aku kasihan melihatnya.
“bos, sekarang mana si botak itu? katanya mau nyobain ngentot ni amoy, tapi koq belum datang?” Dulah bertanya dan cukup membuatku shock.
Tak lama kemudian datang lagi 2 orang yang langsung kukenali sebagai sopir truk papa dan kernetnya.
“Lho non Carline koq ada disini, mau obat kuat juga ya, hehehe denger-denger non suka
ngentot juga ya, kenapa ga ajak-ajak kita non?” kata Usep sang kernet. aku terdiam, panik dalam hatiku.
“Jo, ambilin obat kat buat kita semua dong, hari ini kita pake ni amoy sampe puas”Oman dengan berani mendelik padaku.

“Ok semua kebagian koq, gratis buat hari ini, dul lu mau ikutan ga?” Kata orang yang dipanggil jo, rupanya dialah Paijo sang asisten, bosnya tentu Ahmed.
“gua ga ikutan deh, mau kerja dulu, kalian saja yang nikmati ni amoy sampai puas, oya,
jangan lupa kemaren kita keabisan anti hamil, ni amoy lagi subur, pengen beli obatnya langsung biar lebih murah” katanya, Dulah akhirnya memberitahu maksud kedatanganku sebenarnya.
“Tenang aja neng amoy, nanti abang kasih murah anti hamilnya, yang penting lu hari ini mesti layanin kita semua ya” Teriak Ahmed tidak sabaran.
dengan ketakutan aku memelas “Jangan bang, Fei gak mau, bang Dulah tolongin Fei, Fei ga mau, Fei cuma mau beli anti hamilnya, Fei ga mau hamil” kataku hampir menangis “Emang gua pikirin, udah ga usah bawel, lu layanin aja mereka disini, gua mau kerja dulu, nanti lu pulang sendiri aja ya, kalo ga tau jalan minta anter aja sama Oman, makanya
layanin baek-baek ya, nanti malem baru giliran gua dikamar lu” Dulah berkata demikian sambil pergi keluar dengan tenangnya.
Lemaslah aku, sudah kubayangkan hari ini akan panjang bagiku, aku akan menjadi bulan-bulanan orang-orang yang tak kukenal. Lalu kudengan Oman berkata keras padaku
“harusnya kakak lu yang gua bantai, tapi ga apalah ga ada kakak, adiknya juga lumayan mulus buat gua bantai, hahahaha akhirnya kesampaian juga gua ngentotin anak majikan gua, sayang gua keduluan si Dulah merawanin ni cewek”
“Iyalah, ini juga udah bagus, gua sebenernya juga ngincer kakaknya, eh malah dapet adiknya, gapapalah yang penting gua puas” Usep menimpali Oman.
“Kita harus tunggu si Abdul dulu, jangan dientot sekarang, si Abdulkan yang paling pengalaman ngentotin amoy, mending kita bikin memeknya basah-basah dulu” Paijo tanpa diperintah mulai mendekatiku diikuti ketiga yang lainnya,
aku berusaha mundur tapi ruangan itu sempit sekali, dua langkah mundurpun punggungku sudah menempel ditembok.

“ayolah non Carline, masa dientotin Dulah aja mau, masa sama kita-kita ga mau, kontol kita juga besar koq, kita kan rajin kesini ya bos, khusus ngegedein kontol” Oman terus mendekatiku
“Kontol kita semua jaminan mutu koq neng, mau liat dulu buktinya? gini-gini gua punya ramuan khas arab” Ahmed mulai beraksi melepas celananya diikuti yang lainnya,
aku tercekat tidak tahu harus berbuat apa dikelilingi pria yang terlihat bernafsu sekali memperlihatkan penisnya padaku. Dadaku serasa terbakar melihat penis mereka yang
ternyata diatas ukuran normal, rata-rata hitam lagi membuatku bergidik, badan merekapun hitam berdaki, malah Oman bertatoo didadanya.
“bang jangan begitu please, saya kesini cuma mau beli anti hamil, tolong deh bang, jangan perkosa saya” kataku bergetar ketakutan.
“Duh si neng, kita udah pada lepas kolor nih, harus dituntasin, gapapa neng, nanti abang traktir anti hamil yang maknyus, sekarang buka dulu bajunya ya, kontol abang udah tegang nih, pasti badan neng mulus sekali, abang liat ya” kata Ahmed sambil meraba payudaraku,
aku berusaha memberontak tapi tak bisa karena tiba-tiba saja tangan-tangan mereka sudah memegangi tubuhku hingga tak bisa bergerak, aku panik sekali waktu itu karena memang aku tidak memakai bra akibat menuruti Dulah.Paijo meraba-raba kakiku mulai dari betis sampai paha sambil menyingkap rokku.Oman sibuk mengocok-ngocok penisnya didekatku, Ahmed meremas-remas payudaraku, dan Usep memegangi tanganku sambil mulutnya menjilati tengkuk, telinga dan bahuku dari belakang.
“Buset ni amoy kulitnya putih amat, halus banget kulit lu neng, kakak lu dalemnya kayak lu juga atau gak?” bisik Usep ditelingaku.
Diperlakukan seperti itu lama kelamaan gairahku bangkit juga, tapi aku sungkan sekali pada mereka karena sebagian tidak kukenal, Oman dan Usep pun hanya kukenal sepintas karena mereka jarang ada dirumahku.

