Friday 14 October 2016

Guru Idaman



Poppy adalah seorang guru SD di salah satu kota besar. Poppy hanya menjadi fantasi dari para cowok-cowok ganjen yang bekerja di sekolah itu, khususnya pak kepala sekolah yang usianya sudah menginjak 50 tahun.

Rudi nama kepala sekolah SD itu, sudah mempunyai 3 anak dan 5 cucu. Semenjak awal masuk, Rudi sudah menaruh perhatian lebih kepada Poppy dan ingin menyetubuhinya.Namun Rudi tak mau mengambil resiko untuk memperkosa guru cantik itu, mengingat suaminya seorang polisi. Rudi terus berfikir bagaimana cara untuk menaklukan Poppy. Sehari-hari Rudi selalu curi-curi pandang terhadap Poppy, bahkan beberapa kali Rudi berhasil sekedar menepuk pantat Poppy dari balik celana kerjanya yang ketat.Ditepuk pantatnya Poppy hanya bisa mengaduh dengan wajah agak jengkel terhadap keganjenan Rudi.Poppy pun menyadari bahwa Rudi menginginkannya, sehingga Poppy pun agak menghindar jika bertemu Rudi.


Sampai suatu hari Rudi menemukan momen untuk mewujudkan mimpinya.


"Bu Poppy, setelah mengajar temui saya di kantor ya" perintah Rudi.
"Eh. Ada apa pak? Iya baik Pak." ujar Poppy dengan agak tegang.


Ruang kepala sekolah dibuat tertutup khusus untuk kepala sekolah, karenanya hanya Rudi dan Poppy yang sedang ada di ruangan itu. Poppy duduk di depan meja Rudi, hari itu Poppy sangat cantik dengan seragam coklat kesukaannya. Make up dan lipstiknya pun senantiasa dipakai seperti saat Poppy mau melakukan pemotretan model hijab.



"Bu Poppy saya akan berikan surat peringatan, karena selama seminggu meninggalkan kelas tanpa izin." ujar Rudi dengan nada tegas.
"Eh maaf pak, saya kemarin sudah mengirimkan surat izin ke Bapak. Kemarin saya ada acara yang sangat penting pak di Jakarta."Ujar Poppy membela diri.
"Loh, tapi kan saya belum izinkan, ibu lebih mementingkan karir model ibu daripada mengajar di sini. Ibu akan saya berhentikan." ujar Rudi mengancam.
"Wah, jangan pak, menjadi model itu hanya sampingan.Lagi pula kalau saya tidak mengajar orang tua saya akan sedih, karena mereka sangat ingin saya menjadi guru." Ujar Poppy.
"Tidak bisa, keputusan ini sudah bulat.Bu Poppy akan dipecat."Rudi mengancam lagi.
"Bapak saya mohon, saya akan lakukan apa saja asal tidak dipecat." ujar Poppy.

"Hhm... Benarkah, baiklah saya tak akan jadi pecat kamu asal kamu turuti kemauan saya." ujar Rudi.
"Ah, syukurlah. Tapi apa yang bapak mau?" tanya Poppy.
"Aku ingin bercinta dengan Bu Poppy." kata Rudi.
Deg, jantung Poppy serasa berhenti sejenak.Mukanya langsung pucat mendengar permintaan itu.

"Ehhh..Apa bapak serius? Jangan pak. Poppy tidak mau." ujar Poppy.
"Ya sudah saya tak memaksa, silahkan kalau memang mau berhenti dari sekolah ini." jar Rudi.



Poppy pun berfikir sejenak, terjadi konflik batin antara memenuhi atau tetap menolak permintaan Rudi. Namun pada akhirnya Poppy memilih jalan yang mudah, yaitu memenuhi hasrat tua bangka ini. Biarlah toh Poppy sudah menikah dan tua bangka ini pasti cepat keluarnya.

"Mmmh.. baik pak, saya terima permintaannya." ujar Poppy.
"Nah, gitu donk. Sekarang kita bisa bersenang-senang kan? Haha."Rudi tertawa penuh kemenangan.
"Eh sekarang pak? di sini?" tanya Poppy.
"Iya, sekarang aja, mumpung guru lain sedang pada mengajar, kita bisa bebas di sini." ujar Rudi.

"Poppy saya boleh cium kamu?" pinta Rudi.
Poppy pun diam saja, lalu Rudi langsung menyosor bibir Poppy. Mmmhh... mmmmhhh... aaahhhh... mmmhhh.... Lidah Poppy dan Rudi pun beradu..mmmpphhh... aaaahhhh..
"Poppy kamu makan apa sih? Wajah kamu cantik banget.Bikin Bapak tiap hari sange kalau liat kamu." ujar Rudi.
Poppy hanya bisa pasrah dijamah oleh Rudi.
Tangan Rudi pun mulai nakal meremas-remas buah dada Poppy dari baju dinasnya."Awww!"Poppy reflek menjerit saat buah dadanya disentuh oleh yang bukan suaminya.Tangannya pun secara reflek menghalau tangan Rudi, walaupun Rudi berhasil mempertahankan remasannya pada payudara Poppy.
"Aaahhh.. Bu Poppy, bener fantasiku selama ini, toketmu gede, pasti sering diremas sama suaminya ya." ujar Rudi.
"ssshhhh... aaaaaaaahhh..." Poppy hanya bisa mendesah melihat tangan Rudi meremas toketnya, Poppy mulai terangsang.

Setelah puas meremas buah dada Poppy, tangan Rudi turun ke pinggang lalu ke paha Poppy, dan menyentuh-nyentugh vagina Poppy dari luar celana dinasnya. "Aahhh..." Poppy sedikit meringis saat vaginanya di gesek-gesek dari luar celananya.Dua insan itu melakukan foreplay dengan baju yang masih lengkap sambil berdiri. Segera saja Rudi membuka celana dan sempaknya, dan jreng! Terpampanglah kontol Rudi yang hitam, berurat dan panjang."Aaawww!"Poppy reflek menutup mata.Di luar dugaan Poppy ternyata kontol Pak Tua ini lebih besar dari suaminya.
"Bu Poppy kontol bapak dah tegang banget nih, emut donk?" ujar Rudi.
Poppy pun segera meraih kontol Rudi dengan tangannya lalu mengeluarkan jurus andalan blowjobnya.
"Aaaaahhh... oooohhh..uuuuhhhh... enak banget bu Poppy, pinter banget sih.. Pasti suami bu Poppy puas setiap hari diginiin." ujar Rudi.
"Mmmmhhh..slurp... sshhh.. mmmhhh" kontol Rudi keluar masuk mulut Poppy yang sedang berjongkok mengulumnya. Tangan Rudi memegangi hijabnya yang masih terpasang d kepalanya.
"Rasain lo, aku keluarin jurus andalan blowjobku, suamiku pasti cepat keluar kalau aku blowjob gini." kata Poppy di dalam hati.
"Udah dulu bu, nanti Bapak keluar duluan." ujar Rudi yang keenakan.
Poppy pun menghentikan kulumannya, lalu Poppy disuruh berdiri dan kancingnya dibuka satu per satu oleh Rudi. Lalu terpampanglah buah dada yang masih tertutup bra berukuran sekitar 34 C. Di bukalah kaitan bra yang dipakai Poppy dan terlihatlah 2 gunung yang bisa menghilangkan iman.
"Aduh, bu Poppy toketnya aduhai banget." dengan segera Rudi menyusu kepada toket impiannya itu.Terasa puting Poppy sudah keras dan menegang, menambah birahi Rudi untuk memainkan gunung kembarnya.Mulut Rudi mengullum toket Poppy bergantian sementara tangannya meremas buah dada Poppy.
"Sssshhh... aaaahhh... aaahhh... Pak Rudi... aaaahhh" Poppy hanya bisa mendesah pasrah keenakan melihat dirinya sudah topless haya menyisakan hijab dan celana panjangnya.

