Friday 7 August 2015

Nafsu Birahi Citra: Keinginan Seorang Istri

Anissa

"Slurrrpp... Gede banget kontolmu paah... " desah Anissa Rumina (22), seorang wanita mungil berpantat semok sembari mengoral penis suaminya yang berukuran ekstra besar, "Gak pernah bisa muat dimulutku pah..."
"SSSshhhh... Mulutmu memang paling nikmat mah..." Bisik Seto Maryadi (24) sambil terus memegang belakang kepala istrinya, berusaha memasukkan seluruh batang penisnya dalam-dalam.
"Gaaagg gaaagg gaaaaggg..." Suara yang keluar setiap kali penis besar Seto keluar masuk tenggorokan Anissa.
"Oooh enak banget tenggorokanmu mah..."
"Ssshhh... Entot aku sekarang yuk pah..." pinta Anissa sambil meremas lembut batang penis suaminya. Sepertinya ia sudah tak mampu gelombang menahan birahinya.
"Hehehe... sabar sayang..." Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat.
"Jembutmu Mah... Selalu bisa bikin aku sesak nafas..."
“Hihihi... Lebet banget ya Pah..."
"Habisan aku males nyukurnya sayang..."
"Hehehe gapapa mah... Lebet-lebet tapi enaaaakkk... Sluuurrrppp..."
Ohh... oooohh... Paaahh... Terus Ppaaah... Nniiiikmatnya jilatanmu sayang... Aaaahhhh...." erang Anissa yang semakin merasa keenakan karena jilatan dan tusukan lidah suaminya. "Yuk Pahh... Eentttot aku sekarang..."
Seto lalu beranjak dari vagina istrinya, dan menempatkan penis besarnya di lubang kenikmatan Anissa.
"Iya pah... Cepet masukin... Entot istrimu Pah...." pinta Anissa tak sabar.
Namun Seto sepertinya ingin menggoda istrinya, melihat istrinya menggelijang-gelijang seperti cacing kepanasan, ia hanya tertawa kegirangan. Ia malah menggesek-gesekkan batang penisnya maju mundur ke lubang vagina istrinya. Membuat penis besarnya mengkilat karena lendir kenikmatan Anissa.
"Paaahhh... Kok malah main-main siiihhh... Ayooo sayang... Tusuk memek Mamah..." raung Anissa sambil tak sabaran.
Karena Seto belum juga mau menusuk vaginanya, Anissa lalu bangun dari posisi tidurnya dan mendorong tubuh Seto hingga telentang. Dengan sigap ia lalu membuka pahanya lebar-lebar, meraih batang penis suaminya dan menempatkan ke arah lubang vaginanya. Pelan tapi pasti, Anissa mulai menduduki batang penis itu dan memasukkan batang penis Seto ke lubang vaginanya. Sedikit demi sedikit ia menurunkan pinggulnya. Walau sudah 2 tahun menikah dan hampir tiap hari Anissa melakukan seks dengan Seto, namun untuk hal penetrasi seks, vagina mungilnya masih saja merasa kesulitan untuk dapat menampung penis besar suaminya . Vaginanya terlihat penuh dan sesak. Tak berapa lama, batang panjang milik seto penis itupun tertalan semua. Terlahap habis oleh vagina mungil Anissa.
”Ohh... Paaahh.... Dalem banget… !” oceh Anissa mulai kesetanan, “kontolmu berasa nembus mulut rahimku... "
"Hehehe... Goyang Maahhh..."
Tanpa dipinta dua kali, Anissa segera menggerakkan pinggul semoknya naik turun.
"OOooohh... enak banget sayang..." Erang Anissa, "Tempikku terasa penuh bangeeeett..."
"Enaaak ya Maaahh... Terus sayaaanng...."
Bak penyanyi dangdut, Anissa menggoyang penis Seto dengan hebat. Tak puas bergerak naik turun, ia pun menggerakkannya maju-mundur dan berputar. Ia menggiling batang kenikmatan suaminya tanpa ampun. Tak mau kalah, Setopun meremas payudara Anissa dengan gemas sambil memainkan putingnya yang semakin keras.

"Paaahh... Aku mau keluar pah.." Erang Anissa sambil mempercepat gerakan pinggulnya.
"Cepet banget Mah...?"
"Ya kalo dientot ama kontol sebesar punyamu.. Aku pasti cepet keluarnya sayang... OOooohhh.... " Jelas Anissa, "Isep tetekku sayang..."
Melihat istrinya akan mendapatkan orgasmenya, Seto lalu menuruti permintaan Anissa. Dalam posisi duduk ia lalu menjilati payudara istrinya.
"Paah.. paaahh.. Aku keluaaaarrrr..." Jerit Anissa histeris. Seolah seperti naik kuda, Anissa menghajar batang penis Seto keras-keras. Menghempas-hempaskan vaginanya ke arah kemaluan suaminya, "Paaaahhh.... Enak baaaaaannngggeeeettttt..."
Saking enaknya, mata Anissa sampai terbalik, mulutnya menganga dan tubuhnya melengkung ke belakang. Sejenak, Seto mendiamkan Anissa. Ia membiarkan istrinya untuk menikmati kedutan enak di vaginanya.
"Hehehe... enak banget ya Mah..." bisik Seto.
"Hiya Paaah... Nyut-nyutnya nyenengin..." balas Anissa sambil tersenyum puas.
"Yuk lanjut sayang... "ajak Seto.
Tanpa melepas penisnya yang masih tertancap dalam vagina Anissa, ia lalu merebahkan istrinya.
"Kamu aja dl yang gerak ya pah... Aku capek... Hihihi..."
Melihat istrinya yang sudah siap kembali, Seto lalu mulai menggerakkan penisnya maju mundur.
"Sempitnya tempikmu maaah.... Wuuueeeenak banget sayang..." desah Seto sambil mulai mempercepat sodokannya.
Walau vagina Anissa baru saja orgasme dan mengeluarkan cairan kenikmatan yang licin, tetap saja penis Seto merasa kesulitan untuk keluar masuk dengan mudah. Vagina mungil Anissa benar-benar terasa menjepit.
"Kontolmu juga enak pah..." balas Anissa, "sodok yang kenceng... entotin tempikku sayang... Oooohhh ennaaakkk... "
"Kata-katamu membuatku semakin nafsu sayang..." puji Seto sambil mengecupi bibir Anissa, "mirip pelacur murahan... tapi aku suka.."
"Hihihi... Kamu suka ya sayang..." goda Anissa, "entotin aku Pah...entotin pelacur binalmu ini..."
"Kamu memang nakal mah... nakal banget..."
Dengan nafsu yang menggebu-gebu, Seto semakin mempercepat sodokan penisnya. PLOK... PLOK... PLOK...suara tumbukan kelamin mereka berdua.
"Aaaauuuuhhh.... Sodok yang keras pah.. Sodok terus..." Racau Anissa lantang, "Entotin lebih keras lagi sayang...."
PLOK... PLOK... PLOK...Seto menggerakkan pinggulnya dengan brutal, tusukan demi tusukan penisnya terhujam ke vagina Anissa dalam-dalam. Membuat tubuh mungil wanita cantik itu terdorong ke depan, hingga menabrak sandaran tempat tidur.
"Ohhh Iya begitu sayang.... Terus... Entot yang keras...Ohhh... Ohhh nikmatnya kontolmu Paaahh..."
"Balik badan mah... Aku ingin ngentotim tempikmu dari belakang..."

Dengan nafsu yang menggebu-gebu, Anissa segera bangun dan memposisikan dirinya seperti anjing. Istri Seto ini membuka lebar kedua pahanya dan menunggingkan pantatnya tinggi-tinggi. Dengan satu tangan, ia menyibakkan bibir vaginanya lebar-lebar, memamerkan lubang kenikmatannya yang sudah berwarna merah dan berlendir.
"Entot tempikku pah..." pinta Anissa sambil mulai menusuk-tusukkan jemari tangannya ke dalam vagina.
"Woaahh... Seksi banget kamu sayang..." puji Seto, "benar-benar mirip pelacur... aku suka istri lonteku..."
PLAK... PLAK.. tangan Seto lalu menampar kedua pantat semok Anissa dengan keras.
"Aaahhh... Sakit pahhh...." erang Anissa.
PLAK... PLAK.. PLAK... PLAK..bukannya menghentikan tamparan tangannya, Seto malah berulangkali menapari pantat putih itu hingga berubah menjadi merah.
"Paaaahh... Saaaakiiiittttt..."
"Nungging yang tinggi mah... Aku udah nggak tahan”
Dengan kecepatan tinggi, Seto lalu menusukkan penisnya dengan kuat. Saking kuatnya, tubuh Anissa sampai terhempas menabrak sandaran tempat tidur.
"Aauuwww... Pahh... Sakiittt...
Mendengar rintihan istrinya, semakin membuat Seto kalap. Dengan sekuat tenaga Seto malah semakin menghajar vagina istrinya dengan lebih brutal lagi. Sekuat tenaga Seto menusukkan batang panjang penisnya dalam-dalam.
"Terima ini mah....lonte seperti dirimu memang pantasnya disiksa seperti ini.... " teriak Seto sambil menarik rambut Anissa dari belakang, mirip seperti joki ketika memacu kudanya. "lonte sepertimu pantasnya disodok keras-keras..".
DUK...DUK...DUK...suara yang ditimbulkan oleh persetubuhan Anissa dan Istrinya.
"Iyaaah.... iyaaahh... enak Paaah....enak banget" Anissa meracau tak karuan. "siksa aku paaahh... siksa terus lontemu ini..." tambahnya mesum.
Anissa sebenarnya adalah wanita baik-baik, seorang istri penurut dan juga pendiam. Namun semenjak ia menikah dengan Seto, perubahan mulai terjadi padanya. Terlebih ketika ia sedang bercinta, sisi lain darinya pun muncul dan menguasai pribadi kalemnya. Ketika bercinta, Anissa berubah menjadi seperti seorang pelacur murahan.
"Teruss paaahh....entot tempikku teruss.." desah Anissa yang mulai menikmati perannya sebagai pelacur, tangannya pun mulai meremasi kedua payudaranya yang bergantungan secara bergantian.
Melihat Anissa merasa keenakan, Seto mendadak menarik batang penisnya hingga terlepas keluar. Mendiamkannya sesaat, lalu menusukkan kembali dalam-dalam
"AAARRRGGGGHHHH... Paaaahhh..." Jerit Anissa
"Rasakan ini mah... Rasakan kontol kerasku..." Lagi-lagi Seto mencabut batang penisnya, lalu menusukkannya dengan keras ke vagina Anissa.
"Oooohhh.... Iyaaa pah.... Terusss.... Lebih kenceng lagi nusuknya... Lebih kenceng lagi sayaaang..." pinta Anissa, alih-alih merasa kesakitan, istri Seto ini malah keenakan
Tiba-tiba, ketika Anissa sedang merasakan kenikmatan, Seto memasukkan jempol tangannya ke dalam lubang anus istrinya.
"Woooohhh.... Paaah kamu ngapain... " Rintih Anissa sambil menengok kearah suaminya yang terus memompa penisnya, "Jangan kobel anusku sayaang... Joroookkk..."
"Jorok apanya? Wong rasanya enak begini kok jorok..." Ucap Seto sambil menjilati jempol yang bekas ditusukkan ke anus Anissa, "Aku jadi pengen nyodok bo'olmu Mah..."
"Iya sayang... Sodok ajaaaahhh... OOoohhh..." Racau Anissa, terlena akan kenikmatan baru, "Aaarrhhhh... Sayaaangg....Ennaaaak baaangeeeettt..."
"Tapi nggak sekarang yaaaa... Besok-besok saja..."
"Hoo'ooh sayaaang...." Jerit Anissa yang menjadi semakin liar
"Sempit banget tempikmu maaah...Legiitt..."
PLAAAK... PLAAAK... PLAAAKKK...lagi lagi Seto menampari pantat putih istrinya
"OOOhhhhh paahh... Aampuuunnn..." rintih Anissa "aku bener-bener mau keluar..."
"Tahan sayaaang... kita keluar bareeeng...."
"Ayooo paaahh Aku sudah nggak kuat lagi..." erang Anissa yang tak kuat lagi gelombang orgasmenya yang akan datang. Dengan mencengkeram payudaranya keras-keras istri Seto itu pun akhirnya berteriak lantang
" Aaku keeluuuar Paaahhh..."
"Kita keluar bareng sayang... " ucap Seto tak kalah lantangnya "AARRRRGGGGHHHHH...."
Tubuh mereka berdua seolah terkena arus listrik ribuan volt. Saking puasnya, mata Anissa kembali terbalik-balik dengan mulutnya menganga. Orgasme yang ia rasakan kali ini lebih hebat dari sebelum-sebelumnya. Kali ini tubuh Anissa bergetar lebih hebat, sampai-sampai vaginanya menyemburkan lendir kewanitaannya. Terengah-tengah sambil mengatur nafas, tubuh Seto ambruk menimpa Anissa. Mereka terdiam sembari menikmati pijatan kelamin masing-masing. Menikmati orgasme pagi. Setelah itu, hening.