Hatiku kacau sekali ingin melawan tapi nafsu ini terlalu kuat untukku, tubuhku rupanya sudah ketagihan sodokan penis, maksud hati ingin melawan, tapi reaksi tubuhku mengatakan yang sebaliknya, aku diam saja waktu baju atasku dilucuti Ahmed, hingga aku setengah telanjang, kulihat kepala penis Oman sudah berkilat basah. Ahmed menciumi kedua payudaraku dengan rakusnya hingga putingku mengeras tegak.
“Nah yang begini ini yang gua mau dari dulu, kulit putuh mulus dengan puting merah pink, neng, enak gak abang sedotin putingnya? Jo, lu buka aja roknya, ni amoy kayaknya udah konak juga, gua penasaran pengen liat jembutnya, difilm kan kurang jelas.” Paijo tanpa disuruh duakali segera melepas rok yang kupakai, lalu Usep memelorotkan celana
dalamku hingga aku polos tanpa busana.
“Aduh neng, bener-bener mulus, koq bisa sih badan amoy kayak gini, pantes aja si Dulah betah kerja disana, neng jadi simpenan abang aja ya.. “
Aku tertunduk malu sekali dilihat oleh empat pasang mata buas, aku hanya bisa menutupi kemaluanku dengan tangan kiri sementara tangan kanan menutupi payudaraku. Dinding vaginaku terasa berdenyut membayangkan komentar-demi komentar mereka. Sepertinya hari ini aku akan menyerahkan diriku pada mereka..Detik berikutnya tubuhku digotong Paijo dan Usep kedalam kamar entah kamar siapa yang jelas ukurannya tidak sebesar kamarku dan warnanya sudah kumuh sekali, diterangi lampu neon, aku dibaringkan diatas dipan.
“Nah lu akhirnya nyerah juga, bilang kakak lu jangan belagu gitu, suatu saat kakak lu juga akan merintih-rintih kita entot rame-rame” Oman agaknya masih dendam pada ciciku, dia sepertinya akan melampiaskan nya padaku.
Keempat orang itu sudah telanjang bulat didepanku tanpa malu-malu.

“Ayo moy dimulai dong, katanya sepongan lu yahud, coba isepin kontol gua”
“neng lu telentang aja posisinya, biar abang isepin memek lu, keliatannya udah basah ya, kayaknya enak tuh”
“Tangan lu kocokin kontol gua yah”
“biar gua yang isepin susu lu” kata-kata mereka meluncur begitu saja dalam otakku, aku
tidak tahu lagi siapa yang bicara padaku, tubuhku menuruti perintah mereka, Ahmed mendekatkan penisnya pada mulutku
“isep ya moy, lu bikin gua enak dulu nanti gantian lu gua bikin menggelepar nikmat” dengan terpaksa aku mengisap penisnya, untunglah aku sudah pengalaman menisap penis
buruh-buruhku dirumah.
Tangan kananku mengocok penis Oman, sementara Usep sibuk mengisap dan menjilati seluruh tubuhku. Paijo sudah merangkak membuka kedua kakiku sehingga pahaku mengangkang dengan lubang vagina menghadap ke wajah Paijo.
“Wuih, bulu jembut nya tipis ya non, abang isep memeknya ya,” kata Paijo dengan lidah yang mulai menyeruak membuka vaginaku yang sudah basah, lidahnya mempermainkan birahiku, aku merintih merasakan kenikmatan seperti itu.
Sejak dipermainkan buruh-buruhku dirumah, aku memang berubah menjadi lebih bitchy, secara penampilan aku berubah 180 derajat, ternyata tubuhkupun sekarang menjadi
haus belaian pria, aku bukan jablay , justru karena sering dibelai pria, tubuhku menjadi mudah bereaksi. Aku menjadi penurut sekali pada pria yang menyetubuhiku, demikian pula saat Paijo memberi instruksi agar aku membuka lebih lebar lagi kedua kakiku, aku refleks mengikutinya hingga wajah Paijo benar-benar tepat didepan vaginaku yang membuka, dia mengisap cairan vaginaku yang memang sudah basah tak keruan. Sensasi itu demikian hebatnya dalam dadaku hingga dadaku terasa bergolak menahan nafsu yang meledak-ledak, aku merasa malu untuk menunjukkan kalau akupun bernafsu sekali waktu itu, tapi tetap saja aku tidak dapat menyembunyikannya lama-lama karena bukti cairan di vaginaku itu cukup untuk membuat keempat pria ini tahu pasti bahwa aku sedang ingin digauli.