Setelah puas menyusu dan memainkan buah dada Poppy, Rudi pun memelorotkan celana Poppy, terpampanglah kaki yang semampai, putih dan mulus di hadapan Rudi.Pertahanan yang tersisa hanya tinggal celana dalam yang menutupi memeknya.Lalu dengan segera Rudi pun melepas celana dalam sebagai pertahanan terakhir dari Poppy.Terpampanglah memek Poppy dengan sedikt bulu karena rajin dicukur.
"Aduh, gak salah kalau bu Poppy jadi model hijab, bodynya aduhai banget."ujar Rudi memuji sambil bernafsu. Poppy hanya bisa tersenyum sambil berusaha menutupi tubuh bugilnya, hanya jilbab yang masih terpasang di tubuhnya.Rudi lalu mendudukan Poppy di sofa yang berada di ruangannya.Segera tangan Rudi memainkan memek Poppy yang ternyata sudah basah dengan cairan pre-cum semenjak tadi.Jarinya di naik turunkan ke atas dan bawah belahan memek serta belahan itilnya ditekan-tekan.
"Aaaaahhh... aaaahhh... ooohhh... aaahhhh..udah pak... saya bisa keluar.. oohhhh..." desahan Poppy terasa begitu merdu menimati perlakuan Rudi.
Lalu Rudi pun membaringkan Poppy, dan bersiap menusukkan torpedonya ke dalam memek indah Poppy.Kepala kontol Rudi sudah berada di gerbang kenikmatan Poppy, lalu perlahan-lahan mulai dimasukan ke memek Poppy.Terlihat ekspresi Popy yang tegang karena pertama kalinya dimasuki kontol yang bukan milik suaminya.
Lalu kontol Rudi pun berhasil memasuki surga dunia yang harusnya hanya bisa dirasakan oleh suami Poppy.
"Ooohhh... Pak Rudi gede banget..." ujar Poppy memuji kontol Pak Rudi.
"Ohhh... Bu Poppy memeknya sempit banget." balas Rudi memuji memek Poppy.
Lalu kontol Rudi pun berhasil masuk sepenuhnya ke memek Poppy sampai mentok.Rudi mulai menggenjot Poppy dengan perlahan.
"Auh... aaahhh... aaaaahhh..." Poppy mendesah dan menggelinjang keenakan.Tangan Poppy memegang pundak Rudi sebagai topangan.
Sambil menggenjot Rudi pun meremas-remas toket Poppy dan mencium wajahnya.
"Aaaahhh... sssshhh.... aaahhh.... mmuuaaahhh...." Rudi pun merasakan sensasi yang baru ia rasakan menyetubuhi model catik yang juga seorang guru.
Rudi pun mulai meningkatkan tempo genjotannya, hal ini membuat Poppy semakin mendesah-desah liar, bahkan setengah teriak.
"Sssssttt.... aaaahhh... Bu Poppy jangan keras-keras... nanti kedengaran orang.." ujar Rudi.
"Aaahh..iya pak... oohhh... yesss.... ooohhh.. no..... ikkeehh... ikkeeehhh... kimochi... aaaahhhh....." desahan Poppy semakin mempercepat genjotan Rudi.
"Aaaaahhh.. Bu Poppy seksi banget desahannya... persis artis bokep JAV... Aaaaaaah,,,," Rudi pun melakukan genjotan ala hardcore JAV yang pernah ditontonnya.
"Aaaaaaaahhhh..... Bapak....... Poppy gak kuat lagi aaaahhhhhh.."Poppy pun mengejang pertanda orgasmenya.
"Aaaahhhh.... aaaaahhhh.... aaaaaaahhh...."Tak lama kemudian Rudi pun menyusul orgasme, spremanya menyemprot 10 kali ke dalam memek Poppy dan sampai meluber keluar.Tubuh Rudi pun ambruk di atas tubuh Poppy. Lalu Rudi mencabut kontolnya dari memek Poppy/

"Gimana Bu Poppy puas kan?" tanya Rudi/
Poppy hanya tersenyum, tak terasa sudah 30 menit mereka bergumul di ruangan itu. Mereka lalu mengambil tisu untuk membersihkan cairan cinta mereka yang tercecer dan memakai baju mereka masing-masing.




Selain modelling dan mengajar di SD, Poppy punya aktifitas sampingan yakni mengajar di sebuah bimbingan belajar.Poppy mengajar anak-anak kelas 3 SMP untuk menghadapi ujian nasional.Mata pelajaran yang diampu oleh Poppy adalah biologi, sesuai dengan jurusan kuliahnya.Di bimbel pun Poppy menjadi primadona karena kecantikan dan keramahannya.Walaupun di bimbel tidak ada yang kurang ajar seperti Rudi yang menodai Poppy.

Salah satu murid Poppy bernama Aldi, bocah 14 tahun ini diam-diam sangat terobsesi dengan Poppy.Saat belajar dengan Poppy, Aldi pernah coli sambil membayangkan bisa ngentot Poppy. Aldi kemudian mencari cara agar bisa gituan dengan Poppy. Kebetulan Aldi adalah anak orang kaya, lalu dia meminta kepada kedua orang tuanya ingin belajar privat kepada Poppy.Mendengar itu orang tuanya pun senang karena melihat anaknya punya semangat belajar, padahal sebenarnya ada udang di balik batu.

"Bu Poppy" panggil Aldi selepas belajar di kelas bimbel.
"Iya Aldi" jawab bu Poppy.
"Bu, aku pingin privat pelajaran biologi sama ibu." ujar Aldi.
"Oh gitu, emang di bimbel ini kamu kurang faham Aldi?" tanya Poppy.
"Ya aku pengen lebih intensif aja, aku udah bilang ke mamah sama papah, dan mereka sepakat." jawab Aldi.
"Oh gitu." jawab Poppy.
"Soal fee ibu gak usah khawatir, nanti orang tua Aldi yang bayar, ibu maunya berapa?" ujar Aldi.
"Hhm..tenang aja Aldi, ibu senang kok kalau Aldi mau belajar privat. Jadi kapan kita mulai?"
"Kalau besok sore bagaimana bu?Nanti kamu kasih alamat rumahku.Ibu datang aja ke sana." ujar Aldi.
"Oh boleh, kebetulan ibu kosong." Jawab Poppy.