#####################
Citra

Tak jauh dari tempat Anissa dan Seto melampiaskan nafsu birahi mereka, terdapat pula sepasang suami istri yang sepertinya tak mau kalah.
"Memek kamu legit banget Dek..." Ujar Marwan Sudiro (32) merem melek, "bikin aku cepet keluar..."
"Tahan maaasss.... adek masih pengen disodok lebih lama lagi..." jawab Citra Agustina (26) sambil terus menjilati puting payudaranya.
"Aku udah ga kuat lagi Dek... Mas mau keluar..."
"Tahan Mmasss... Sodok memek Adek Mas... Teruusss..." rintih Citra, "Kamu harus bisa mengalahkan kehebatan Seto..."
"Husshh..." sewot Marwan
"Hihihi... Maap..." balas Citra sambil menutup mulutnya, seolah itu adalah sebuah keceplosan biasa.
"Kalo bahas-bahas dia, Aku nggak mau nerusin ah...." ucap Marwan sambil mencabut penisnya dari vagina Citra..
"Iya... Iya... Maa'aaafff... Yuk terusin Mas..."
Memang, sejak kepindahan Anissa dan Seto beberapa tahun lalu, membuat kehidupan seksual sepasang suami istri ini berubah drastis. Citra dan Marwan menjadi sangat menyukai seks. Entah karena mereka terangsang karena teriakan-teriakan Anissa dan Seto yang selalu terdengar jelas setiap kali mereka bersetubuh, atau memang karena nafsu mereka yang sangat besar. Namun, satu hal yang tak disukai Marwan kepada Istrinya adalah ketika ia membanding-bandingkan dirinya dengan suami Anissa.
"Aku nungging ya Mas..." ujar Citra sambil merubah posisinya, "Kamu sodok memek aku dari belakang..."
"Janji yaa nggak bahas dia lagi ketika kita beginian..."
"Hhihihi... Iya masku sayaaaang... Ayo ah... Buruan.... Sodok memek Adek lagi Mas…” ucap Citra sambil mulai meliuk-liukan pinggulnya, mencoba menarik perhatian suaminya. "ayo Mas.. Tancepin..." katanya lagi sembari menjilati puting payudaranya yang menggantung indah.
Melihat godaan istrinya, Marwan pun luluh. Terlebih melihat pantat putih dan payudara super besar istrinya yang bergelantungan. Buru-buru ia segera memposisikan penisnya di mulut liang senggama istrinya. BLESSSS...penis kecil Marwan masuk dengan mudah.
"OOhhhhh... Massss... Iya begitu.... Sodok terus Masss.."
Namun karena di sesi sebelumnya Marwan sudah akan orgasme, tetap saja, kali ini pun sepertinya Marwan tak sanggup lagi menahan orgasmenya lebih lama. Karena tak beberapa lama kemudian, tubuhnya mulai bergetar dan meremas pantat Citra kuat-kuat.
“Aku nggak kuat lagi dek...” Bisiknya pelan " Aku mau keluar… " Ucap Marwan
"Looh Mmasss.. Jangan dulu... Adek belum ngerasain enaknyaaa..."
"Suudaaah Deeek... Aku udah nggak kuat... AKU KELUUAAARRR...." teriak Marwan sambil ambruk ke depan menimpa tubuh Citra.
CROOT...CROOT...CROOT...enam semburan sperma hangat langsung menerobos liang vagina Citra.
"Yaaahhh… Masss... Kok keluar duluuaaannn..."ucap Citra kecewa, "Belum juga berasa Mas....Aku khan juga pengen ngerasain enak..."
Tak beberapa lama penis Marwan pun mengecil dan terlepas dari vagina Anissa, PLOP! Bersamaan itu pula, Marwan langsung menjatuhkan diri diri disamping tubuh istrinya, mencoba mengatur nafas sambil tidur terlentang. Dan seperti biasa, entah kenapa setiap selesai melakukan persetubuhan, Marwan selalu merasa sangat mengantuk. Perlahan, kelopak matanya mulai berat.

Dilihatnya jam dinding masih menunjukkan pukul 5 pagi.
"Capek sekali ya Dek... Sepertinya waktu masih cukup untuk istrirahat... Mas tidur sebentar ya Dek..." bisik Marwan sambil mengecup pipi Anissa. "Ntar sebelum kamu berangkat kerja, bangunin Mas ya..." “Yaaah... Mas… Kok malah tidur sih? Ayo lagi Mas…” pinta Citra “Aku khan masih belum dapet enak..."
"Istriku sayaaaang.... Mas udah capek.... Ntar sore aja lagi ya disambung lagi..."
"Tapi adek masih pengen Mas...."
DUK DUK DUK! tiba-tiba, terdengar suara dari sebelah rumah.
"Mas Seto sudah mulai lagi tuh..." Bisik citra "Yuk Mas... sodok memek adek lagi..."
"Bener deeeekk..... Aku sudah nggak kuat lagi..."
"Ah Mas ahh... Baru begitu aja udah lemes..." rengek Citra "Denger tuh... Tetangga sebelah saja sudah mulai lagi... "
DUK DUK DUK
"Paaahhh... Ooooohhh...." Desahan suara Anissa kembali terdengar sampai balik tembok tetangga. "Ngenttttooooott kamu Pah... Ngeeentooottt... Enak bener sayang.... Sodok tempikku Paaahhh... Sodok tempikku dengan kontol kerasmu...'
"Mas Marwaaaann... Ayo mas..." Merasa tak ada respon, Citra segera menjamah batang kejantanan suaminya. Perlahan, jemari lentiknya mulai mengocok penis suaminya yang sudah telah tergolek lunak supaya dapat bangun kembali.
"Aku kocokin ya mas... Adek masih pengen ditusuk ama titit mas yang perkasa ini..." Puji Citra sembari berharap penis suaminya segera bangun dan berdiri keras.
Namun apa daya, sudah hampir 5 menit Citra mengocok penis suaminya, tetap saja penis itu tak juga bereaksi.
“Ayo Mas… Ayo bangunin tititnya… Sodok memek Adek lagi yaaa…” pinta Citra melas, sembari terus mengocok-kocok batang penis suaminya. "Nih Masss.... Biar tititmu cepet berdiri lagi... Isep tetek Adek mas..." Tambah Citra sambil menyodorkan payudaranya yang ekstra besar, berharap supaya suaminya dapat kembali ereksi.
Walau Citra sudah berusaha semaksimal mungkin, tetap saja penis Marwan ogah-ogahan.
“Udah ya dek.. Aku capek… Aku mau tidur dulu…”
“Aaah... Kamu selalu begitu Mas... Selalu aja menolak kalo Adek pengen lagi... Mas nggak pernah mikirin aku…” Gerutu wanita cantik itu, lalu ia berjalan kearah tepi tempat tidur " Selalu bikin Adek tanggung..."
DUK... DUK... DUK... DUK... DUK... DUK... suara tembok sebelah, yang seolah menertawakan persetubuhan Citra dan Marwan. Sepertinya, pagi ini Citra harus melakukan kebiasaannya setiap kali ditinggal tidur Marwan. Masturbasi. Buru-buru ia beranjak dari samping Marwan dan duduk di kursi rias yang ada di dekat tembok pemisah kamar rumahnya dan rumah Anissa. Tangan kirinya menjilat dan memilin putting payudara, dan tangan kanannya mulai menggelitik klitorisnya.

DUK DUK DUK
"Teruuss Paaah... Teruuss... Lebih cepet lagi nyodoknya sayang... Lebih cepet lagi..." Pinta Anissa.
"Tempik istriku memang JUARAAA..." Teriak Seto kesetanan.
"OOhhh... Pah... Enaknya sodokanmu terasa sampai rahimku sayaaang..."
DUK... DUK... DUK... DUK... PLEK... PLEK... PLEK... PLEK... PLEK...
Semakin kencang suara hantaman sandaran tempat tidur ditambah suara tumbukan kelamin mereka semakin keras membahana, semakin membuat Citra iri.
"Nikmat banget maaahh... tempikmu hangat sekali... " Teriak Anissa
"Ohhh terus sayang...Aku mau keluar lagi..." Jawab Seto
"Kita keluar bareng lagi ya maaaahhh....
"PppPPaaahhhhh... Aku keluar lagggiiiii...."
“Enak banget ya mas jadi Anissa…. Punya Seto “ ucap Citra lirih sambil terus menjilati dan memilin puting payudaranya, “Pasti memeknya selalu terpuaskan… Pasti ia bisa orgasme berulang kali...”
“Yaaahh...Mulai deh….” Sewot Marwan ketika Citra mulai kembali membanding-bandingkan dirinya dengan suami Anissa.
"Biarin... Kalo kamu ogah-ogahan kaya gini terus, bisa-bisa aku minta disodok titit besar Seto yang perkasa..."
"CITRA AGUSTINA...!"
"Kenapa mas...? Harusnya kamu sadar mas... Harusnya kamu malu.... Aku ga minta macem-macem kok Mas... Aku cuman pengen dimanjakan mas... Aku cuman pengen dipuaskan..." Kata Citra emosi,"Aku capek kalo kamu seperti itu terus Mas... Bentar-bentar keluar... Dikit-dikit muncrat..."
"........" Marwan hanya diam, tak sanggup berkata apa-apa. Citra memang tak salah, dirinyalah yang seharusnya disalahkan. Memang sudah cukup lama Marwan menderita ejakulasi dini, namun ia tak pernah mengakuinya.
"Aku iri mas ama Anissa dan Seto, setiap pagi mereka bisa bersenang-senang. Mesra. Ngentot sana ngentot sini... Aku iri sama kehebatan kontol Seto"
"DEK... " bentak Marwan.
"Kenapa mas? Kamu nggak suka kalo aku berkata seperti ini? NGENTOT...KONTOL..."
"CUKUP DEK... CUKUP... "
PLAK...Tiba-tiba Marwan bangkit dari tempat tidurnya dan menampar Pipi Mulus Citra.
"KALO KAMU MEMANG MAUNYA SEPERTI ITU... SILAKAN... LAKUIN AJA YANG KAMU INGINKAN... SILAKAN SAJA KAMU CARI KONTOL-KONTOL YANG JAUH LEBIH BESAR... SILAKAN SAJA KAMU MINTA DIENTOT AMA KONTOL-KONTOL PRIA LAIN YANG LEBIH KUAT.. DASAR PELACUR TAK TAHU DIUNTUNG.." Raung Marwan Murka.
"Oke Mas... OKE... AKU BAKAL LAKUIN SEMUA ITU..." Jawab Citra dengan nada terisak sambil berjalan keluar dan membanting pintu kamar mandi
BRAK...
"Semua pasti akan baik-baik saja..." Ucap Marwan dalam hati, "Pasti dia akan baik-baik saja"
Sambil menghela nafas panjang, Marwan duduk termenung di tepi tempat tidur. Mencoba mengingat apa yang barus saja ia ucapkan kepada istri tercintanya.
" SILAKAN SAJA KAMU CARI KONTOL-KONTOL YANG JAUH LEBIH BESAR... SILAKAN SAJA KAMU MINTA DIENTOT AMA KONTOL-KONTOL PRIA LAIN YANG LEBIH KUAT..."
Seketika, rasa sesal muncul dihati. Konflik batin tiba-tiba muncul di hati Marwan.
"Bagaimana seandainya jika istrinya akan melakukan semua itu? Bagaimana jika seandainya ia benar-benar mencari lelaki lain? Bagaimana jika seandainya ia minta ditidurin pria lain?"
"Ahhh.... Dia nggak bakalan berani......"
"Tapi... Kalo misalnya...."
"Ah... Nggak mungkin..."
Memang, bagi orang plin-plan seperti Marwan, membayangkan semua pemikiran itu, membuat dirinya bingung. Namun satu hal yang membuatnya tambah bingung adalah ketika melihat organ kelelakian yang tumbuh di antara selangkangannya .Seiring pemikiran tentang kemungkinan Citra yang akan mencari lelaki lain untuk ia ajak menikmati keindahan tubuhnya, penis kecilnya mendadak bangun dan berdiri keras.