Mengetahui bahwa aku sudah takluk, mereka malah mempermainkanku dikamar itu, satu
persatu mereka meraba-raba daerah sensitiveku tanpa memuaskanku dengan permainan final mereka. Aku tergolek diatas ranjang itu tanpa busana disekelilingku tampak pria-pria buas sedang mempermainkanku, aku hanya dapat menunggu mereka menggagahiku. Mereka tampak liar sekali dengan mata yang hampir tidak berkedip dan air liur pada penis mereka yang sudah mengacung siap merobek pertahananku. Tiba-tiba suara pindu digedor , lalu masuklah seorang pria tinggi besar agak botak dengan mata merah.
“Med, lu lagi apa pagi-pagi gini masih dikamar?” Sewaktu matanya melihatku, tampak mulutnya menyeringai buas
“wah, ada amoy disini, inikan yang pacarnya gua kencingin, hehehe gua juga mau dong ngencingin ceweknya tapi pake sperma gua.”
Aku kaget melihatnya tiba-tiba datang, tapi tubuhku yang telanjang tidak dapat berbuat apapun lagi untuk menutupi keadaanku itu, apalagi seluruh pakaianku entah dibuang
kemana oleh Paijo, aku hanya bisa menutup kedua kakiku yang sedang terbuka sehingga wajah Paijo tidak lagi didepan vaginaku.
“hei dul, kita memang lagi nungguin lu, dapet mangsa nih, amoy lagi kesukaan lu, mana si Somad sama Tirta, koq ga bareng?” Ahmed menanyakan pada pria botak yang baru datang yang ternyata Abdul yang kulihat videonya waktu melecehkan Albert, sontak saja aku ketakutan melihatnya karena dari mukanya seperti sedang mabuk dan bertampang residivis.
“mereka masih tidur semua, gara-gara kemaren banyak dapet mangsa jadi bisa mabok sepuasnya, eh sekarang malah bisa ngentotin cewek, terakhir gua ngentotin cewek amoy waktu di Jakarta minggu kemaren, eh sekarang dapet lagi amoy disini”
” Dasar lu lagi beruntung kali dul, dikejar-kejar polisi tapi selalu bisa lolos, gua salut” Oman memuji Abdul.
“hehehe iyalah, sekarang gua punya target ngerampok lagi di kota ini, hehehe pasti anak gadisnya banyak juga yang kayak gini nih”  katanya sambil meremas dadaku dihadapan yang lainnya,

aku hanya bisa memandang sayu pada mereka semua, aku sudah bisa membaca nasibku hari ini.
“Iya dul, lu kan pengalaman ngentotin amoy-amoy gini, apa enaknya sih? kita ikutan dong” Usep sambil mengerling padaku.
“Weleh-weleh, amoy gini sih memang enak memeknya, apalagi yang badannya putih mulus dijamin jembutnya sedikit, tuh kan bener” kata Abdul sambil membuka kakiku secara kasar, lalu meremas vaginaku yang memang berbulu tipis.
“Dapetinnya yang susah, amoy gini kudu dipaksa dulu ngerasain kontol, baru nyerah, tapi amoy yang ini sih gampang, udah kepelet si Dulah hohohoho, tenang aja, lu harus layanin kita semua hari ini, nyantei aja neng sama gua sih gampang mau hamil atau engga tetep enak, terakhir amoy yang gua entotin hamil gampang digugurin koq, tinggal bilang trus gua sodok lagi.”
Sudah kuduga Abdul ini residivis, perampok yang sadis.Abdul segera saja membuka pakaiannya, tampak penis hitam bergelantung diantara kakinya, tubuhnya kotor penuh
daki.
“kalian liat ya, gua mau entotin ni cewek, nanti giliran kalian, nih gua kasih contoh titik-titik penting kelemahan cewek amoy, dijamin meler tuh memeknya” tangannya yang besar menarik kedua kakiku, lalu menggesek-gesek klitorisku,
aku terpejam merasakan sensasi yang terbaru ini, jari tengahnya mulai menerobos vaginaku, besar sekali jari ini, mungkin tiga kali jari tanganku. aku menggelinjang ditengah-tengah kasur dengan ditonton oleh lima pasang mata, kali ini vaginaku diaduk-aduk oleh tangan Abdul, lima menit kemudian aku langsung orgasme, tubuhku melenting diiringi lenguhan panjang tanda kepuasanku. Tampak kelima orang diselilingku menyeringai puas melihatku. Abdul manarik tubuhku,