****

Poppy tiba di sebuah rumah yang sangat luas dan besar, tak heran karena orang tua Aldi adalah direktur di sebuah BUMN besar. Poppy memencet bel, lalu seorang perempuan setengah baya membuka pintu dan mempersilahkan duduk di ruang tamu.Perempuan yang merupakan pembantu Aldi kemudian memanggil Aldi, datanglah Aldi dengan setelah yang sangat santai.Aldi hanya menggunakan celana dan jersey sepak bola.Lain halnya dengan Poppy yang datang dengan dandanan yang sangat cantik. Celana jins hitam yang ketat sehingga mencetak kaki dan pahanya, baju pink yang tidak bisa menutupi tonjolan buah dadanya, dan tak lupa hijab yang diikatkan ke leher membuatnya terlihat seksi. Melihat penampilan Poppy Aldi menelan ludah kagum sekaligus nafsu, penis Aldi pun agak bergerak-gerak di dalam celana dalamnya.

"Eh ibu, selamat datang di rumahku." ujar Aldi.
"Eh iya Aldi, rumah kamu besar ya." puji Poppy.
"Hehe..iya, silahkan diminum dulu bu minumannya." ujar Aldi.
"Oh iya, ngomong-ngomong orang tua kamu kemana Aldi? tanya Poppy.
"Jam segini mereka masih belum pulang kerja Bu." jawab Aldi.
"Oh gitu, Aldi sendiri berarti ya." tanya Poppy.
"Iya bu, soalnya kakak-kakak Aldi sudah pada nikah." jawab Aldi
"Ok. Kita mau belajar dimana?" tanya Poppy.
"Hhm..ke kamarku aja bu." ajak Aldi.
"Lho, kenapa gak di ruang tengah aja Di?" Tanya Poppy.
"Ya biar lebih konsen belajarnya bu, hehe." Ujar Aldi.
"Yaudah terserah kamu deh." ujar Poppy.

Mereka berdua berada di sebuah ruangan yang cukup besar, di dalamnya ada bad cover, TV, 1 set PC, buku-buku yang sebagian berserakan, lemari dll.

"Ini kamar saya bu, maaf berantakan, maklum cowok.hehe." ujar Aldi.
"Eh iya Aldi. Ibu harus duduk dimana?" Tanya Poppy.
"Hhm..kita belajar di atas kasur aja, biar empuk. hehe." ujar Aldi.

Mereka pun kemudian duduk saling berhadapan di atas kasur Aldi yang besar, Poppy membuka tasnya kemudian mengeluarkan buku pelajarannya.Sedangkan Aldi sudah siap dengan buku tulis dan pulpennya.

"Baik Aldi sekarang kita mulai belajarnya ya.Jadi bagian mana dari pelajaran biologi yang tidak kamu mengerti?" Tanya Poppy.
Aldi sejenak berfikir, tiba-tiva Aldi tahu harus menjawab apa. "Bab reproduksi bu!"
"Oh reproduksi, ok. Sore ini kita akan bahas itu ya." ujar Poppy.
"Asyik,, iya bu,,," jawab Aldi.
"Aldi apa itu reproduksi?" Tanya Poppy.
"Ngentot bu!" jawab Aldi.
"Aldi, ssstt..gak boleh bilang gitu. Dasat kamu ini." ujar Poppy.
"Hihi..iya bu. tapi bener kan reproduksi itu ngentot?" sanggah Aldi.
"Hhm... iya salah satu caranya itu." kata Poppy.
"Bu, kalau ibu udah pernah bereproduksi belum?" Tanya Aldi.
"Ih Aldi kok kamu nanya gitu sih?" kata Poppy.
"Loh kita kan lagi pengen belajar bu Aldi pengen tahu." sanggah Aldi.
"Iya ibu pernah, ibu kan udah punya suami, jadi ibu pernah reproduksi sama suami ibu." jawab Aldi.

"Ngentot itu enak gak sih bu?" Tanya Aldi.
"Wah, ibu gak bisa jawab Aldi, ibu malu." ujar Poppy.
"Bu, Aldi boleh jujur gak?Aldi pengen ngentot ibu."
Deg! Jantung Poppy serasa hampir copot, murid lesnya ternyata punya nafsu birahi kepadanya. Kembali terjadi konflik batin seperti saat sebelum Rudi menyetubuhi Poppy.Dalam hati Poppy penasaran bagaimana rasanya bercinta dengan ABG seperti Aldi. Sementara di pihak lain dia merasa bersalah kepada suaminya. Namun lagi-lagi nafsu mengalahkan akal sehatnya.

"Hhm... boleh Aldi, tapi kamu jangan bilang siapa-siapa ya, ini rahasia kita berdua aja." ujar Poppy.
"Asyik....!" lalu dengan tiba-tiba Aldi menerjang tubuh Poppy sehingga terbaring di atas ranjang, sementara Aldi menaikinya.Dengan beringas Aldi menciumi wajahnya lalu bibirnya, tangannya dengan nakal meremas-remas buah dada Poppy dari balik bajunya.
"Awwww!iihhhh... Aldi... oohh..kamu... aaahhh.. udah nafsu banget ya sama ibu.. aaaacchhh?" ujar Poppy di sela-sela serangan Aldi.
"Buuu..oohhh... dari pertama bertemu aku menantikan saat ini... ooohhhh.." ujar Aldi sambil terus mencium dan meremas buah dada Poppy.
Setelah beberapa menit mencumbui Poppy dengan baju keduanya masih lengkap, Aldi kemudian menyingkir sejenak untuk membuka baju dan celananya.Terlihat Aldi dalam kondisi bugil dengan kontol yang sudah menegang sempurna.
"Gimana bu, kontol Aldi bagus kan?" ujar Aldi.
"Hihi..masih besaran punya suami ibu Al." jawab Poppy membuat Aldi sedikit kecewa.
"Bu Aldi kan udah bugil, ibu juga buka semua bajunya donk. " pinta Aldi.
"Sini sayang, kamu bukain donk semua baju ibu." pinta Poppy.
"Ah..mau.. mau ibu.." Aldi mendekat lalu mempreteli semua pakaian Poppy, dimulai dari bajunya, lalu branya.Terpampanglah dada yang mulus, putih dan montok dambaan setiap lelaki.Lalu dipelorotkan celana jeans ketat yang dipakai Poppy, dilanjut dengan celana dalamnya.Terpampanglah memek Poppy dengan hutan rimbun di sekelilingnya.Namun Aldi tak mau membuka jilbab Poppy dan tetap menyisakannya karena menurutnya dengan jilbab yang terpasang justru Poppy semakin seksi.
"Ahhh.. Bu Poppy, Aldi pengen nenen.." pinta Aldi dengan nada manja.
"Sini sayang, nenen sama ibu ya." ujar Poppy dengan nada menggoda.
Lalu mulut Aldi segera menyosor payudara Poppy sambil diremas oleh payudaranya.
"Hhmm.. aaahhh.. hhhmmm.. aaaahhhh.. Ibu nenennya bagus... Aldi suka... aaahhhh.." ujar Aldi sambil keenakan.
"Aahhhh.. Aldi sayang..terus... ibu kasih kamu nenen yang banyak biar sehat.. hihi.." ujar Poppy merangsang Aldi.