***
***

Hembusan semilir angin pagi meniup dedaunan yang lepas dari ranting, membawanya terbang terombang ambing ke segala penjuru arah. Sinar mentari berkilauan begitu indahnya, membawa kehangatan menembus awan. Menembus jauh ke bumi, hingga menyentuh kulit putih wanita jelita nan menawan bernama Citra Agustina.

Wajahnya yang cantik terlihat begitu muram. Sedari pagi, istri Marwan itu melamun sendirian di bangku teras rumah kontrakannya. Menatap kosong ke arah dedaunan yang beterbangan tertiup angin. Mata indahnya terlihat sedikit merona merah, sembab karena menangis.

"SILAKAN SAJA KAMU CARI KONTOL-KONTOL YANG JAUH LEBIH BESAR... SILAKAN SAJA KAMU MINTA DIENTOT AMA KONTOL-KONTOL PRIA LAIN YANG LEBIH KUAT..."

Kembali ia teringat ucapan suaminya beberapa saat lalu. Ucapan yang benar-benar menyakiti hatinya. Sepanjang pagi, berbagai macam pikiran mulai bersliweran di benak wanita cantik itu.

"Tak usahlah kamu masukkan hati perkataan Mas Marwan tadi Citra.." Ucapnya dalam hati, "Kamu sendiri sih yang memulai... Khan tahu sendiri, suamimu itu tak suka jika dibanding-bandingkan dengan orang lain... Mungkin dia berkata seperti itu hanya karena kesal akan segala permintaan anehmu..." Tambahnya mencoba menenangkan diri.

Disatu sisi Citra merasa bersalah kepada suaminya, namun disisi lain, ia merasa capek dengan segala kepribadian Marwan yang sering berubah-ubah.

"Sudahlah Citra, buat apa sih mempertahankan lelaki emosian seperti dia... Cari saja lelaki lain yang jauh lebih baik darinya... Lebih mapan... Dan yang paling penting, lebih perkasa... Hihihi..." Pikir Citra sambil membatin, "Ingat... Mas Marwan sudah memberi ijin..."

" TIIITT... TIIITT... TIIITT... TIIITT..."
"Mbak Citra yang cantik, gimana mbak? Kapan bisa bayar tunggakan rumah? Mbak telat bayar hampir 1 bulan loh..."

Seketika lamunan Citra buyar, isi pesan barusan semakin merusak suasana pagi harinya. Buru-buru Citra masuk kedalam rumah dan membangunkan suaminya yang masih tidur nyenyak.
“Mas... Bangun mas… Sepertinya kamu harus mencari pekerjaan baru. Semua perhiasanku sudah aku jual semua demi menutup kebutuhan hidup kita sehari-hari….” Omel Citra.
"Hooooaahhmmmm... Kenapa Dek?...." Tanya Marwan mencoba mencari tahu sebab istri cantiknya ngomel-ngomel di pagi hari.
"Pak Darjo minta duit kontrakan.."
“Sabar ya Dek... Mas masih belum ada duit... Kamu coba ulur lagi deh sampai minggu depan..."
"Ulur... Ulur... Ulur... Selalu saja pakai alesan itu..."
"Sini sayang... Duduk dulu disini...." Ajak Marwan supaya Citra mendekat. "Kamu Tenang saja ya... Nanti siang mas ada janji ketemuan sama pemilik tanah... Semoga bisa dijadikan obyekan..." jawab Marwan sambil mengusap rambut panjang Citra, “Nah kalau proyeknya GOAL, mas bakal lunasin semuanya.... Dan mas bakal beliin kamu semua barang yang kamu minta..." tambahnya lagi mencoba menenangkan emosi istrinya
“Yah... Semoga saja Mas… Aku udah malu mas kalo ditagih teman-temen... Masih belum sanggup buat melunasi hutang…"
"Hehehehe... Tenang saja sayang... Sekarang kamu bikinin mas kopi dulu ya... Mas mau siap-siap..."
"Bikin aja sendiri... "
"Looohh....? Emang kamu mau kemana dek...?"
"Kamu nggak liat apa... Aku sudah telat ke kantor..."
"Ciieeeee... Masih ngambek nih ceritanya... Hahahaha..."
"Bodo...."

***

Sudah lebih dari 30 menit, Citra duduk di halte, menunggu bis langganannya yang tak kunjung datang. Semenjak motor kesayangannya dijual Marwan untuk menutupi kebutuhan rumah tangganya, hampir tiap pagi Citra harus berangkat dari rumah jam setengah 6 pagi supaya bisa tiba dikantor jam 8. Namun entah kenapa hari ini hampir semua kendaraan umum tak terlihat. Sekalipun terlihat, pasti sudah penuh terisi orang.

"Mungkin karena BBM naik kali ya mbak... " Ujar seorang lelaki tua yang sedari tadi mencoba mengajak Citra bercakap-cakap, "Jadi bisnya pada ngambek... Hehehe..." Tambahnya lagi. Dengan mata melotot kearah payudara Citra, lelaki tua membetulkan posisi selangkangannya.
"Iya kali pak..." Jawab Citra tak peduli dengan apa yang lelaki tua itu sedang lakukan, "Dasar kakek-kakek cabul...". Dengan cuek Citra terus menyantap sarapan paginya, sepotong lemper ayam yang baru saja ia beli di warung samping halte.

"Mbak orang kantoran ya? Pantes bajunya seksi sekali..." Tanya lelaki tua itu pantang menyerah. Melihat Citra yang sama sekali tak menggubrisnya, mata lelaki tua itu kembali jelalatan, memandang tubuh Citra dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Pahamu bener-bener mulus mbak... " Bisik lelaki tua itu pelan sembari menggeser posisi duduknya kearah Citra. "Tetekmu juga besar sekali... Gimana kalau pagi ini kita jalan-jalan dulu? Yah sedikit bersenang-senang gitu..." Ucap lelaki tua itu sambil mencoba mengelus-elus paha putih Citra. "Aku bisa membayarmu kok... Kamu tinggal pilih aja cantik, mau dibayar pake uang atau pake kontolku ini..." Kata lelaki tua itu. Dengan santai lelaki tua itu mengambil tangan Citra yang bebas lalu mengarahkannya ke batang penisnya yang sudah menegang dari balik celananya.

Melihat ulah lelaki tua yang kurang ajar itu kemarahan Citra meledak-ledak.
"Heeeeh... BANGSAT... Pak Tua... Anda jangan kurang ajar ya... " Bentak Citra keras sembari menarik tangannya dari genggaman lelaki tua itu. Saking kerasnya, orang-orang yang berada disekitaran halte seketika menengok kearahnya, "Saya bukan wanita murahan... Dan saya nggak tertarik dengan uang kotor atau titit busukmu itu.... PERGI...!"

Merasa mangsanya ternyata melawan dan merasa malu, lelaki tua itupun tak mau mengalah. Otak kotornya, segera memutar situasi. "Dasar LONTE... Wanita tak tahu diri... Semalam lo ngemis-ngemis minta dientot, minta kepuasan, minta uang... Eeehh... Begitu udah dikasih, sekarang malah belagak lupa. INGET... Semalam, lo ngentotin KONTOL ini, KONTOL ini yang muasin nafsu birahi lo... " Balas lelaki tua itu berusaha menjatuhkan harga diri Citra. "Kalo lo mau minta uang lagi, jangan minta ama gw... Minta aja ama mucikari lo..." Kata lelaki tua itu sambil melangkah pergi.
"HEEEEII... BANGSAT... " Teriak Citra makin marah, "SINI... KITA BELUM KELAR..."
"Gausah sok pura-pura deh mbak... Kalo jadi lonte ya lonte aja... Gausah jadi pembohong juga..." Teriak lelaki tua itu menutup pembicaraan dari kejauhan.

"Mimpi apa aku semalem... Sampe dikira pelacur gini... Ini pasti gara-gara baju sialan ini, orang jadi mengira aku wanita murahan." Gerutu Citra sambil berulang kali menurunkan bagian bawah roknya, supaya tak banyak memamerkan paha mulusnya. "Sejak kapan sih baju-baju ini sudah pada kecil... Begitu Mas Marwan dapet duit, aku harus beli banyak pakaian baru..."

Sebenarnya, bukan baju Citra yang menjadi sempit, tapi tubuhnyalah yang semakin gemuk. Mungkin karena ia sering ngemil, tubuh yang dulunya kurus sekarang berubah menjadi semakin semok. Dan karena hal itu, terkadang ia merasa kesulitan untuk menutup semua aurat tubuhnya.

Memang, di kantornya Citra dituntut untuk dapat selalu tampil mempesona. Blouse plus blazer serta rok pendek dan heels, menjadi pakaian sehari-harinya. Jadi tak heran, jika ketika Citra menunggu bis, ia selalu menjadi santapan mata-mata mesum setiap lelaki yang melewatinya. Rambut hitam panjang, wajah cantik menawan, bibir tipis yang selalu terlihat basah, serta kulit putih yang mulus, selalu dapat membuat Citra seperti bunga diantara lebah, dikerubutin banyak lelaki. Terlebih ukuran payudaranya yang besar, pinggulnya yang semok dan kakinya yang jenjang, mampu menjadi senjata mematikan bagi setiap lelaki yang mendekat.

"Pagi mbak Citraaaa... " Terdengar suara berat seorang lelaki dari arah belakang, " Pagi-pagi udah PANAS aja mbak..."

Merasa ada orang yang memanggil namanya, Citra segera mencari tahu siapa pemilik suara berat itu, berharap bukan pria iseng lagi. "Ee... Eeeh Mas Seto..." Jawab Citra begitu tahu si pemanggil itu adalah suami Anissa, tetangga satu kontrakannya.

Tampan, tegap, berkumis tipis dan memiliki senyum menawan. Seketika, Citra merasa terpana melihat ketampanan suami tetangganya itu. Walaupun mas Marwan tak kalah tampan namun entah kenapa pagi itu pesona seto mampu membuat Citra melupakan suaminya.

"Kok belum berangkat mbak...? Tanya Seto lagi.
Sejenak, Citra menatap Seto dari ujung rambut hingga ujung kaki. Rambut jabrik berjambang, jakun besar, berjaket kain tipis dilapis kemeja, celana kain dan sepatu kulit. "Jadi ini pria yang selalu membuat membuat berisik dirumah tetangga... Jadi seperti ini tampang lelaki yang selalu membuat puas Anissa...?"