“Nih moy, jilatin kontol gua atau lu gua kencingin kayak pacar lu” Aku bangkit pelan-pelan merangkak mendekati penis Abdul yang sudah tegak,
aku berusaha cepat memuaskannya, tapi sepuluh menit kemudian Abdul membanting tubuhku hingga telentang, lalu penis hitam itu akhirnya mengaduk-aduk vaginaku, aku
merintih, ya tuhan penis ini enak sekali didalam rahimku, terasa denyutannya dan sodokannya menyentuh dinding rahimku hingga akhirnya aku terkapar lagi dilanda orgasme dasyat diiringi tawa liar Oman dan kawan-kawannya. Tak lama kemudian Abdul memuncratkan spermanya dalam rahimku, kembali aku sadar saat ini aku dalam masa subur, tapi sudah kepalang, tampak keempat pria itu mulai meminta jatahnya menyetubuhiku, lalu mereka bergantian menyetubuhiku. hari itu bertambah panas karena tak terasa sudah jam 2 siang, sekujur tubuhku terasa lengket oleh sperma demi sperma yang menyiram tubuhku di dalam dan luar rahimku. Oman dan kernetnya tersenyum puas melihat keadaanku itu.
“Gila, gua belum pernah ngerasain amoy seputih ini, biasanya amoy-amoy blasteran yang gua entot, akhirnya gua bisa juga ngentotin yang bener-bener amoy, enak ya, kulit badan lu halus amat moy, sering luluran ya? Kata Abdul kemudian, aku menggeleng lemah,
“Ehm engga juga bang, memang udah dari sananya gini” kataku sambil
beristirahat.
“Dul, emang semua anak majikan kita putih-putih, apalagi lu liat adiknya pasti kontol lu gakan normal lagi, alias ngaceng terus, kapan-kapan boleh kan non kita maen sama adik non atau kakak non? ” pertanyaan Oman ini sangat mengganggu pikiranku karena bagiku ini kata-kata yang sangat kotor berani menghina cici dan adikku, tapi aku tidak berani berkata kasar pada mereka, aku takut tidak bisa pulang.

“maen apa maksud abang?” tanyaku pura-pura tidak mengerti.
“terus terang ya non, sejak kita berdua kerja dirumah non, kontol kita cape ngaceng terus kalau liat kalian bertiga, jadi kalau bisa kita juga mau ngentotin kakak sama adek non” celoteh Usep membuatku shock.
“Jangan bang, cukup saya saja, jangan cici atau adik saya, mereka juga ga akan mau digituin sama kalian” protesku kesal.
“Yeuh si neng mah, neng aja betah kita entotin, siapa tau non Christin sama non Evelyn juga suka, kan rame semua anak bos kita dientotin, ga percuma gaji kita kecil, tapi bisa ngewe anaknya, kita baru puas nih” Oman berkata lagi, tapi aku kali ini tidak mempedulikannya, malas berbantah dengan orang kasar seperti mereka.
“Sudah ah bang, saya mau pulang, mana obat anti hamil yang saya pesan? tanyaku pada Ahmed yang sedang duduk menuntaskan spermanya yang masih menetes kelantai.
“Ok siap non, tapi lu bersihin dulu kontol gua nih, spermanya banyak yang masih netes-netes” katanya sambil mendekatkan penisnya pada mulutku, mau tidak mau aku terpaksa menjilati kepala penisnya dari sperma kental yang masih sedikit keluar.
“Nah gitu dong moy, kalau udah baru gua kasih anti hamilnya” Aroma sperma pekat seperti telah biasa kuhirup sejak aku hobi pesta sex di rumah hingga aku tak asing lagi dengan aroma sperma.
Tak lama kemudian aku menyudahi jilatanku karena sperma Ahmed tidak lagi keluar.
“Lu tunggu disini ya, jangan pake baju dulu, gua mau ambil obatnya dikamar sebelah” Kata Ahmed sambil segera keluar kamar dan tak lama kemudian dia melemparkan satu butir pil diatas perutku.
“Nih lu makan obat ini hasil racikan gua jadi ga dijual bebas dipasaran, lu kalau mau obat ini lagi harus kesini sendiri, puasin gua dulu baru gua mau jual pil ini, kalau ga mau yah selamat hamil aja ya…hahaha”
“Setuju med, pinter juga lu jadi kita bisa entotin lagi nih amoy sampe puas”