Kemudian setelah puas menyusu pada ibu guru cantik, Aldi pun berdiri dan meminta untuk disepong oleh Poppy.Poppy kemudian memegang kontol Aldi dan mengocoknya dengan kencang.Lalu Poppy memasukan kontol Aldi ke dalam mulutnya.Poppy mengeluarkan jurus blowjobnya yang selalu membuat suaminya kelojotan.
"Aaaahhh.ibu.. enak banget.. aaahhh.. aaaahhhh..." Poppy tersenyum melihat Aldi keenakan.Lalu Aldi pun melepaskan kontolnya dari mulut Poppy karena sudah hampir klimaks
"Ibu, Aldi mau masukin kontol Aldi ke memek ibu" ujar Aldi.
"Sini sayang, cepet masukin burungmu ke sarangnya." ujar Poppy sambil mengangkang.
Lalu Aldi mendekatkan kepala kontolnya ke lubang memek Poppy, dan menekannya secara perlahan, sampai akhirnya seluruh kontol Aldi masuk ke memek Poppy.
"Aaaahhhh... ibu enak banget..memek ibu sempit.. ooohhh..." Aldi mengerang keenakan.
"Ayo genjot say memek ibu." ujar Poppy.
Lalu Aldi mulai mencoba menggenjot memek Poppy, namun malangnya, baru satu kali genjotan, Aldi pun orgasme.Spermanya menyembur 5 kali ke dalam memek Poppy.
"Ah.... Aldi kok udah keluar sih..ibu kan belum puas sayang..." ujar Poppy agak kecewa.
"Ah... maaf bu, Aldi gak tahan, ibu enak banget soalnya, Aldi puas banget bu, Aldi lemes."Aldi pun ambruk di atas tubuh Poppy sambil tersenyum.

Story of Lidya, I'm a Slut 1



Aku menggerutu pelan ketika melihat keluar dari jendela kamar kosanku. Matahari bersinar terang dan panas sekali. Dengan enggan aku bersiap untuk keluar dari kosan demi mengikuti perkuliahan. Flare skirt berwarna navy blue sudah menutupi pinggang hingga 5 cm diatas lututku. Demi mengurangi rasa panas, aku memakai kaos putih ketat. Dadaku terekspose dengan jelas akibat dari ketatnya kaus ini.

Aku melihat jam dan merasa aku masih bisa pergi ke foodcourt dulu untuk sarapan yang telat. Aku harus masuk kuliah jam 1 dan sekarang masih jam 12 kurang. Sepatu flat shoes sudah kupakai dan aku sudah siap untuk pergi ke kampus. Setelah kukunci kamarku, aku keluar kosan dan berjalan menuju kampus yang tidak jauh dari kosan. Aku melewati warung kopi di pinggir jalan dan ada beberapa mahasiswa yang nongkrong di warung kopi tersebut. Pendengaranku yang tajam bisa mendengar suara siulan pelan dan obrolan mereka.

“Buset, montok juga ya tu cewek.” Kata salah seorang cowok.

“Wuih, iya broo. Bulet.. Kenceng lagi..” kata temannya.

Aku tidak menghiraukan perkataan mereka dan menyebrang tepat di depan kampus. Salah seorang satpam yang sedang duduk langsung berdiri dan membantuku untuk menyebrang.

“Eh, neng Lidya. Mau kuliah neng?” sapa si satpam itu ketika aku sudah sampai sebrang.

“Iya pak, makasih ya udah nyebrangin.” Ucapku.



Aku berjalan meninggalkannya dan menuju foodcourt yang berada di lantai dasar. Aku merasa si Satpam tadi memandangi pantatku yang bergoyang pelan. Entah mengapa aku memang suka orang memandangi tubuhku dengan kagum. Aku rela dilihat banyak orang asalkan mereka tidak berbuat macam-macam dengan tubuhku.

“Liidyaaa..”


Ada yang memanggilku dan aku langsung mencari siapa yang sudah berteriak untuk memanggilku. Kulihat di ujung foodcourt, seseorang melambaikan tangan. Ada tiga orang yang duduk di meja tersebut, Dimas, Mila dan tentu saja Reza, pacarku. Aku langsung menghampiri mereka yang sedang mengobrol.

“Hai”

“Hai Lidya..” kata Dimas dengan semangat.

“Kok kalian disini sih? Bukannya lagi kuliah?” tanyaku kepada Reza dan Dimas. Reza dan Dimas tidak satu jurusan denganku. Mereka jurusan teknik sipil dan satu tingkat diatas aku. Sedangkan aku kuliah jurusan manajemen bersama Mila. Aku mengenal mereka ketika sedang ospek dan mereka adalah mentorku.

“Aku sama Dimas tadi udah masuk, tapi cuma ada asdos aja. Dosennya nggak masuk, jadi cuma bentar deh.” Kata Reza.

“Iyah, terus tadi ketemu Mila. Terus aku ajak aja kesini.” Lanjut Dimas.

“Lebih tepatnya aku diculik kesini Lid.” Sanggah Mila. “Lagi jalan tiba-tiba ditarik disuruh duduk sini.”

Dimas hanya menyengir pelan.

“Enak banget ih kalian, kuliahnya bentar. Lah gue sama Mila masih harus masuk sampe jam 3.”

“Yasudahlah, terima aja penderitaan lo. Hahaha..” Ujar Dimas sambil menertawakan aku.

“Ahh sialan lo Dim.. Gue mau cari makan dulu, kalian udah makan?” tanyaku berbasa-basi.

Dimas menggelengkan kepala. “Entar aja deh yang, masih kenyang.” Kata Reza

Akhirnya aku dan Mila pergi meninggalkan mereka yang sibuk main Hpnya masing-masing. Aku dan Mila memutuskan untuk membeli makanan prasmanan agar tidak menunggu lama. Setelah membayar semua makanan, kami kembali ke bangku tempat Reza dan Dimas duduk. Ketika kembali mereka sedang asyik dengan HPnya sambil mengobrol. Aku yang tidak terlihat oleh mereka berdua mendengar samar-samar perkataan mereka.