Melihat Seto yang sedang berada didekatnya, tiba-tiba Citra teringat akan permainan cinta Seto dan Anissa tadi pagi yang begitu mengganggu, teringat desahan orgasme Seto dan Anissa yang dapat mereka raih berulang kali, teringat betapa Seto mampu membuat Marwan Emosi karena selalu dibanding-bandingkan.

"SILAKAN SAJA KAMU CARI KONTOL-KONTOL YANG JAUH LEBIH BESAR... SILAKAN SAJA KAMU MINTA DIENTOT AMA KONTOL-KONTOL PRIA LAIN YANG LEBIH KUAT

Sekilas Citra mengingat kalimat kasar suaminya tadi pagi. "Oke Mas... Adek bakal lakuin semua itu..." Ucap Citra dalam hati. "Jangan sampai kamu menyesal..."

Sakit memang hati Citra ketika tadi pagi Marwan membentaknya dengan kalimat kasar seperti itu. Tapi, setelah berulang kali dipikirkan, apa untungnya bersakit hati melulu, lebih baik jika Citra menyikapi sakit hati itu menjadi hal yang lebih menyenangkan untuk dirinya. "Okee... Adek bakal cari kontol pria lain yang lebih bisa MEMUASKAN dahaga birahi Adek...".

"Loh.. Kok malah senyum-senyum sendiri... " Kaget Seto, "Mbak... Jangan melamun mbak... Haloo..." Sapa Seto sambil melambai-lambaikan tangannya ke wajah Citra.
"Ee... Ehhh.. Iya... Kenapa mas...?" Jawab Citra kaget.
"Jangan melamun... Disini banyak copet... "
"Aaa... Apanya yang mau dicopet mas.... Wong aku orang yang nggak punya apa-apa..."
"Heeehh… Jangan gitu aah... Mbak masih punya banyak barang berharga loh..."
"Barang apaan mas...?"
"Itu..." Jawab Seto sambil menunjuk ke arah Citra dengan dagunya.
"Hayoooo... Matanya nakal yaaa..." Jawab Citra malu-malu, sambil berusaha menutup bagian payudaranya dengan blazer.
"Hehehe.. Bukan tetek kamu mbaaak... Maksud aku, mbak khan masih punya kecantikan dan tubuh yang indah... Bagiku itu tak ternilai mahalnya loh..." Puji Seto tipu-tipu, sambil meneruskan melirik asset terbesar Citra yang membusung indah.
“Ooooo... Kirain kamu nunjuk-nunjuk tetek aku... Hihihi..."
"Hmmm... Sebenernya iya juga sih... Hehehehe... " Canda Seto, " Habisan, cowok mana sih mbak yang ga tertarik kalau melihat tetek segede itu...? Apalagi yang punya cantiknya banget-banget-banget..."
"Aaaaah Mas jago gombal juga..."
“Ya Ampun mbak... Jangan panggil aku mas dooonk.. Kaya udah tua aja... " Kata Seto basa-basi, "Panggil aku Seto atau Set aja..."
"Set...?"
"Iya, Set... Asal jangan panggil aku Setan aja..."
Hihihihii... Ternyata kamu lucu juga yaa..." Tawa Citra cekikikan.
"Omong-omong kok belum berangkat mbak..?"
" Iya nih... Aku lagi nunggu bis..."
"Oalaaah.... Kirain tadi nungguin aku... Hehehe..." Jawab Seto sambil bercanda, "Nggak bakalan dateng mbak... Hari ini supir-supir bisnya pada demo..." Jelas Seto, "Kalo mau, mbak berangkat bareng ama aku aja... Kantor kita khan dekat..."
"Hmmmm... Okedeh...." Merasa tak ada cara lain yang lebih cepat selain menerima tawaran Seto, akhirnya Citra menerima ajakan itu.

Melihat tingkah Seto yang easy going, membuat Citra seketika itu langsung tertarik. "Ternyata... Seto playboy juga.... Kita lihat, sejauh apa kenakalannya..."
“Bener nggak kenapa-napa nih kalo aku berangkat kerja bareng kamu gini...?" tanya Citra basa-basi, "Ntar kalo Anissa cemburu atau marah, jangan salahin aku yaa..."
"Yeee... Dia Anissa nggak bakalan marah mbak.... Wong sekarang dia sedang di terminal, mau pulang kampung... Jadinya ya nggak bakalan tahu,,, Hehehehe"
"Huuuuu... Dasar.... " ucap Citra, "Aku duduknya sambil peluk badan kamu ya... Takut jatuh... "
"Jangankan cuman minta meluk mbak... Mau minta yang lain juga pasti bakal aku kasih kok..Hehehe...
"Bener nih...? Nanti kalo tau aku mintanya apa... Bakal capek loh... Hihihi..."
" Enak kali mbak kalo capek-capek itu.... Bikin sehat... Hehehehe... Yuk naek.."
Dengan lincah, Citra segera menempatkan pantat semoknya diatas jok motor Seto. Kemudian ia segera memeluk pinggang Seto kuat-kuat, sengaja membiarkan payudara besarnya tergencet ke tubuh Seto.
"Waduh.... Empuk bener..." Celetuk Seto.
"Eeehh... Empuk apanya Set...? "
"Ituloh mbak... Apem yang dijual deket kantor aku, pasti jam segini udah pada mateng...Hehehe.." canda Seto berusaha mengalihkan percakapan. "Pegangan yang kenceng mbak... Aku mau jalan..."
"Yeeee... Ngeles nih yeee...Hihihi... Bilang aja yang empuk tetek aku... Hihihi..."
Meladeni cara becanda mesum Seto, entah kenapa Citra merasakan sebuah kesenangan tersendiri. Sebuah kesenangan yang pernah ia rasakan dulu, ketika ia dan Marwan masih pacaran. Sepanjang perjalanan, senyum lebar selalu tersungging di wajah cantik Citra. Ia sama sekali tak pernah menyangka jika hari ini ia bisa berdekatan dengan Seto. Bahkan bukan hanya berdekatan, melainkan bisa memeluk tubuh suami tetangganya yang sering ia bayangkan ketika sedang bermasturbasi.

"Mbak... Kok senyum-senyum sendiri? Jangan jadi orang gila dulu ya mbak... Kita khan nggak ke arah Rumah Sakit Jiwa." Kata Seto sembari melirik Citra dari kaca spion motornya.
"Hihihi.. Biarin... Mulut-mulut aku ini.... Weeeekk..." jawab Citra sambil menjulurkan lidahnya.
"Hehehe... Eh mbak... Boleh jujur nggak..."
"Kenapa Set..?"
"Makasih ya mbak sudah mau berangkat bareng aku..."
"Loh kok...?"
"Iya mbak... Sebenernya aku mengagumi mbak loh... "
"Megagumi gimana??"
"Beneran.. Mbak itu cantik, pinter, jago masak, ngomongnya lembut... Beda banget ama Anissa..." Ujar Seto tiba-tiba membanding-bandingkan Citra dengan istrinya. "Mbak juga seksi, putih, semok trus...."
"Kok diem...? Teruuuussss...?"
"Teteknya geeddeeee baaangeeeet... Bikin aku selalu adem panas mbak... Hehehehe..." Asal tau aja ya mbak... Gara-gara sering mbayangin kamu... Anissa tuh yang aku jadikan pelampiasan... "
"Maksudnya? Pelampiasan gimana Set..."
"Hehehehe... Tapi mbak janji jangan marah ya... "
"Hmmmm... Iyadeh. Aku janji nggak bakal marah..."
"Jadi mbak... Karena keseringan ngeliat kecantikanmu, keseksianmu, kemolekanmu... Aku jadi sering ngebayangin kamu... Dan ujung-ujungnya, aku jadi sering deh, ngewein Anissa sambil ngebayangin Anisaa itu kamu... Hehehe..."
"Owalaaaaaahhh... Daaaasssaaaar geniiiiiitttttttttt...." teriak Citra tiba tiba sambil memberi pelajaran ke Seto karena telah berbuat mesum. Dengan kekuatan penuh, Citra memberikan pelukan keras ke punggung Seto, ia menghukum lelaki cabul itu dengan memberinya sengatan birahi.
"Hehehe... Makasih ya mbak... "
"Idiihh.... Ada gitu ya orang mesum kaya kamu itu... "Ejek Citra. "Eh tapi-tapi... Gimana rasanya begituan sama istri sambil ngebayangin orang lain..pasti lebih enak ya? Hihihi..." Tanya Citra penasaran.
"Enak sih mbak... Cuman bakalan lebih enak kalo beneran bisa ngajak ngewe orang yang dibayangin itu...Hahaha... Pasti enaknya banget banget banget...
"Yeeeeeee.... Maunya.... Awas loh sampe ketahuan yang punya... Hihihi..."
"Yaaa... Khan mas Marwan nggak ada disini mbak... Hehehe..."
Berkali-kali mendengar Seto menyebut nama suaminya, membuat perasaan aneh yang sedari tadi ada dihati Citra menjadi semakin terasa. Perasaan dilecehkan oleh mas Marwan tadi subuh, seolah mengubah Citra yang biasanya tabu meladeni ucapan-ucapan mesum orang lain, menjadi sosok yang haus akan kenakalan.

"Dasar cabul..." kata Citra sambil kembali mencubit pinggang Seto.
"Addduhhh... Pedes bangeeeett.." Jerit Seto spontan.
"Sudah punya istri cantik, masih aja ngegodain istri orang..."
"Hehehe... Namanya juga usaha mbak..."
"Emang kamu kurang puas ama Anissa Set...?"
"Ya khan kalo punya dua istri bakalann lebih puas lagi mbak... Hahahaha...."
"Hihihihi... Kaya kamu kuat aja ngehadepin dua istri Set...? Secara tiap pagi main mulu..."
"Loh... kok mbak bisa tahu...?"
"Hihihi... Sekomplek kontrakan juga tahu kali Set... Wong kalian kalo begituan berisiknya minta ampun... "
"Hehehe... Habisan enak sih mbak..." Jawab Seto cengengesan. "Ga kebayang gimana rasanya punya dua istri... Apalagi kalo nambah istrinya kaya mbak... Biiiuuuhhh... Genjot teruuuusss..."
"Meesssuuuummm..." Ucap Citra lagi-lagi mencubiti tubuh Seto.
"Hahahaha... Ampun mbak ampun... Hahaha..." Kata Seto sambil tertawa-tawa kegelian. "Udah-udah Mbaaakk... Ampuuunnn"
"Bisa-bisanya ya kamu ngebayangin mbak jadi istri kamu..."
"Habisan salah mbak sendiri sih jadi orang kok cantik banget... Ya sudah tak ada jalan lain... Mbak harus terima saja resikonya..." gombal Seto, "Ga kebayang puasnya mas Marwan seperti apa... Pagi dikamar, siang diruang tamu, sore didapur, malem dihalaman belakang... Pasti dia puas banget ya mbak... Hehehe..."
"Hei hei hei... Nyetirnya tuh lihat jalan... Jangan merem-merem terus..." Tegur Citra.
"Hahaha... Ngobrol ama mbak tuh bikin adem panas... Bikin aku jadi..."
"Horny...?" potong Citra, "Pantesan keras banget jendolan celananya....." tambah Citra tanpa malu-malu lagi.
"Jendolan apaan mbak...?"tTanya Seto pura-pura nggak tahu.
"Jendolan yang ini niiiihhhh........" jawab Citra sambil meremas selangkangan Seto.
Entah keberanian darimana, jemari lentik Citra tiba-tiba meremas batang penis lelaki yang bukan suaminya itu. Dan seketika itupula, Citra menyadari jika apa yang ia remas bukanlah batang biasa.
"Astaga besar sekali...." Batin Citra dalam hati