Aku memandang mereka tampa berkata lagi, percuma saja aku mau beli obat itu, aku malas melayani mereka, lebih baik aku batal bisnis anti hamil daripada aku jadi bulan-bulanan preman-preman seperti mereka. Aku segera berpakaian diiringi tatapan mesum lima orang pria diruangan itu.
“Non, celana dalamnya jangan dipake, nantikan abang anterin” Kata Oman sambil tangannya merebut celana dalam yang baru akan kupakai, lalu dia membuangnya kesudut
ruangan.
“Titip disini aja celananya, nanti gua anterin kerumah lu, boleh kan?” Tiba-tiba Somad berkata demikian yang membuat bulu kudukku berdiri.
“Tenang aja moy, gua denger mama kamu aja udah jadi perek sekarang, asal lu tau aja, si Nurdin itu minta peletnya dari gua, makanya mama lu betah sama kontol si Nurdin, gua juga suka pake memek mama lu, jadi kalau gua kerumah lu, pasti mama lu bakal kesenengan, tapi gua sekarang lebuh suka memek lu, lebih enak dari mama lu, siapa tau memek cici lu lebih enak lagi” Somad menjelaskan panjang lebar membuatku lebih sedih, ternyata preman inipun pernah meniduri mamaku, entah siapa lagi yangpernah tidur dengan mamaku.
Aku takut sekali mendengarnya, badanku sampai menggigil, siapa sangka orang yang baru saja menyetubuhiku ternyata juga pernah menyetubuhi mama.Tanpa berkata-kata lagi aku segera keluar diikuti Oman dan UIsep yang mau mengantarku. Sementara kutinggalkan kudengar para pria itu meneriakiku. Aku duduk ditengah diapit Oman dan Usep dalam mobil box papaku. Sepanjang jalan aku menunduk tanpa kata, aku tidak berani bertatapan dengan Oman dan Usep, aku merasa malu sekali terutama pada diriku sendiri, aku merasa orang-orang dijalan berpandangan aneh melihatku gadis berambut pirang duduk diapit orang yang tidak pantas disebelahku, sementara aku tidak bisa berbuat banyak, aku masih terpukul masalah mamaku, sekarang orang-orang seperti para buruhku sudah melecehkanku, malah aku memberikan keperawananku pada mereka.

Tangan jahil Usep mulai menggerayangi pahaku yang terlihat sangat putih terkena sinar matahari, Sementara tangan kiri Oman menarik paha kananku kearahnya lalu Usep mengelus-elus vaginaku yang tampak memerah dan agak bengkak.
“Sudah ah bang, saya capek, mau cepat pulang”
“hehehe iya deh neng, abis paha neng Carline putih sekali begitu menggoda” Tangan kiri Oman kembali menyetir mobilnya.
Akhirnya aku sampao di depan pintu rumah, aku tidak mau Evelyn atau ciciku tahu keadaanku, dengan mengendap-endap aku bergegas kembali kekamarku.
“Lho non sudah kembali ya, koq bau peju non, enak ga maen sama Somad? hehehe
ketagihan ya non, tuh matanya masih sayu gitu, masih kerasa ya? ” Odet menyapaku dari belakang membuatku kaget setengah mati, kukira papa.
“aduh, bang jangan bikin kaget ya, mana Evelyn?mana cici? papa dimana?” tanyaku
buru-buru.
“Tenang non, tadi semua udah pada berangkat kuliah, malah papa non baru saja berangkat 5 menit yang lalu.”
Plong dadaku mendengarnya, tanpa mempedulikan ocehan Odet aku segera mengunci pintu kamarku dan meminum pil anti hamil yang diberikan Ahmed padaku, sekujur tubuhku penat, rasa ngilu pada selangkanganku makin terasa. Pikirku aku butuh banyak istirahat hari ini, nanti malam Dulah sudah memesanku dikamarku, staminaku harus segera pulih atau aku bisa pingsan nanti malam.
“Ci, bangun! sore gini malah tidur” Samar-samar tubuhku merasa diguncang-guncang.Aku membuka mataku, tampak Evelyn adikku teriak-teriak membangunkan aku.
“Hah? sekarang jam berapa Lin?” tanyaku setengah sadar.
“Jam 5 sore ci, cepet bangun, mandi tuh udah ditunggu mama?”
“Lho mama kan biasa pulang jam 6?” tanyaku heran.
“Ga tau tuh mama pulang sendiri tadi ga sama mang Nurdin, lagi berantem kali, sukurin aja yah ci, kita kan mana mau punya papa tiri kayak gitu” Ujar Evelyn berbisik.