“Lo apain sih si Lidya? Makin montok aja dia.” Tanya Dimas.

“Hahaha, ada deh. Emang montok banget si Lidya, padet lagi. Ga salah deh gue dapetin dia.” Ujar Reza yang matanya tidak terlepas dari layar HP.

“Wah beruntung banget lu ye. Banyak banget tau yang ngantri buat jadi cowonya.” Kata Dimas.

“Hahaha, jangan-jangan lu ngiri lagi sama gue?” celetuk Reza. “Makanya lu jadiin tuh sama si Mila. Seksi juga dia.”

Aku tiba-tiba memunculkan diri dan langsung menyeletuk, “Hayoo, lagi ngomongin kita yaaa..”.

Reza terlihat kaget ketika melihat aku dan Mila tiba-tiba datang, begitu juga dengan Dimas. Namun Dimas hanya tersenyum jail ke arahku.

“Ehh, ng.. nggak kok ss..ssaay..” kata Reza dengan terbata-bata.

“Kalo bukan gue sama Mila yang kalian bicarain, terus Lidya mana lagi yang montok dan padet?”

“Nah loh Ngga..” kata Dimas yang tiba-tiba tertawa terpingkal-pingkal melihat reaksi pacarku yang salah tingkah. Reza hanya tersenyum sambil menggaruki kepalanya yang tidak gatal. Aku cuek aja melihat kelakuan pacarku yang polos itu.

“Lu juga Dim, gue baru tau kalo lu ngincer si Mila.” Ujarku.

“Ogaah gue sama elu. Entar dimesumin lagi.” tolak Mila.

Sekarang gantian Reza yang menertawakan Dimas. “Hahaha, belum apa-apa udah ditolak duluan.”

Aku dan Mila mengabaikan mereka dan langsung melahap makanan di meja. Memang aku sangat lapar karena belum sarapan. Hanya dalam beberapa menit saja makananku sudah habis setengah. Reza dan Dimas tidak mengobrol lagi sejak kepergok lagi ngomongin aku. Reza memainkan game Clash of Clan di iPhonenya dan Dimas juga mengutak-atik HP Samsungnya, namun aku tak tahu apa yang sedang dia buka.

“Eh say, nanti kita nonton yuk. Kan ada James Bond yang baru tuh.” Ajak aku.

“Hayu, tapi aku harus pergi dulu. Paling aku jemput kamu pas udah beres kelas.”

“Ngga apa-apa. Aku juga ada rapat senat dulu nanti sore. Paling abis rapat sekitaran jam 6an.”

“Eh, kalian pergi berdua aja nih? Gue ga diajak.” Tanya Dimas.

“Iyalah kan mau ngedate” Timpalku.

“Ikut dong, gue juga pengen nonton.” Kata Dimas.

“Ajakin tuh si Mila, kalo cuma lu doang mah ogahh. Nanti ada nyamuk.” Balas Reza

Dimas langsung menoleh ke arah Mila. Mila yang hendak menyuapkan makanan ke mulutnya langsung berhenti dan berkata, “Emmohh, nanti di grepe-grepe sama lu lagi di dalem bioskop.”

Aku dan Reza langsung tertawa mendengar penolakan oleh Mila. Dimas langsung melancarkan jurus rayuan mautnya untuk mengajak Mila. Setelah puluhan rayuan maut yang ditolak mentah-mentah, Mila akhirnya menyetujui ajakan Dimas yang sudah memakai tampang memelas. Dimas terlihat senang tidak keruan ketika akhirnya Mila menyetujui untuk ikut nonton. Mila hanya tersenyum manis melihat kelakuan Dimas.

================================================== ================

Tak lama aku dan Mila pergi untuk masuk kuliah. Kali ini aku kuliah Manajemen SDM dengan dosen Pak Hary. Seperti biasa, Pak Hary menyuruh salah satu kelompok untuk menjelaskan materi. Sebenarnya mata kuliah ini tidak terlalu sulit, asalkan membaca materinya. Namun penjelasan kelompok yang monoton membuat aku mengantuk di dalam kelas. Tidak hanya aku, tapi sebagian besar mahasiswa sudah mulai menguap ketika memasuki 1 jam.

Aku yang sedang bosan, iseng membuat status di BBM. Kutulis ‘Bored’ dan memasukan emoticon mengantuk. Tak lama ada BBM masuk dari seseorang.

“Mau main di tempat biasa?” isi BBM tersebut.

Aku langsung bersemangat ketika mendapatkan BBM tersebut. Aku langsung membalasnya, “Ayo siapa takut. Gue mau izin keluar dulu sama dosennya.”

Setelah situasi memungkinkan, aku izin kepada Pak Hary untuk ke toilet. Namun aku tidak langsung ke toilet. Aku naik satu lantai ke lantai 4 dan melihat keadaan sekitar. Lantai 4 ini cukup sepi karena isinya adalah ruangan lab yang jarang dipakai. Aku memasuki toilet wanita yang berada di ujung koridor. Toilet di lantai ini cukup bersih karena jarang ada yang memakainya. Di dalam toilet pun tidak ada orang. Ada 3 bilik di dalamnya dan semuanya terbuka.

Setelah keadaan aman, aku langsung mengirimkan BBM, “Gue udah di TKP. Buruan sini. Jangan lupa kunci pintunya.”

BBMku langsung dibaca, aku tinggal menunggu orang itu masuk ke dalam toilet ini. Tak lama seseorang memasuki toilet ini, terdengar langkah kaki lalu hening. Lalu pintu masuk toilet ditutup oleh orang tersebut dan dikunci dari dalam. Pintu bilik toilet diketuk dengan pelan, kubuka pintu itu dan muncul seseorang yang cukup kukenal baik. Dengan badannya yang tinggi dan berisi, khas pemain basket dan kulitnya kecoklatan karena sering terkena sinar matahari. Orang itu cukup menarik perhatian. Ditambah lagi dengan tampangnya yang nggak parah-parah banget bisa bikin cewek-cewek kepincut.

“Hai Dim.” Sapaku kepada cowok itu. Dimas ini adalah sahabat Reza yang tadi siang makan bersama aku.

Tanpa berbasa-basi, Dimas langsung menyosor bibirku. Mulutnya melumat habis bibirku. Aku sudah yakin lipgloss yang kupakai sudah hilang akibat lumatannya. Nafas Dimas yang memburu mengenai pipiku, terasa hangat. Nafasku juga sudah tidak beraturan gara-gara ciuman penuh nafsu ini. Tangan besar Dimas memeluk tubuhku dengan erat. Aku merasakan badanku sudah menempel dengan badan Dimas yang cukup berisi. Jari tangan kanannya sudah menyingkapkan rok dan meremas-remas pantatku. Aku hanya bisa mendesah pelan menerima semua perlakuannya. Aku merasakan ada yang meleleh dari bibir memekku. Aku sudah banjir! Padahal baru dicium dan diremas-remas saja.