###########################
Dikantor, Citra sama sekali tak dapat berkonsentrasi dengan apa yang sudah menjadi kerjaannya. Beberapa kali ia salah menekan nomor telephon, salah mengetik proposal, salah memphotocopy dokumen, salah memasukkan garam ke dalam teh, bahkan Citrapun salah memesan menu makan siang. Semua yang ada di otaknya hanyalah berisikan senyum Seto, sosok Seto dan penis Seto.
" TIIITT... TIIITT... TIIITT... TIIITT..."
“Kalo kerja jangan ngelamun mulu - Seto"
Mendadak Citra menerima sebuah pesan dari Seto, padahal sepertinya ia tak pernah memberikan nomor telephonnya ke Seto.
"Aku dapet no.hapemu dari Anissa. Makasih ya mbak buat TETEK PAGInya, bikin aku jadi semangat" Ucap Seto ceplas-ceplos lagi.
"Dasar mesuuuuuummmm " balas Citra "Semangat apa horny...?"
"Hahaha. Gimana nggak horny mbak, kalo sepanjang perjalanan tadi aku bisa ngerasain empuknya tetek kamu mbak" balas Seto santai. "Kena pungung aja aku udah berasa enak, apalagi kalo kena remes?"
"Sakit dong kalo diremes.Hihihi... Sumpah.... Kamu bener-bener mesum Set...." Ledek Citra, "Heran. Kok Anissa bisa betah ya punya lelaki cabul kaya kamu. Isi otaknya begituan mulu. Kaya ga ada cowo lain aja. Hihihi..."
"Yaaah. Kamu juga kalo udah kena sengatanku, pasti bakal lupa ama suamimu mbak. Hahahaha..."
"Yeee. Emang kamu kalajengking. Pake nyengat-nyengat segala..."
"Hehehe.Eh iya mbak, bagi photomu donk" pinta Seto, "Lagi semangat nih"
"Heeeehh. Buat apa? Nggak ah. Ntar malah dipake buat yang nggak-nggak"
"Nggak-nggak gimana mbak?"
"Hihihi. Pake pura-pura nggak ngerti segala. Kamu minta photoku pasti mau dipake buat olahraga tangan khaaan"
"Owwww.Maksud kamu coli Mbak?Hahahaha.Tau aja"
Tiba-tiba, selintas pikiran nakal terbersit di benak Citra, dengan cepat Citra segera bersolek, lalu mengangkat handphonenya dan mengambil beberapa gambar dirinya. Ia sengaja mengambil gambar ketika sedang tersenyum manja, menggigit bibir, dan menjulurkan lidah nakal..
"CKLIK CKLIK CKLIK"
Sejenak, ia melihat beberapa hasil jepretan amatirnya. Lumayan bagus juga. Kirim
"Wuih. Cantik bener bidadariku.Bibirnya seksi abis" Kata Seto girang.
"Tuh, pelototin aja sampe puas. Anggep aja buat bayaran tadi pagi"
"Hehehe. Makasih ya Mbakku sayang. Langsung ngaceng nih."
"Udah sana buruan ngocok kekamar mandi.Puas-puasin deh...."
"Hehehe. Makasih ya mbakku saayaaanng"
Tahu jika photo dirinya ketika senyum saja bisa membuat orang lain bernafsu, membuat Citra semakin tenggelam dalam permainan mesumnya. Lagi-lagi Citra mempunyai pikiran nakal, jauh lebih nakal. Buru-buru ia melepas beberapa kancing atas kemejanya, lalu memamerkan sedikit kain beha beserta gundukan payudaranya .

"CKLIK CKLIK CKLIK" tanpa merasa malu lagi, Citra segera mengirim lima photo seksiny.
"Ini sedikit bonus buat kamu Settt :* " Kirim Citra sambil menambahkan icon kiss dalam pesannya.
"WUAAHHH. Busyeeett. Gede banget tetek kamu mbak. Putih. Sampe uratnya keliatan" Ketik Seto kegirangan, "Kalo gini mah aku bisa langsung muncrat."
"Hihihi... Awas loh, ngocoknya jangan kenceng-kenceng. Nanti malah patah. Hihihihi."
"Hahaha. Sialan. Jadi pengen ngeremes tetek kamu mbak" Ketik Seto makin mesum.
"Remes aja. Itu khan udah ada di hape kamu"
"Sialan.... Maksud aku ngeremes punya kamu beneran."
"Hihihi... Sini aja kalo mau..." Godaku.
Tiba-tiba, sebuah gambar masuk ke dalam handphone Citra. Sebuah gambar yang seketika itu juga, membuat jantung Citra berhenti berdetak.
"Titit Seto...." ucap Citra dalam hati. "Besar banget...."
Dengan seksama, Citra mengamati gambar yang terpampang jelas di handphonenya. Berulangkali ia memperbesar gambar itu, menikmati setiap pixel penis Seto sepuas-puasnya. Penis itu begitu besar, dan panjang. Berwarna coklat tua dengan urat-urat yang bertonjolan di sekujur batangnya. Kepalanya begitu besar, berwarna merah kehitaman dengan kulit yang begitu mengkilap. Kantung zakarnya juga sangat besar, menggelantung panjang dan memperlihatkan dua buah telur yang begitu menggiurkan untuk diremas. Mendadak, puting payudara Citra mengeras dan vaginanya berdenyut. Sepertinya wanita cantik itu ingin melakukan masturbasi. Ia sudah tenggelam dalam imajinasinya, dan imajinasi itu butuh pelampiasan. Buru-buru, Citra beranjak keluar dari area meja kerjanya dan memeriksa seluruh teman kerjanya.
"Bagus... Semua orang sepertinya sedang istirahat makan siang... Aman..." ucapnya lega.
Setelah itu ia kembali duduk dan mengamati layar handphonenya. Karena posisi meja Citra ada di bagian depan kantor, jadi ia bisa tahu jika seandainya ada orang yang mendekat. Dengan cekatan, ia lalu menurunkan tangannya ke bawah. Masuk kedalam rok dan mulai mengusap bibir vaginanya yang sudah membanjir basah dari luar celana dalam.
"Ooohhh... Enak bangeeeett.." desah Citra sembari terus meremas puting payudaranya dari balik kemeja, "Sssssetoooo..... Andai kamu jadi suamiku..."
Karena kantor sepi dan nafsunya sudah memuncak, kenakalan Citra pun semakin menjadi-jadi. Buru-buru ia menaikkan Ujung rok pendeknya lalu memegang tepi celana dalamnya.
SET...SET...SET. .Dalam satu gerakan cepat, ia segera menurunkan celana dalam itu dan meletakkannya di dalam laci meja kerjanya. Setelah itu, Citra pun melepas blazernya dan meraih kaitan branya dari belakang punggung.  CTEK...gerakan tangannya sungguh gemulai, ia melepas semua tali beha yang mengikat payudaranya, lalu menariknya keluar dari bawah kemeja. Dan seketika itu, payudaranya yang berukuran besar langsung jatuh ke bawah, menggelantung manja dengan santainya.

"Fiuuuh... LEGA..." ucap Citra setelah berhasil melepas semua pakaian dalamnya.
Sekarang, walaupun dari luar Citra terlihat masih menggunakan kemeja dan rok kerjanya, namun di dalamnya, ia benar-benar telanjang.
"Mesum sekali kau Citra Agustina... " batinnya sambil kembali mengelusi payudaranya dari luar kemeja kerjanya.
"Sssshhhhh... Setoooo...isep tetek aku Sseeeet..."
Perlahan tapi pasti, darah birahi Citra semakin panas, hingga desahan dan erangan pun mulai keluar manja dari bibir mungilnya. Membuat siapapun yang mendengarnya dijamin bakal bernafsu.
"Ooouuuhhh...Gigit puting aku sayang..."
Dan benar, tak jauh dari tempat Citra yang sedang asyik bermasturbasi, ada sesosok lelaki yang juga tak kalah mesumnya, sedang mengawasi istri Marwan itu dari balik persembunyiannya. Matanya sama sekali tak berkedip, mulutnya menganga dan tangannya mengocok batang penisnya yang telah tegak berdiri.  Sepertinya nafsu yang melanda diri Citra sudah terlalu tinggi sehingga ia lupa, (atau tak peduli?) jika masih ada orang lain yang masih berada di kantor. Pak Utet adalah seorang cleaning service yang sudah bekerja belasan tahun di kantor yang sama dengan Citra. Karena kantor itu adalah kantor kecil, disana ia juga bertugas sekaligus office boy yang membantu pekerjaan karyawan yang ada disitu. Pak Utet juga terkenal sebagai seseorang yang pendiam. Ia suka bekerja dalam diam dan tak ada yang mengetahui kapan ia bekerja, tahu-tahu lelaki tua itu sudah meyelesaikan apa yang semua karyawan minta. Selain itu, jarang sekali pak Utet terlihat mondar mandir, sehingga wajar jika Citra tak mengetahui pak Utet yang masih ada di kantor. Di mata Pak Utet, Citra adalah seorang wanita baik-baik. Seorang wanita profesional yang sama sekali tak mau terlihat nakal atau murahan. Wanita santun yang tak pernah bisa membuat dirinya berpikiran macam-macam. Namun, entah kenapa, beberapa waktu belakangan ini, Citra berubah menjadi seseorang yang baru. Seseorang yang suka menggoda, genit dan suka bercanda mesum. Ditambah lagi, akhir-akhir ini Citra juga sering bersolek dan berpakaian seksi sehingga semakin menambah daya tariknya dalam menjerat lelaki. Sesekali, Citra ke kantor dengan memakai dress dengan bahan yang tipis tembus pandang, sehingga membuat kulit putihnya beserta bra dan celana dalamnya terlihat menerawang. Sesekali juga, Citra datang dengan rok mini atau blouse berbelahan dada rendah, memamerkan kaki mulus dan payudara besarnya. Melihat perubahan seperti itu, mau tak mau membuat Pak Utet menyerah juga. Ia mulai membayangkan segala hal mesum ketika Citra ada di dekatnya. Hingga suatu hari dijam makan siang, terjadi hal yang cukup menegangkan. Ketika pak Utet sedang sibuk membesihkan ruang meeting yang baru tadi pagi dipakai direksi, ia mendapati Citra yang sedang mendesah-desah keenakan. Walau hanya dilihat dari belakang, Pak Utet tahu jika Citra sedang meremasi dadanya yang besar dan padat berisi. Bahkan sesekali, Pak Utet melihat Citra menjilati puting payudaranya dengan gemas. Kebetulan, ruang meeting yang ada di belakang meja kerja Citra menggunakan pembatas kaca yang dilapisi kaca filem satu sisi. Selama Pak Utet tak menyalakan lampu, orang dari luar ruangan tak akan dapat melihat ke arah dalam sama sekali.