“Yah biar ajalah, toh kasian juga mama kalau gak punya pelampiasan, mama kita kan masih muda” kataku juga berbisik.
“Iya juga sih, tapi kenapa harus sama mang Nurdin coba?kan masih banyak cowok lain, kenapa harus sama sopir, kan memalukan!” Aku kembali teringat pembicaraan dengan Somad, aku baru mengerti kejadian ini, rupanya mamaku kena pelet yang dibuat Somad untuk Nurdin.
“Sudahlah plin, kita jangan ikut campur, nanti malah terbawa arus” kataku berusaha
menenangkan adikku,
memang adik dan ciciku sangat membenci Nurdin yang dianggap telah merusak hubungan mama dengan papa, akibatnya mereka jadi tidak suka semua pegawai dirumahku, apalagi sejak kejadian mama dengan Nurdin, semua buruh-buruh itu sering menatap kami semua dengan pandangan buas. Yah aku memang telah menjadi korban
nafsuku sendiri akibat sering melihat mama bersetubuh dengan Nurdin, rupanya pelet Somad begitu ampuhnya hingga aku yang cuma melihatpun jadi ikut menyerahkan diriku. Aku melihat adikku, pantas saja mereka juga begitu menginginkan adikku ini, Evelyn cantik sekali, dengan potongan tubuh yang seksi dalam usia belianya ditambah dengan tekstur kulitnya yang lembut, menjadi kelebihan dari aku dan ciciku, selain putih sepertiku kulit Evelyn juga tampak sangat lembut, pria mana yang tidak akan tergoda menyentuhnya, hanya saja gaya berpakaian Evelyn yang memang sangat dijaga bila bertemu dengan orang-orang pribumi, tapi bila shoping dengan teman-temannya, Evelyn
begitu modis.
“Ada apa mama nyari gua plin? Tanyaku setelah pikiranku kembali kealam sadarnya. “Gak tau ci, kayaknya mau ajak kita jalan-jalan tuh, mungkin dia lagi bete sama si Nurdin itu, tapi aku gak mau ikut ah, biar tau rasa tuh mama”
“Iya yah, gua juga ga ikut ah, males, lagi pengen tidur neh” kataku memberi alasan,

Sebenarnya aku tidak mau karena ingat acara malam ini dengan Dulah, lagian malas jalan-jalan sama mama.
“Fei Chen, kamu lagi apa?” Tiba-tiba mama sudah nongol dipintu kamarku
“Ikut mama yu kita makan diluar”
“waduh mama, malam ini Fei harus buat tugas kuliah” kataku berdalih.
“ooo, jadi mama makan sendirian dong, papa kamu lagi sibuk, gimana ya” mama merengut.
“Sama Nurdin aja ma” Evelyn memotong cepat.
“Mang Nurdin lagi mama suruh kerumah klien diluar kota, jadi ga bisa temenin” mama menjawab ketus.
Kami berdiam diri menunggu reaksi mama selanjutnya.
“Yah sudahlah kalau kalian gak bisa temenin mama, mama tunggu Fei ling aja, dia pasti mau diajak, oya, mama denger dia putus lagi ya sama pacarnya” Entah darimana mama mendapat informasi ini.
Aku tidak berani berkomentar, hanya mengangguk saja mengiyakan. Akhirnya mama pergi dari kamarku.
“Ci, koq akhir-akhir ini aku jarang lihat ko Albert? kemana dia ci? gak pernah lagi berkunjung kesini?tanya Evelyn sambil badannya siap-siap untuk pergi juga
“Yah, cici juga ada masalah sama Albert, lagi break”
“OOO break dulu ya, pantes aja gak pernah liat bareng, ya udah ya ci, aku mau mandi dulu” kata Evelyn benar-benar pergi dari kamarku.
Tiba-tiba aku merasa menyesal telah menyerahkan keperawananku pada buruhku, aku iri melihat adik atau kakakku yang sedang menikmati masa mudanya tanpa jadi budak sex.
Tak terasa, malam pun tiba sangat cepat, hari ini aku lelah sekali, semua orang dikeluargaku sudah ada dirumah, aku tegang sekali karena tadi pagi Dulah minta jatah malam ini dan aku harus memenuhinya karena kalau sekali aku tidak memenuhinya, tentu Dulah akan membuat aku malu di depan papa dan mama atau didepan cici dan adikku atau pula didepan semua teman-temannya, malah mungkin aku bisa jadi mangsa teman-teman Dulah yang lainnya. Entah kenapa vaginaku berdenyut tak karuan padahal hatiku menolak perlakuan buruhku yang selalu ingin menikmati tubuhku, aku menjadi kesal sendiri merasakan dua hal yang bertentangan dalam hatiku dan dalam tubuhku, belum lagi aku takut ketahuan orangtua, cici dan adikku. bagaimana kalau mereka sampai tahu kegiatanku ini, ditambah ketergantunganku pada anti hamil yang justru makin menyeretku pada freesex terbayang juga kebuasan wajah Dulah terutama bila kutolak, tentu aku akan semakin dilecehkan.Cuma satu hal saja yang tak dapat kutahan, yang berhasil mengalahkan semua pertimbanganku, yaitu nafsuku yang tak dapat kubendung
terutama bila vaginaku mulai berdenyut dan basah, tentunya aku akan rela-rela saja dibuat semakin basah oleh semburan sperma, dan ini pula yang terjadi malam ini, keperkasaan Dulah membuat vaginaku ketagihan. Aku teringat percakapan Abdul tadi siang, antara percaya dan tidak aku telah terkena pelet Abdul cuma gara-gara melihat mamakuyang kena pelet dengan bersetubuh dengan Nurdin. Benarkah? Yah entahlah, aku tidak terlalu mempercayainya, yang jelas kelompok mereka mempunyai cara-cara membuat penis pria jadi besar dan perkasa hingga mampu membuat aku dan mama
ketagihan. Jam telah menunjukkan pukul 11 malam, akhirnya terdengar ketukan dipintu kamarku, lalu muncullah Dulah dengan wajah mesumnya yang sangar sekali.