“Diimm..” erangku ketika Dimas melepaskan ciumannya. “Reza dimana?”

“Masih di foodcourt. Tenang aja, gue bilang mau ke TU dulu. Dia nggak akan nyariin kok.” Jelas Dimas.

Bibir Dimas mulai menjelajahi leherku. Dimulai dari leher bagian bawah dan bergerak ke atas ke belakang kupingku. Terasa geli di seluruh badanku, tapi rasanya nikmat. Aku menggelinjang pelan saat bibir Dimas menciumi belakang kupingku.

“Ssshhh... Diiimmm..” desahan keluar dari mulutku. Birahiku sudah meluap-luap. Memekku terasa geli dan ingin dimasuki oleh batang yang keras. Dimas sudah melepaskan bibirnya dari leherku. Dengan sekali gerakan, Dimas membuka kaos putih dan langsung membuka bra ukuran 34C yang aku pakai. Aku sudah topless, bibir Dimas langsung melumat putingku yang sudah tegak maksimal.

“Demen bener gue sama toket lu. Kenyal banget, padet berisi.” Ucap Dimas, seketika mulutnya kembali sibuk dalam menghisap putingku. Kurasakan tubuhku bergetar ketika lidah Dimas menstimulasi putingku.

Tangan Dimas juga tidak menganggur. Rokku dan celana dalamku disingkapkan. Jari jemarinya mengusap lembut klitorisku yang sudah basah dengan cairan cinta. Jari tengah dan jari telunjuknya memasuki lubang memekku dan jempolnya di klitoris.

“Bitchy banget lu Lid, baru di grepe-grepe bentar udah banjir gini.” Kata Dimas sambil mengobok-obok liang memekku.

“Ssshhh Diiimmm.. Maasshukkin langsuung ajaaa..” desahku. “jaangaann laammaa-lammaaa.. Aakku kan maassihh kuulliahh.. Aaaahh..”

Dimas melepaskan jarinya dari memekku. Terlihat mengkilat karena cairan cintaku. Dimas menyodorkan jarinya dan kulumat hingga bersih. Rasa asin dari cairan cinta memenuhi mulutku. Dengan tidak sabar aku membuka celana jeansnya juga celana dalamnya. Dimas membukanya dan menaruhnya di gantungan baju. Kontol Dimas sudah menegang, ukurannya cukup besar untuk ukuran orang Indonesia. Pernah kuukur, panjangnya hampir 18 cm dan lebarnya hampir 5 cm. Kontol inilah yang bisa membuatku bergelinjangan karena nikmat.

Aku menumpukan lututku di tutupan kloset duduk. Posisiku menjadi menungging dan berpegangan pada dinding. “Diim, masuukkiiinn.. Guee gaa tahaaann..” erangku dengan manja.

Dimas memposisikan kontolnya di bibir memekku. Namun tidak langsung dimasukan, kepalanya menggesek-gesek bibir memekku. “Diim, masuukiin ajaahh..” kataku dengan manja.

“Udah ga tahan ya Lid..” kata Dimas sambil tersenyum mesum.

“Iyyahh.. Meemeekk Liidyyaa udaah gaa taaahaannn..”

Dimas mulai memasukan kontolnya. Tapi sangat pelan, hanya kepalanya saja yang masuk ke dalam memekku. Kemudian kepalanya dikeluarkan kembali. Dimas melakukan itu berulang kali. Aku tidak tahan, akhirnya aku menggerakan pinggulku ke belakang sampai kontolnya masuk dengan sempurna ke dalam memekku.

“Uuuhh... Giillaa.. Niikmaatt.. Peenuuhh bangeet meemeekk Liidyaa..”

Senyum kemenangan muncul di muka Dimas. Kontol besar dan keras itu sudah masuk sepenuhnya hingga ke pangkal. Kubiarkan sejenak untuk membiasakan terhadap barang yang besar ini. Walaupun memekku sudah licin dengan cairan cintaku, aku masih merasakan ngilu.

“Liid.. Memek lu masih peret ajaa..” ujar Dimas.

“Punya lu gede kali Dim.. Jangan digerakin dulu, memek gue ngilu.”

Belum juga berjalan semenit, Dimas sudah menggerakan pinggulnya. Kontol Dimas keluar masuk dengan pelan, menggesek dinding vaginaku. Rasa ngilu menjalari selangkanganku, namun disela-sela rasa ngilu itu terasa nikmat di tubuhku.

“Diimmm.” Erangku.

“Uhhh.. Liid, sorry.. Gue ga tahan abis memek lu ngegrip banget..” ujar Dimas seraya menggerakan pinggulnya dengan kecepatan pelan.

Sedikit demi sedikit, rasa ngilu di selangkanganku menghilang dan digantikan dengan rasa nikmat yang menjalari seluruh tubuhku. Kututup mulutku rapat-rapat untuk menghindari desahanku terdengar dari luar toilet. Dimas merespons tubuhku dengan mempercepat goyangan pinggulnya.

Ditengah rasa nikmat yang menjalari tubuhku, tiba-tiba terdengar suara pintu yang dibuka paksa. Bunyi pintu yang terbuka membuat kami kaget setengah mati. Rasa nikmat genjotan Dimas terpaksa ditunda ketika Dimas kaget dan batang kontolnya terlepas dari memekku. Aku mengomel di dalam hati ketika ada dua orang yang masuk ke dalam toilet. Bunyi sepatu dengan heels menggema di dalam toilet.

“Ughh, kenapa sih toilet gak ada yang bener. Di lantai 3 rusak, yang ini susah dibuka..” ucap seorang wanita dengan nada yang kesal. Aku merasakan mengenal suara wanita ini. Namun aku tidak ingat siapa orang tersebut karena yang kupikirkan hanyalah ML.

“Kampus gede, tapi WC rusak semua. Ga modal ih kampus.” Kata seseorang lainnya. Suara orang ini juga terdengar familiar di telingaku.

Kedua orang tersebut masuk ke dalam dua bilik di sebelahku. Terdengar suara percikan air di kedua bilik tersebut. “Eemmhh..” terdengar suara desahan dari bilik sebelah.

“Eh ngapain lu? Jangan-jangan lagi ngobelin memek ya? Si Hari ga bikin lu puas? Ahahaha..” kata wanita di sebelahnya.

“Sialan lu, gue lagi bersihin memek gue nih.. Tadi si Hari nyemprot di dalem banyak banget, udah gue bersihin tapi ternyata masih ada di dalem. Di kelas tadi keluar deh basahin panties gue.”

“Hahaha, yakali lu maen sebelum kuliah. Udah tau dia suka nyemprot di dalem.”

“Gapapa dah, yang penting kuliah gue dapet A. Lagipula kontolnya enak tau.”

“Hahaha, lu dulu sok-sokan ga mau. Eh sekarang ketagihan.”