Pak Utet

"Ohh Seto... Isep tetekku Set.." bisik Citra lirih sambil meremas dan mencubiti payudaranya. "Iseep... Terus sayang... Isep yang kenceng... Sluuurpp... Nyam... Nyammm.... "
Suara lidah Citra begitu seksi. Ia terus menjilati kedua puting payudaranya yang besar secara bergantian.
"Ssshhh... Terus sayang... Isep teruuusss.." Erang Citra keenakan, seolah sedang melakukan persetubuhan yang sebenarnya, "Ooohhh.., Iyak teruuussss..."
"Buussseeeettt.... Mimpi apa aku semalam...?" Ujar Pak Utet sambil menelan liur birahinya. Ia tak mengira bakal bisa melihat wanita idolanya memamerkan tubuh telanjangnya.
"Astagaaaa... Tetekmu besar sekali Neeengg.... Remes terus Neeng... Remes yang kenceng...." Kata pak Utet lirih sambil terus mengocok penisnya yang sudah keras menegang.
Panasnya gelombang birahi Citra benar-benar membuat wanita itu kehilangan akal sehatnya. Merasa kurang puas dengan apa yang ia lakukan, membuat dirinya semakin nekat. Tanpa rasa malu lagi, Citra membuka semua kancing kemejanya dan membiarkan payudaranya terbuka bebas. Lalu dengan gemas, ia meremasi kedua payudara besarnya kuat-kuat.
"Setooooo... Remas tetek aku sayang... Remas yang kuat..." Jerit Citra keenakan sambil membayangkan jika remasan itu dilakukan oleh Seto.
Karena ingin segera mencapai orgasme, Citra terus menjilat dan meremasi payudaranya. Ia pun lalu mengangkat tepi bawah roknya, menaikkan hingga setinggi pusar lalu mengusap klitorisnya.
" Iya sayang... Jilat memek aku..... Cucup lendir kewanitaanku.... Ohhhsss... Nikmat sekali..." tambah Citra lagi sambil mulai menusuk-nusuk vagina gundulnya dengan jemari lentiknya..."Ayo sayang.... Tusuk memekkuuu...Tusuk dengan titit besarmu..." ucapnya berimajinasi.
Dengan cepat, jemari-Jemari itu mulai melakukan tugasnya. Masuk, keluar, masuk, keluar. Mengantarkan pemiliknya mendaki gunung kenikmatan yang mulai meninggi. Lendir kenikmatannya pun mulai membanjir basah, keluar tiada henti seiring kocokan jemari tangannya yang semakin cepat.
"CLOK...CLOK... CLOK..." suara tusukan jemari nakal Citra pada vaginanya mulai terdengar nyaring.
"Sodok memek aku Seettt... Ayo sodok... Ooooggghhh.... Terus Setoooo...." Semakin lama kocokan jemari tangannya semakin cepat.
"Terus Neeeng Citra... Kobel terus memek mulusmu Neeeng... "erang pak Utet sambil membelalakkan matanya, "Puasin dirimu sayang... Ssshhh.... Kobel teruuuusss sampe moncoott... Dasar wanita nakaaalll..." erang Pak Utet yang juga melakukan hal serupa, membetoti batang penis tuanya yang sudah semakin renta. Berusaha terus mengimbangi kenikmatan semu persetubuhan akibat terlalu lama tak merasakan kenikmatan vagina wanita.
"Aku harus bisa mendapatkan kenikmatan tubuhnya... Aku harus bisa memasukkan kontol tuaku kedalam memek sempit itu... Aku harus bisa..." Kata pak Utet dalam hati.
Merasa gelombang orgasmenya mulai datang membuat masturbasi Citra semakin dahsyat. Jilatan lidah ke payudaranya semakin buas dan kocokan jemari lentik di vaginanya juga semakin cepat.
"Hooooohhh.... Sssshhhh.. Terus sayaaanng... Sodok terus memek aku dengan titit besarmu... Teruuuss... OOhhh... "

Ditusuk-tusuk sedemikian rupa, membuat vagina Citra terlihat semakin menggoda. Vagina yang semula putih gemuk itu sekarang sudah berwarna kemerahan dan tembem. Cairan kewanitaannya juga mengalir begitu hebat, hingga menetes-netes jatuh keatas kursi tempatnya duduk.
"CLOK... CLOK... CLOK..." Perlahan tapi pasti, Citra merasakan ada sesuatu akan meledak keluar dari dalam tubuhnya. Desakannya terasa semakin lama semakin kuat, hingga membuat tubuh indahnya meliuk-liuk dan menggeliat tidak karuan. Bibir basahnya terus mendesah menceracau. Nafasnya semakin cepat dan badannya menghangat, seolah terserang demam tinggi. Hingga akhirnya ia merasa ingin ingin pipis.
"Ssshhh.. Aku nggak tahan lagi Set... "

"NENG CITRA...." mendadak, sesosok pria muncul dari balik tembok dan memutuskan rentetan pra-orgasme Citra. "Lagi ngapain Neng...?" tanyanya lagi dengan mata yang tak berkedip menatap ke arah Citra.
"Eee.. Eh Pak Utet..." Citra kaget sekaget-kagetnya. Saking kagetnya wajah Citra langsung memucat. Ia tak tahu harus berbuat apa. Buru-buru ia segera jongkok, berusaha menyembunyikan tubuh telanjangnya.
Sambil jongkok Citra buru-buru membetulkan semua pakaiannya yang berantakan. Menutup kancing kemejanya yang terbuka dan menurunkan rok pendeknya yang tersingkap sampai pusar.
"Udah Neng... Nggak usah dibenerin bajunya... Bapak sudah tahu kebiasaanmu kok..." Kata pak Utet lagi sembari mendekat ke arah Citra.
Mendadak, mata Citra seolah mau copot. Pak Utet mendekat ke arahnya dengan tanpa mengenakan celana sama sekali. Ia mendekat dengan penis yang sudah mengacung tinggi.
"Bapak bisa membantumu menuntaskan nafsu birahimu Neng..." Ucap pak Utet dengan tatapan mata penuh nafsu..
Diraihnya lengan mulus Citra, dan diajaknya bangkit dari posisi jongkoknya.
"Pak... Jangan Pak.." pinta Citra seolah tau maksud pak Utet sambil berusaha melepaskan pegangan tangannya.
"Berdiri Neng... Kamu nggak usah takut ya Cah Ayu..." Pinta Pak Utet tegas.
"Aku malu pak.. Jangan..."
Karena nafsu Pak Utet sudah sampai ubun-ubun, ia sama sekali tak menggubris larangan Citra. Dengan nafas mendengus-dengus, lelaki tua itu membalik tubuh Citra dan memeluknya dari belakang. Mulut tebalnya lalu menciumi leher jenjang Citra dan tangannya mulai meremasi payudara Citra dengan buas. Sadar jika ia terjebak dalam dekapan lelaki tua itu, Citra berusaha menjauh dari. Tapi karena tenaga wanitanya berbeda jauh, semua itu terasa sia-sia. Citra yang bertubuh jauh lebih kecil dari pak Utet merasa terkunci, sama sekali tak dapat melepaskan diri dari dekapan lelaki tua itu.
"To... Tolong ja... Jangan apa-apakan saya pak... Le-lepaskan saya Pak..."
"Nggak apa-apa kok Neng... Kita sama-sama butuh kepuasan... Biarkan bapak membantumu melepaskan beban birahimu..." ujar Pak Utet yang terus meremasi payudara Citra dari belakang, dan mendesak tubuh rampingnya kedepan hingga ke menabrak meja kerjanya.
"Ahhh...titit Pak Utet tepat di sela-sela pantatku... dia akan memperkosaku..." gelisah Citra ketika merasakan tonjolan hangat penis pak Utet yang mulai berdenyut di belahan pantatnya. "Tititnya besar sekali.... "
"Ayolah Neng... Mumpung kantor sepi..." ucap Pak Utet sembari terus meremasi payudaranya dan menciumi tengkuk leher Citra. "Yuk Neng... Sebelum orang-orang kantor pada balik... Bapak bantu muasin nafsu birahimu.... " tambahnya lagi sambil meremas payudara Citra keras-keras.
"Aduh pak... Sakit..."
"Bapak tahu semuanya kok Neng... Kamu sebenernya merasa kurang mendapatkan kepuasan dari suamimu khan? Mmppphhh...." Kata Pak Utet sambil menciumi tengkuk leher Citra. "Kontol kecil suamimu pasti nggak pernah bisa memberikanmu kenikmatan khan? "
Tak menjawab, Citra hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, mencoba menolak semua doktrin yang diberikan oleh lelaki tua itu.

"Bapak bisa tau Neng... Kontol kecil suamimu pasti tak pernah bisa bermain lama. Kontol suamimu pasti selalu moncrot dikala kamu sedang mencoba menikmatinya... " Bisik Pak Utet, "Ayolah Neng... Terima tawaran bapak... Selama ini kamu pasti sering membayangkan gimana rasanya ngentot dengan kontol yang jauh lebih besar dari kontol suamimu.... Kamu penasaran dengan kontol pria-pria lain... Percuma Neng punya suami tapi tak pernah bisa memberikan kenikmatan duniawi... Kalau dibiarkan, sampai kapan Neng bakal mengobok-obok memekmu terus..? "
Entah kenapa, kalimat-kalimat yang dikatakan oleh Pak Utet begitu mengena di hati Citra.
"Ayo Neng... Buruan... Bapak bisa memberimu kenikmatan, sebelum teman-teman kantormu balik... Hanya 10 menit Neng... Bapak bisa memberimu orgasme... Ayo Neng.. Terima tawaran Bapak.. ".
"Citra... Tak ada salahnya menuruti nasehat lelaki tua itu... " pikir Citra galau. "Toh Mas Marwan sudah memintamu untuk mencari kontol-kontol pria lain... Jadi terima saja tawaran pak Utet ini..."
Entah karena nafsu birahinya yang sudah terlanjur tinggi atau terkena hipnotis lelaki tua itu, Citra tiba-tiba mengangguk setuju. Iapun lalu melemaskan pertahanan tubuhnya. Citra Agustina menerima tawaran mesum cleaning service itu. Terlebih, pelampiasan masturbasinya beberapa saat tadi perlu penuntasan secara cepat.
"Naaahh... Begitu khan enak Neeeng..." kata Pak Utet yang dengan nafas penuh nafsu terus-terusan menciumi tengkuk Citra sambil meremasi payudara indahnya. "Tetekmu benar-benar gede Neng... Montok... Sayang banget kalo nggak diapa-apain... Cuppp..cuuuppp" kata Pak Utet mesum sambil merabai perut dan vagina Citra dari belakang.
"Pak... Jangan keras-keras ya..."
"Hak... hak... hak.." Tawa Pak Utet keras-keras.
Karena nafsu setan pak Utet sudah begitu besar, ia segera mendekatkan pinggulnya ke pantat Citra dan mulai menempatkan kepala penisnya yang sudah berkedut di lubang vagina Citra.
"Maafkan adek Mas..." Kata Citra dalam hati. "Adek hanya mencari kepuasan birahi semata, cintaku masih tetap hanya untukmu..."
Dengan pasrah Citra segera menundukkan tubuhnya kedepan, dan membuka pahanya lebar-lebar, membiarkan penis lelaki tua itu masuk ke dalam tubuhnya.
"Ooohhh... Susah banget Neng... Kontolku sepertinya kesulitan menjebol memek sempitmu..." Ucap Pak Utet bingung.
Penasaran akan penis Pak Utet, Citra segera menengok ke belakang. Dan, seketika itu pula, Citra langsung tahu penyebab sulitnya penis Pak Utet untuk dapat masuk ke liang senggamanya.
"Pak... Tititmu besar sekali..." Jerit Citra panik. Ia buru-buru menjauh dari gesekan penis lelaki tua itu.
"Titit...? Ini KONTOL Neng... KONTOL... hak hak hak.." Jawab Pak Utet sambil mencoba kembali menusukkan kepala penisnya ke vagina Citra dari belakang.
"Jangan Pak.... Sakit... Pasti sakiiitt..." Jerit Citra lagi. "Paaakkk... jangaaaannn.."
"Sttt.... Udah-udah... Kamu diam dan nikmatin saja ya Neng... " Erang Pak Utet yang kesulitan menusukkan batang penisnya ke liang kenikmatan Citra.
"Sakit paaaakk... Saaakiiitttt..." Jerit Citra begitu merasakan kepala kemaluan Pak Utet mulai memaksa masuk ke dalam vaginanya, membuka lebar mulut celah kewanitaannya hingga batas terlebarnya.