“Ada yang tahu gak bang?” tanyaku penuh kuatir,
“ga ada koq, semua udah pada tidur, lagian gua udah punya kunci duplikat pintu gerbang depan sama kamar lu” Dulah mencium bibirku penuh nafsu, akupun dibuat gelagapan melihat reaksi spontan seperti itu, meskipun pada akhirnya aku hanya pasrah menerima apapun perlakuan Dulah padaku, sampai Dulah membuka seluruh pakaian yang kupakai. Aku menggelinjang di tempat tidurku sambil melihat Dulah membuka seluruh pakaiannya hingga kami telanjang bulat dikamarku. Nafasku mendengus tak teratur, sementara Dulah tanpa basa-basi menjilati seluruh tubuhku.
“mmmmmhhh…. bang, enakkk…” tak terasa aku merintih merasakan lidah Dulah menjilati dan menjalari seluruh lekuk tubuhku.
tanpa sadar pula aku malah membuka keduabelah kakiku seolah-olah berharap Dulah menjilat dan menghisap isi vaginaku yang semakin membanjir. Dulah semakin bernafsu merangsangku sedemikian liarnya.
“lu belum puas ya, tadi siang kata Usep lu ngelayanin si Abdul ya, masih pengen ya moy” Dulah seolah menghinaku, aku tak menjawab karena Dulah bertanya sambil mengisap-isap vaginaku, aku hanya mengangguk lemah tak peduli
Dulah melihat anggukanku atau tidak.Dulahpun mungkin tak melihat anggukanku, dia hanya ingin melecehkanku.
“Udah gua bilang coba dari dulu lu rasain kontol kita semua, lu pasti ga akan sombong kayak sebelum kita perawanin, nahkan sekarang lu udah tau enaknya ngewe sama kita, tuh memek lu udah basah sekali moy, ga tahan ya, lu keluarin aja tuh pejunya, gua isepin sempe abis, lu isepin juga kontol gua ya”
tanpa disuruh duakali akupun menggenggam penis Dulah yang terasa sangat tegang dengan kepala jamurnya yang membasah juga. Aku dan Dulah mulai dengan posisi saling mengisap, kata Dulah itu posisi 69.Aku mulai terbiasa dengan aroma penis, jadi akupun
menikmati penis Dulah, lama sekali kami dalam posisi itu.

“wah moy, lu ngacret ya, kerasa tuh memek lu ada yang nyembur, enak, tapi asem” wajahku mungkin memerah mendengar kata Dulah,
ya tentu saja aku malu ketahuan menikmati permainan Dulah, tapi tubuhku tak dapat menutupi harga diriku di hadapan Dulah.
“Sekarang giliran gua yang ngecrot ya, gua mau dikeluarin didalem biar hemat kondom,
kan kata papa lu juga kita harus hemat biar kaya” Dulah ngomong seenaknya
“Jangan terlalu sering bang, saya ga mau hamil” kataku perlahan.
“Gua ga peduli lu hamil atau kaga, yang penting gua puas, paling papa lu jadi punya cucu
haram” kata Dulah sambil bersiap memasukkan penisnya dalam vaginaku,
Aku memejamkan mataku, hatiku mengeluh mendengar kebencian Dulah pada keluargaku, padahal dia sendiri hidup dari bekerja pada papa. Tapi sekali lagi kepala penisnya yang besar telah meruntuhkan pemikiranku, lagi-lagi aku menyerah pada kenikmatan penis buruhku ini.Penis Dulah segera memasuki rahimku karena memang lubang vaginaku sudah membasah hingga memudahkan proses penetrasi. Aku melenguh pelan merasakan kenikmatan saat penis Dulah menyentuh dinding rahimku, mengaduk-aduk isi vaginaku. Kakiku yang terkangkang tanpa sadar telah menjepit pinggang Dulah seolah aku tak mengizinkan penisnya lepas dari vaginaku, padahal hatiku berkata yang sebaliknya.
“mmmh… enak sekali bang, terussss…” lenguhku pelan sampai akhirnya terasa vaginaku mengeluarkan cairan kenikmatan, aku orgasme, sementara Dulah terus menggenjotku cepat sekali, lalu pelan, begitu seterusnya berirama hingga suatu saat kurasakan penisnya menegang keras sekali, aku tahu dia akan orgasme, lalu aku menarik pantatku supaya spermanya keluar di luar tubuhku.
“Heh mau kemana lu moy, sperma gua harus gua tanem di badan lu! teriak Dulah sambil malah menekan tubuhnya kearah tubuhku,
tentu saja niatku gagal, dan terasalah dalam rahimku cairan hangat yang muncrat-muncrat memenuhi rongga vaginaku.