“Njir, diem lu.”

Wanita yang di ujung bilik tertawa, kamudian terdengar suara pintu biliknya terbuka dan orangnya keluar dari dalam. Terdengar suara percikan air di wastafel, tampaknya wanita itu sedang mencuci tangannya.

“Masih lama ga lu?” tanya si wanita yang sudah keluar.

“Bentar.” Jawabnya. “Duh, ga enak nih panties gue basah. Lu ada pantyliner ga?”

“Bawa, tapi kan ada di dalem kelas.”

“Ah, shit.”

“Udah ga usah pake panties aja. Gue juga ga make.”

“Iya kali ya. Yaudah deh.”

Tak lama wanita di bilik sebelah keluar, kemudian langkah kaki terdengar hingga keluar dari toilet. Setelah pintu toilet terdengar menutup kembali, kami menarik nafas lega. Setidaknya kami tidak ketahuan sedang ML di toilet kampus. Tapi aku jadi berfikir, siapa kedua orang tersebut. Apalagi suaranya terdengar familiar.

“Dim... Aaahhh..” tiba-tiba Dimas memasukan kontolnya yang masih tegang itu ke dalam memekku. Aku tidak dapat menahan teriakan dari mulutku. “Shiit.. Pelan-pelan Diim...”

Dimas hanya terkekeh. “Untung ga ketauan kita lagi indehoy disini. Kalo ketauan bisa gempor gue diminta ngegenjot mereka berdua.” Lalu kembali menggerakan pinggulnya. Tanpa tedeng aling-aling, Dimas menggenjotku dengan kecepatan tinggi. Aku tak kuasa untuk menahan desahan yan keluar dari mulutku.

“Shiit.. Diimmm Pelanniinnn..” racauku. “Ooouuhh, giillaa koonttool luu Diimm...”

Dimas tidak menghiraukan aku yang meracau dengan keras. Aku yakin bila pintu toilet tidak tertutup pasti desahanku terdengar hingga keluar hingga ke koridor. Tapi aku sudah tidak menghiraukannya, yang kupikirkan hanyalah batang kontol yang keluar masuk memekku yang sudah banjir. Cairan pelumasku sudah menetes ke lantai.

“Ouuh fuckk it Lidd...” racau Dimas. “Gila, memek lu peret bangeet.”

Dimas tidak hanya menggenjotku dengan keras. Tangan besarnya menggerayangi dadaku dan meremasnya dengan cukup kasar. Namun kekasaran tangannya membuat sensasi yang berbeda di tubuhku. Putingku sudah tegak maksimal dan dipelintir oleh jarinya.

“Ohh, Diiimm.. Lu apaaiinhh tookkeett gueeee..” desahku ditengah gempuran genjotannya.

Sesekali Dimas meremas bongkahan pantatku. “Gilla Liiddhh.. Paantat luh sekell bangetth.” Ucap Dimas sambil meremas pantatku. Terdengar dari suaranya, Dimas sudah terengah-engah dalam menggenjotku.

Dalam sekali gerakan, Dimas menampar pantatku. “Plaakkk..” Bukannya rasa sakit yang kuterima dari tamparan itu. Aku merasakan ada seperti kejutan listrik di seluruh tubuhku. Rasa geli juga menghinggapi tubuhku hingga membuat badanku bergelinjang nikmat. Ditambah lagi genjotan Dimas semakin cepat dan kasar membuat rasa nikmat di selangkanganku.

Cairan pelumas memekku sudah membasahi lantai, sebagian mengalir ke paha bagian dalamku. Suara genjotan kontol Dimas dan benturan paha Dimas dengan pantatku menggema di dalam toilet. Suara lenguhan dari mulutku terdengar samar di toilet ini. Aku merasakan ada rasa geli dan nikmat bercampur menjadi satu. Rasa itu semakin menjadi-jadi di tubuhku. Terasa ada sesuatu yang hendak keluar dari tubuhku dan rasana nikmat sekali.

“Ooouhhh... Guueee maauu kelluuaarr Diiimmmmhh... Ooouuhh..” aku melenguh dengan keras ketika rasa nikmat itu datang. Hanya berselang beberapa detik, aku tidak dapat menahannya lagi. Pertahananku sudah jebol.

“OOOUUUHHHH DIIIMMMM.....” aku berteriak untuk melampiaskan rasa nikmat dari dalam tubuhku. Cairanku menyemprot bersamaan dengan teriakanku hingga membasahi lantai dan sebagian paha Dimas.

Di tengah-tengah gelombang orgasme yang melanda tubuhku, Dimas tidak mengendorkan gempurannya. Dimas tetap menggenjotku dengan kecepatan maksimal yang bisa dia lakukan. Akibatnya gelombang orgasmeku tidak hanya datang sekali, tapi beberapa kali. Tubuhku bergetar dengan keras ketika gelombang orgasme itu datang.

Gelombang orgasmeku sudah sedikit mereda, tapi Dimas tetap menggenjotku tanpa ampun. Rasa ngilu muncul kembali di selangkanganku. “Diimm.. Pelaanninn dikiittthh.. Guue udaah lemeeess...” pintaku kepada Dimas.

“Sebentar Liidhh.. Guee jugaa udahh mau keluar..” jawab Dimas sambil terengah-engah.

Kakiku sudah terasa lemas, hampir terasa tidak bertenaga lagi. Sedikit demi sedikit rasa nikmat kembali muncul seiring genjotan Dimas yang kasar dan tidak beraturan. Aku sudah merasakannya dan aku yakin tak lama lagi Dimas akan keluar. Namun dibalik kekasaran itu rasa nikmat kembali muncul ke ubun-ubun.

Genjotan Dimas semakin kasar dan akhirnya Dimas meraung dengan cukup keras. “OOUHH LIID.. TERIMAA NIHH PEJUU GUEEE...” Semprotan demi semprotan hangat keluar di dalam memekku. Rasa nikmat yang sudah di ubun-ubun kembali memuncak dan meledak di dalam tubuhku. Aku mengerang menikmati rasa nikmat di selangkangan dan menjalar ke seluruh tubuhku. Orgasme ini tidaklah sehebat sebelumnya, tapi membuat rasa ‘pas’.

Dimas yang sudah lemas akibat ‘bekerja keras’ hanya mendiamkan kontolnya di dalam memekku. Tangannya mengelus punggungku yang terbuka dan berkeringat. Sedikit demi sedikit kontol Dimas mengecil dan sebagian kecil pejunya meleleh ke bibir vaginaku. Rasa hangat ini membuat aku rileks dan entah mengapa ada rasa ‘menyenangkan’.

“Haah, keluar juga peju gue. Tabungan gue seminggu tuh. Pasti banyak banget.” Ujar Dimas sambil terkekeh.

“Iyah, lu gila ya banyak banget nyemprotnya. Anget banget memek gue.” Kataku.