"Sabar Neng... Bentar lagi pasti enak kok... Kamu kesakitan gara-gara kontol kecil suamimu tak pernah memberi kenikmatan... Kontol kecil suamimu mah apa enaknya... Enakan KONTOL BESARKU Neng..."
Mendengar Pak Utet menghina suaminya, Citra mendadak merasakan sensasi aneh. Sensasi nikmat antara sakit hati dan rasa gatal akan sodokan penis besar di vagina, membuatnya mulai merasa keenakan. Secara tiba-tiba Citra semakin membuka lebar-lebar pahanya, supaya mempermudah lelaki tua itu membongkar vaginanya.
"Hak hak hak... Benar-benar istri yang pengertian..."
"Ssshh.... Pak... pelan-pelan..." Pinta Citra sambil terus merasakan dorongan kasar penis besar Pak Utet. Ia sadar jika dalam beberapa detik ke depan, vagina sempitnya akan menerima sodokan penis lelaki lain.
"Sesak banget memek aku Pak... Ssssakit..." jerit Citra lemah ketika ia merasakan kepala penis Pak Utet yang berukuran cukup besar itu mulai memasuki gerbang vaginanya. Citra menarik nafas panjang, sodokan penis besar itu membuat Citra ingin menangis. Namun beruntung, lendir yang keluar ketika ia bermastubasi beberapa saat tadi sedikit banyak agak membantu mengurangi peretnya persetubuhan terlarang mereka. Perlahan tapi pasti, penis Pak Utet yang besar itu mulai masuk perlahan ke dalam vagina Citra, dan menggesek semua syaraf kenikmatannya. Pelan tapi pasti, vagina sempit Citra menelan penis panjang Pak Utet. Sedikit-demi sedikit mulut dan rongga vaginanya melar, berusaha menyesuaikan diri dengan bentuk penis pria lain ini.
"Uuuuggghhh... Pak... Sakit... Ssshh... Ampun Paaakkk..." desah Citra sambil mengigit bibir bawahnya. Antara bingung, takut dan takjub, Citra tak dapat berkata apa-apa. Ia hanya bisa merintih-rintih sambil terus berusaha menikmati batang panjang Pak Utet ketika merasuk kedalam vaginanya.
"Sakit paaaakkk...."
PLEK..akhirnya, tak beberapa lama kemudian, batang penis Pak Utet berhasil amblas seluruhnya ke dalam liang kenikmatan Citra.
"Ooooohhhh.... Aastagaaa... Ppanjang banget titit lelaki tua ini...." kata Citra dalam hati.
Melihat tubuh Citra yang masih tegang karena dimasuki penis besarnya, Pak Utet tak buru-buru langsung menggoyangkannya. Ia membiarkan Citra untuk dapat menikmati kebesaran batang kelaminnya.
" Hak hak hak... Mentok banget Neng..."tTawa Pak Utet puas. "Goblok sekali suamimu ya Neng... Menyia-nyiakan memek selegit ini... Hak hak hak"
"Ooohhhhmmmm.... " tak menjawab apapun, Citra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kenapa Neng...?"
" Ssaakit Ppaaakk... Terasa penuh banget..."
"Masa sih? Sakit apa enak? Hak hak hak ..." Canda Pak utet, "Kalo sakit, memekmu nggak mungkin bakal memijat kontolku seperti ini Neng...Hak hak hak..."
Merasa kebohongannya diketahui Pak Utet, muka Citra seketika memerah.
"Mulutmu mungkin bisa berbohong, tapi memekmu berkata sejujurnya... Kamu menikmati kontol besarku khaaaann? Hak hak hak...".
Tak sadar, Citra mengangguk. Ia mengakui kenikmatan yang sedang ia rasakan memang membuatnya seolah terbang. Meskipun pada awalnya ia tak menyukainya, namun entah kenapa, tiba-tiba ia merasakan kenikmatan yan sangat luar biasa.

"Gimana neng...? Mau diterusin apa nggak...?" Goda Pak Utet sambil perlahan mulai menarik batang penisnya keluar dari vagina Citra.
"Oooohhh... Paaak...." geleng-geleng Citra. Ia menyadari jika penis lelaki tua itu mampu mengalahkan rasa malunya. "Jangan Paaak..."
"Jangannnn...? Bener nih...? Kalo nggak mau, kontolnya bapak cabut loh ya..?"
"Jangan Pak..."
"Looohh.. Kok? Jangan gimana Neng? Bapak nggak ngerti... " tanya Pak Utet pura-pura.
"Jangan dicabut... Pak ... Masukin lagi... "
"Masukin? Masukin gimana Cah Ayuuuu... Masukin apanyaaa..?"
"Masukin tititmu Pak... Sodok memek aku..."
"Titit? Maksud Neng KONTOL? Neng mau bapak nyodokin KONTOL bapak ke memek kamu.... Gitu?"
"Iya Pak... KONTOL... Sodok memek aku dengan KONTOLMU..."
"Naaah Gitu donk... Khan bapak jadi ngerti maksudnya... Hak hak hak.. "gGoda Pak Utet puas. "kamu benar-benar wanita nakal Neng... Ayo sebut... Aku memang wanita nakal..."
"Iya pak... Aku nakal... Oooohh... Aayo Pak... Buruan sodok memek akuuuu..." Jerit Citra yang sudah benar-benar tak mampu menahan gatal birahi di vaginanya.
"Hak hak hak.... Iya Bapak sodok nih... Uhh... Uhhh..Uhhh..." Balas Pak Utet buru-buru memajukan pinggulnya. "Sumpah Neng... Memek kamu peret banget.... Pasti kontol suamimu kecil banget ya? Pasti kamu tak pernah terpuaskan olehnya ya? Hak hak hak..."
"OOoooohhh... Iya Pak.. Iyaaaaaa... KONTOL MAS MARWAN MEMANG TAK PERNAH MEMUASKAN AKU....SODOK TERUS PAK.... TERUUUUSSSS..."Jerit Citra tak tertahankan. Kenikmatan akan persetubuhan terlarang itu membuat dirinya benar-benar lupa daratan.
"HAK HAK HAK.." Tawa Pak Utet puas.
Dengan kekuatan penuh, pak Utet segera menyodokkan penisnya kuat-kuat. Hingga membuat tubuh ramping Citra terdorong-dorong kedepan, menabrak meja.
"Oooouuggghhh... Memekmu sempit sekali Neeeeng.. Pantatmu juga semoookk... bikin bapak pengen nyodok lubang anusmu saja...Oooouuuhhh.. Neeeng ENAAK BANGEEEETTT..." jerit pak Utet.
"iya Paaakk ... oooohhh..." teriak Citra tak mau kalah.
Dengan tubuh yang ditunggingkan, Citra membuka pahanya lebar-lebar supaya penis besar pak Utet dapat memompa vaginanya lebih cepat lagi.
"Sodok yang keras Pak... Sodok memek aku paaaak.. "
"Neng Citraaaa... Kamu benar-benar istri yang nakal.." Goda Pak Utet."Mirip pelacur murahan.... Hak hak hak.." Tawa pak Utet puas sambil menusuk lubang anus Citra dengan jemari gempalnya.
"Mmmppphhhhh.... Ooouuhh Paakk... Sodok yang kenceng Pak... Aku mau keluar... "
"Kita keluar bareng ya Neeeng...." tiba-tiba pak Utet mengerang dan menekan tubuh Citra keras-keras. Berkali-kali ia menghentakkan penisnya dalam-dalam hingga membuat Citra mengerang keenakan. Sepertinya, lelaki renta itu sudah tak mampu lagi menahan luapan orgasmenya. "Ooohhhhh.... Neeenng.. ENAAAKKK... "
CROT CROOT CROOOT..bertubi-tubi, penis Pak Utet itu menyemburkan sperma panasnya, memenuhi setiap rongga vagina Citra. Denyutan demi denyutan penis tua itu terasa begitu nyata, menghantarkan benih-benih kehidupan ke liang rahim Citra

"Neng ... Makasih ya suguhan memeknya.... Memang, tak ada yang lebih enak selain ngentotin memek istri orang lain... Hak hak hak..."
"Iiiihh Bapak... Kok ngomongnya mesum gitu.. Iya pak... Sama-sama... Hihihi..." jawab Citra spontan, rupanya ia masih tak sadar jika vaginanya baru saja disembur oleh jutaan sperma dari penis lelaki lain. Ia hanya berharap jika sperma panas pak Utep tak berhasil membuahi telur-telur dirahimnya.
"Neng Citra Agustina... Makasih ya Neng sudah memberi kenikmatan buat bapak..." Kata pak Utep sambil menciumi tengkuk leher Citra. "Sekali lagi makasih...."
Tak beberapa lama, pak Utep pun segera mencabut penisnya yang telah lemas, lalu iapun menghilang ke balik tembok. Meninggalkan Citra yang masih terengah-engah keenakan di atas meja kerjanya, telungkup tak berdaya membiarkan sperma lelaki tua itu menetes-netes keluar dari vagina mulusnya. Termenung, Citra berusaha memikirkan apa yang baru saja menimpa dirinya. Menarik nafas dalam-dalam, Citra mencoba menikmati sisa-sisa denyut orgasmenya.
"Mas Marwan, terima kasih.... Berkat anjuran kalimat-kalimat kotormu tadi pagi, Adek jadi bisa merasakan apa itu namanya kenikmatan dalam persetubuhan... Nikmatnya ketika bercinta... Nikmatnya ketika orgasme... " kata Citra dalam hati, "adek sadar kalau Adek memintamu terlalu banyak, menuntutmu terlalu banyak... Oleh karena itu Mas, mulai saat ini, Adek tak akan meminta apapun darimu lagi Mas... Adek sudah menemukan apa yang adek cari... Adek sudah menemukan apa yang mas Marwan inginkan, sesuai anjuranmu tadi pagi..."
Setitik air mata tiba-tiba mengalir keluar dari mata indah Citra. Mengalir tanpa bisa ia bendung lagi. Terisak, wanita cantik itu terisak setelah sadar kenakalan yang telah ia perbuat dengan lelaki yang bukan suaminya. Dalam posisi yang masih belum berubah, Citra menangis tersedu-sedu. Semua perasaan bercampur menjadi satu. Antara menyesal, bingung, takut, dan senang, tak bisa ia gambarkan. Yang jelas, saat itu tubuhnya baru saja merasakan kenikmatan dalam persetubuhan. Di tengah isak tangisnya, jemari Citra meraba vaginanya yang masih meneteskan sperma lelaki lain, ia masukkan perlahan kedalam vaginanya, lalu itu jilat.
"Ini adalah sperma lelaki lain pertama yang tersembur di dalam rahimku... " ucap Citra lagi dalam hati. "Mas... Adek telah memberikan mahkota kenikmatan Adek yang harusnya buat mas semata kepada lelaki lain... Dan Adek ternyata menyukainya... Mungkin ini bukan persetubuhan terakhir Adek dengan lelaki lain Mas... Mungkin ini baru yang pertama...."
Sambil mulai merasakan kembali sisa-sisa kenikmatan orgasme yang masih ia rasakan, tersungging sebuah senyum kepuasan di wajah cantik Citra. "Terima kasih Mas Marwan... Maafkan Adek..."