Kulihat Dulah tersenyum puas, dia tak segera mencabut penisnya, sampai mengecil barulah dia cabut dari vaginaku. Seiring dengan keluarnya penis Dulah, keluar pula cairan dari vaginaku bercampur dengan sperma Dulah. Aku memejamkan mataku lagi merasakan sensasi kenikmatan saat penis dicabut dan melelehnya semua cairan hingga
membasahi kasurku.
“Gila, lu enak amat moy, gua jadi demen ngentot sama lu, lu jadi simpenan gua aja mau ga?”
“Jangan gila bang, saya gak mau!” kataku ketus.
“Udah gua kasih enak masih ga mau juga, daripada pacar lu kan ga bisa apa-apa, lagian papa lu juga dulu simpenannya banyak cewek-cewek pribumi sampe dia impoten sama istrinya sendiri. hahaha, apa salahnya kalau anaknya juga jadi simpenan gua, kan adil”
“Pokoknya ga mau, masa depan bisa suram” kataku bersikeras.
“heh lu amoy jangan menghina gua, lu liat aja nanti semua sodara lu bakal kita perkosa termasuk mama lu, kita liat siapa yang mohon-mohon minta gua kawinin. hehehe”
Bergidik aku mendengarnya, terdengar begitu menyeramkan, aku berusaha memperbaiki kata-kataku
“Jangan gitu dong bang, jangan bawa-bawa cici dan adik saya, cukup saya sama mama saja, lagian mungkin suatu saat saya juga berubah pikiran, tapi harus resmi nikah, ga mau jadi simpenan.” kataku melunak ketakutan.
“hahaha akhirnya lu nyerah juga, gua heran, kenapa sih amoy-amoy kayak lu semuanya sombong-sombong baru udah dientotin nyerahnya kayak lu, mama lu aja udah kena pelet baru nyerah sama mang Nurdin. Pokoknya sekarang lu musti tidur bugil bareng gua malem ini biar kalau nanti malem gua pengen ngentot lagi bisa langsung, atau gua bangunin seisi rumah ini.”

tentu saja aku lebih memilih tidur bareng Dulah meskipun terpaksa karena badannya bau sekali, karena jarang mandi, daripada seisi rumahku tahu kelakuanku dengan buruhku ini.
Begitulah sekelumit kisah hidupku, hari-hari kulalui dengan penuh hasrat sexual, dengan duabelas orang pria kasar yang selalu ingin menikmati tubuhku, hingga akupun menjadi selalu ketagihan akan adukan penis-penis pria itu didalam rahimku. Meskipun aku tahu bahwa kemungkinan besar aku terkena ilmu pelet(guna-guna), entah siapa dari mereka yang mengerjaiku dengan cara itu, hingga aku benar-benar takluk pada mereka. Sejak awal aku memang sudah ingin merasakan enaknya bersetubuh dengan pria, tapi Albert tidak dapat kuharapkan melakukan itu padaku karena dia memang bukan tipe pria yang berjiwa petualang. Bagai gayung bersambut mungkin keadaanku itu ditambah ilmu pelet yang ditujukan buruh-buruh itu padaku, membuatku benar-benar menikmatinya hingga tidak bisa lepas dari mereka. Padahal dalam hati kecilku sebenarnya aku ingin menjalani kehidupan normal seperti sebelum ada kejadian itu yang menimpaku. Kini aku harus dengan sukarela menyerahkan tubuhku untuk dinikmati bersama oleh para buruh sekaligus preman didaerahku. Namun hingga saat itu belum ada satupun dari keluargaku yang mengetahui kejadian ini, termasuk mama, entahlah. hingga suatu saat…….