“hahaha.. Emang enak nyemprot di memek cewek orang. Kalo hamil juga bukan gue yang tanggung jawab. Hahahaha” tawa Dimas.

“Sialan lo, cuma enaknya doang.” Kataku. Nafasku sudah beraturan dan sudah pulih dari gelombang orgasme. “Reza aja ga pernah nyemprot di dalem memek gue, eh udah keduluan sama lu.”

Dimas terkekeh dan tanpa aba-aba, dia langsung melepaskan kontolnya dari dalam memekku. Rasa geli langsung menyengat dari selangkanganku hingga ke seluruh tubuhku.

“Njirr.. “ umpatku. “Kalo lepasin pelan-pelan kek, geli tau..” ujarku dengan nada manja.

“Hehehe, sorry Lidyaku sayang.” Kata Dimas sambil mengelus rambutku yang sudah berantakan.

“Dim, tolong ambilin tisu dong di wastafel.” Pintaku.

Aku merasakan ada yang cairan yang keluar dari dalam memekku dan mengalir di bibir memekku. Aku mengejan untuk megeluarkan peju Dimas dari dalam memekku. Terdengar suara seperti angin yang keluar dari dalam memekku dan keluarlah peju Dimas yang kental dalam jumlah yang cukup banyak. Lantas aku mengadahkan tangan untuk menampung cairan itu. Kemudian kujilat tanganku untuk merasakan peju Dimas. Inilah yang aku suka dari peju Dimas, rasanya asin gurih dan enak untuk dijilat.

Ketika Dimas keluar, aku memasukan jari telunjuk dan jari tengahku ke dalam memekku untuk mengambil peju Dimas yang masih tersisa di dalam memekku kemudian menjilatnya. Ketika Dimas masuk kembali ke dalam bilik, aku melihat kontolnya yang menggantung lemas. Dengan gemas kuraih kontol itu dan memasukannya ke dalam mulutku.

“Sini, biar kontol lu gue bersihin.” Ucapku.

Setelah kujilat dan kuhisap, dalam sekejap kontol Dimas sudah bersih dari pejunya. Kemudian aku membersihkan lelehan peju dan cairan cintaku di paha dan bibir memekku. Setelah kurasa cukup bersih, aku mengenakan kembali celana dalamku.

Aku mengambil bra dan kaos putihku untuk dipakai dan Dimas berkata, “Apa ya reaksi Reza kalo cewek kesayangannya dientotin sama gue?”. Dimas memakaikan celana dengan asal dan belum dikancingkan. Kontol yang tadi membuat aku bergelinjangan nikmat itu masih tergantung dengan bebas.

“Ahh, gatau deh..” ucapku sambil lalu. Aku memasangkan bra dan Dimas membantu memakaikannya. “Jangan sampe dia tau kalo kita ngelakuin ini. Gue sayang sama cinta sama Reza. Gue nggak mau kehilangan dia.” Kataku dengan tegas. Kemudian aku memakaikan kaus putih ketatku dan merapikan rambutku. Rambutku sudah berantakan dan tidak bisa dirapikan tanpa sisir. Aku memutuskan untuk mengikatnya seperti ekor kuda.

“Iyalah itu sih pasti.” Kata Dimas merogoh kantong celananya untuk mengambil rokok dan korek, lalu menyalakan rokok tersebut dan menghembuskan asap rokoknya. “Kalo lu sayang sama cinta sama Reza, kenapa lu mau ngentot sama gue?” tanya Dimas.

“Sejak kita ngentot dengan nggak sengaja pas di kosan Reza, gue udah ga bisa lepas sama ini nih.” Ucapku sambil meremas batang yang sudah lemas itu dan mengecup pelan di kepala kontolnya. “Gue bisa bilang kalo gue sama-sama puas kalo ngentot sama Reza ataupun lu Dim. Tapi gatau kalo gue ngentot sama lu, ada sensasinya. Apalagi di tempat kayak gini.”

“Hahaha, iya ampir aja kita ketauan sama si Milla sama temennya. Untung dia ga nyadar ada orang lain di bilik sebelahnya.” Ujar Dimas dan membuatku kaget, Dimas menyebut nama Milla.

“Ha? Milla?” tanyaku dengan kaget.

“Iyah Milla. Emang lu ga nyadar sama suara sama logatnya si Milla?” Dimas bertanya balik.

Pikiranku berkelana ke kejadian beberapa menit yang lalu. Memang suara mereka familiar di pikiranku, namun aku tidak berfikir kalau yang bicara tadi adalah Milla. Setelah kupikir kembali, Suara cewek di bilik ujung adalah Ratna teman sekelasku dan tadi dia duduk di sebelah Milla.

Aku manggut-manggut ketika mendapatkan kebenaran itu. “Iyah aku juga kenal sama suara yang di bilik ujung. Dia Ratna sekelas sama aku sekarang.” Kataku sambil menatap Dimas yang menghembuskan asap rokoknya ke langit-langit. “Nah, lu gimana? Kan lu ngincer si Milla.”

“Hahaha, gampang itu sih.. Gue buat dia bertekuk lutut di depan kontol gue dah..”

“Hahaha dasar. Yang penting, gue bisa ngentot deh sama lu kalo gue pengen..”

“Siap Lid..” ujar Dimas. “Eh Lid, lu ga masuk? Udah setengah jam loh lu diluar.”

Aku melihat jamku dan aku menyadari kalao 15 menit lagi, kelas akan bubar. “Oh Shit..” umpatku. “Gue cabut dulu ye.. Ati-ati lu ketauan masuk WC cewek.. Hahaha..” kataku sambil meninggalkan Dimas yang sedang merokok di WC cewek.

================================================== ================

“Dari mana aja lu Lid?” tanya Milla ketika aku duduk kembali ke kelas.

“Mules gue tadi Mil, mana WC di lantai 3 lagi rusak kan. Jadi gue ke lantai 4 deh.” Kataku sambil memancing Milla. Seperti yang kuduga, Milla terlihat terkejut dan terlihat pucat. Ratna yang sedang memperhatikan Pak Hary langsung menoleh dan terlihat terkejut. “Eh pas mau masuk ga bisa kebuka, jadi gue ke lantai 5, untung disitu kosong.” Kataku lebih lanjut.

Milla dan Ratna terlihat lebih rileks ketika mengetahui aku tidak berada di WC lantai 4. Milla dan Ratna berpandangan sejenak dan mengalihkan perhatiannya ke Pak Hary yang sedang mengajar. Diam-diam aku mengeluarkan iPhone dan masuk ke dalam applikasi BBM. Kukirim chat kepada orang yang tadi bergumul denganku di dalam WC. Kutulis, “Emang bener yang tadi orangnya”, kemudian kukirim chat tersebut dan beberapa detik kemudian chat itu sudah dibaca. Kemudian iPhoneku bergetar di atas meja dan menampilkan isi chat.

“Ahahaha. I have a plan”