Tumbal Pengasihan Genderuwo

Gisty
Malam yang sangat gelap mencekam mengiringi kedatangan sebuah mobil Toyota Kijang memasuki suatu desa yang cukup terpencil. Desa itu bernama desa Cimani Gunderowo, yang dalam bahasa Indonesia berarti Air Sperma Gunderewo. Suatu nama yang tak lazim untuk suatu desa. Desa itu terletak di suatu pedalaman hutan kota Banten. Kurang lebih 150 KM ke arah barat dari pusat kota. Sangat jauh dari hiruk pikuknya kendaraan, dan sangat jarang terjamah oleh orang luar. Terbukti dari akses jalan yang masih sangat minim untuk menuju ke sana. Sandra, Gisti, dan Gilang. Mereka adalah reporter dari salah satu stasiun televisi lokal. Mereka diberi tugas untuk meliput desa tersebut. Karena ada beberapa laporan masyarakat yang masuk pada pihak redaksi tentang desa tersebut.  Setelah sekian lama berkendara, mereka pun menepikan mobil mereka ketika telah menemukan tempat yang mereka cari. Mereka akhirnya tiba di desa Cimani Gunderewo. Desa itu terlihat sangatlah menyeramkan. Pohon-pohon besar tumbuh mengelilingi desa tersebut. Lolongan anjing sayup-sayup terdengar di dalam kelebatan hutan, memecah keheningan malam. Sungguh, semakin membuat ngeri tempat itu.
"Lang, anter dong. Gue kebelet pipis nih." ucap Sandra kepada Gilang.
"Yaelah, elu. Yaudah deh, yuk gue anter." balas Gilang.
"Terus gue gimana guys?" ucap Gisti.
"Elu diem aja disini Ti. Lu jagain mobil. Siapa tau ada warga yang lewat, lu kan bisa minta ijin sekalian tempat tinggal sama mereka." ucap Gilang.
"Tapi gue takut sendirian disini."
"Udah tunggu aja Ti. Bentar doang kok."
"Ayoo cepetan Lang, gue udah kebelet." lanjut Sandra seraya menarik tangan Gilang memasuki hutan.
Mereka pun mulai menghilang di balik pepohonan, meninggalkan Gisti sendirian di dalam mobil. Di suatu desa yang sangat menyeramkan. Gisti, gadis kelahiran Bandung 21 tahun yang lalu. Dia memiliki paras yang cantik khas mojang kota kembang, dengan kulit yang berwarna putih bersih. Gadis ini memiliki tinggi 159 cm dan berat 42 kg. Payudaranya berukuran 36 B, juga pinggul yang semok membuat dia sangat menarik setiap kaum Adam yang memandangnya. Gisti memiliki seorang tunangan yang sudah ia pacari semenjak ia duduk di kelas 2 SMA. Umur mereka terpaut 5 tahun. Namun Gisti sangat mencintai tunangannya saat ini, karena dia tak pernah mau merenggut keperawanan Gisti semenjak mereka pacaran dulu. Paling banter mereka hanya melakukan piting dan Blow Job saja. Pria itu sangat menghormati Gisti sebagai perempuan, dengan tetap menjaga keperawanan gadis ini.

20 menit sudah Gisti duduk termenung di dalam mobil sendirian. Dia sudah mengerti lagi dengan kelakuan kedua temannya tadi. Mereka pasti tengah bersetubuh di dalam hutan itu. Karena bosan, Gisti pun mencoba untuk berbaring di sana. Namun belum lama dia berbaring, terdengar suara ketukan di kaca samping mobilnya. Dan Gisti pun segera menoleh ke asal suara. Dia mendapati sesosok pria paruh baya tengah berdiri di luar mobilnya. Ki Samad, panggil saja begitu. Lelaki ini berusia sekitar 86 tahun. Seluruh wajahnya penuh dengan kerutan. Dia memiliki tinggi sekitar 152 cm dan berat 60 kg. Namun dia masih bisa berdiri tegap dalam usianya yang hampir satu abad itu. Akhirnya Gisti pun menghampiri kakek itu. Dia mengemukakan maksud kedatangan nya dan kedua teman-temannya pada ki Samad. Gisti pun meminta sebuah tempat tinggal sementara untuk mereka tinggali selama beberapa hari di desa tersebut. Ki Samad pun mengangguk mengerti, dan mengajak Gisti ke suatu rumah milik warga tak jauh dari mobil mereka. Gisti mengunci pintu mobilnya, kemudian mengikuti ki Samad memasuki sebuah rumah. Meskipun hanya sebuah rumah yang terbuat dari anyaman bambu, rumah itu cukup nyaman dan layak untuk ditinggali. Akhirnya Gisti pun berterima kasih kepara ki Samad. Sebuah senyum terlukis indah di bibir tipisnya.
"Eh maaf Ki, teman-teman saya sudah lebih dari 1 jam memasuki hutan disana. Kalo aki ketemu sama mereka, tolong beri tahu mereka kalo saya ada disini ya ki. Mereka memakai baju yang sama seperti yang saya pakai ini ki. Mohon maaf sebelumnya kalo merepotkan." ucap Gisti pada ki Samad.
Ki Samad hanya mengangguk mengerti, seraya menyuguhkan makanan pada Gisti. Lelaki ini tahu kalau Gisti sedang lapar. Dan mereka pun makan bersama malam itu. Meski hanya sekedar makanan yang sederhana, namun cukup membuat Gisti merasa kenyang. Setelah makan, Gisti pun mulai mengambil hand phone nya dan menyeting recorder. Dia ingin mengorek informasi desa ini pada ki Samad. Gisti pun melayangkan beberapa pertanyaan pada kakek itu.
"Eh ki, maaf sebelumnya. Saya dari stasiun tv XXX dateng kesini untuk mencari informasi dari desa ini. Kalo boleh tau, kenapa desa ini dikasih nama Cimani Gunderewo yaa ki?" tanya gadis itu.
"Oh itu, jadi ceritanya gini neng. Dulu, banyak orang yang dateng kesini untuk pengasihan. Pengasihan Gunderewo tepatnya. Jadi, setiap orang yang mau kaya dateng ke sini sambil bawa perawan sebagai tumbal." ucap ki Samad bercerita.
"Nah, terus perawan itu dibawa ke gua di hutan sebelah sana. Gua itu dipercaya tempat tinggal nya Gunderewo neng." lanjutnya.
"Oh gitu ki. Terus para perawan itu di apain lagi ki? Apakah gunderewo itu menampakan diri sama warga disini? Terus, para perawan yang dijadikan tumbal, apakah mereka terlihat kembali?" Tanya Gisti memberondong.
"Yaa, para perawan itu di letakan di suatu ruangan di dalam gua itu. Terus tumbal itu di ikat kedua kaki dan tangannya membentuk huruf X dalam keadaan telanjang, diatas batu persembahan." jawab ki Samad Serius.
"Gunderewo itu gak pernah menampakan diri sama sembarangan orang neng. Dia hanya menampakan diri ke kuncen ataupun gadis tumbalnya saja. Mereka yang dijadikan tumbal pengasihan Gunderewo tak pernah terlihat keluar lagi dari gua itu neng, warga sini percaya kalo gadis yang ditumbalkan itu dijadikan gundik sama Gunderewo disana." lanjutnya seraya menatap nanar ke Gisti.
"Oh, iyaa ki. Aki sendiri pernah melihat sosok Gunderewo itu gak?" Tanya Gisti lagi.
Ki Samad hanya mengangguk, sambil pandangan matanya tak pernah lepas dari tubuh seksi Gisti. Membuat Gisti merasa risih dibuatnya.
"Kalo saya boleh tau, gimana rupa dari Gunderewo itu ki?"
"Kenapa neng nanyain hal itu?" jawab ki Samad galak.
"Maaf ki. Ini info yang sangat penting dalam liputan saya. Hal ini akan jadi berita yang sangat penting buat masyarakat luas. Jadi saya mohon maaf kalo aki merasa terganggu dengan pertanyaan saya barusan." jawab Gisti tertunduk.
"Kalo neng bener-bener ingin tahu rupa dari Gunderewo itu, neng harus masuk ke gua itu. Soalnya saya tau kalo neng ini masih perawan kan. Gunderewo itu pasti dengan senang hati menampakan wujudnya sama neng." ucap ki Samad seraya tersenyum pada Gisti, menampakan susunan giginya yang telah menghitam.
Gisti nampak terkaget dibuatnya, dia bergidik ketakutaan. Namun tak lama kemudian, Gisti merasa pusing dikepalanya. Seluruh pandangan nya mulai mengabur, dan dia pun jatuh pingsan. Ki Samad tersenyum melihat itu. Semua rencananya berhasil.

########################
Sandra

Kedua tubuh sedang bergumul di dalam rimbunnya semak-semak. Mereka sedang saling tindih dalam keadaan yang telanjang. Yaa, kedua sosok itu merupakan Sandra dan Gilang. Gilang sedang memacu tubuh montok Sandra dalam keadaan missionaris. Kedua kaki Sandra berada di bahu Gilang, membuat vaginanya terangkat menghadap Gilang. Hal ini membuat penis besarnya keluar masuk dengan lancar divagina Sandra.
"Aagghh, terus lang. Aggghh, kontol lu enak banget. Agghh,, ogghhh,, yaa terus.. Aggghh.." desah Sandra menikmati genjotan Gilang.
"Aggghhh, iyaa dra. Memek lu juga enak banget.. Agghhh... Kontol gue berasa di pijet di dalam memek lu.. Agghhh..." jawab Gilang sambil mempercepat genjotannya.
Sandra hanya mendesah dan mengerang dibuatnya. Kedua matanya terpejam, menikmati gesekan antara kelamin mereka. Sandra seakan terbang ke langit ke tujuh dibuatnya.
"Aaggghhh,, dra, gue mau keluar.. Aaggghhh... Ooggghh.." ucap Gilang sambil mulai menciumi payudara Sandra.
Sandra kelojotan dibuatnya. Dan beberapa detik kemudian, dia merasakan cairan hangat yang muncrat di dalam vaginanya. Ternyata Gilang telah mendapat orgasmenya yang kedua malam itu. Tubuh Gilang pun ambruk menimpa tubuh Sandra. Sandra masih terpejam menikmati denyutan penis Gilang di dalam vaginanya. Dia memeluk tubuh Gilang dengan erat. Namun dia pun menjerit ketika membuka matanya. Dia melihat ada beberapa sosok yang mengelilingi mereka berdua, Sandra hitung ada sekitar tujuh orang. Sandra pun segera membangunkan Gilang, namun tak ada respon darinya. Dia pun menggulingkan tubuh Gilang ke samping, dan memcoba memungut pakaiannya untuk menutupi ketelanjangannya. Sandra menjerit kembali ketika dia melihat kedua tangannya yang berlumuran darah segar. Dia sapukan pandangannya ke arah Gilang, dan menemukan luka sayatan di tubuh Gilang. Ternyata Gilang telah mati di tangan para penduduk setempat.
"Aaaarrrggghhhh! Siapa kalian?" jerit Sandra.
"Biadab kalian! Kalian telah membunuh Gilang. Dasar manusia biadab kalian!" Lanjutnya memaki para penduduk tersebut.
Namun ke tujuh sosok yang mengelilingi Sandra tak mengeluarkan sekecap katapun. Mereka hanya menatap Sandra dengan tatapan lapar. Sebuah senyuman kemenangan mengembang di wajah mereka semua, lalu secara bersamaan mereka menyerang tubuh telanjang Sandra.
"Tidak! Mau apa kalian semua biadab? Tolong! Tolong! Aarrgghh, lepas kan! Tolong! Tolong!" jerit Sandra ketakutan.
Namun jeritannya tak berpengaruh apapun pada mereka semua. Dengan sangat bernafsu, mereka mulai menggerayangi tubuh telanjang Sandra. Mereka meremas payudara Sandra dengan sangat kasar, dua orang dari mereka mengoreki vagina Sandra dengan sangat kasar juga. Setiap lekuk tubuh Sandra tak ada yang terlewat dari jamahan tangan nakal mereka. Satu persatu dari mereka mulai melepas semua baju mereka. Dan tujuh batang besar mulai terpampang jelas di hadapan Sandra, minta untuk di puaskan. Sandra bergidik ketakutan melihat ukuran penis mereka. Dia tak sanggup membayangkan apa yang akan segera menimpa tubuh seksinya sebentar lagi. Satu per satu mereka mulai mendekati tubuh telanjang Sandra. Dan tanpa menunggu lama lagi, sebuah penis besar menembus vagina Sandra dengan sangat kasar. Sandra menjerit kesakitan. Vaginanya serasa disayat oleh silet. Namun jeritannya tak keluar lama, setelah satu penis besar telah menembus bibir tipisnya. Sandra merasa sangat tersiksa dibuatnya. Satu demi satu penis besar telah keluar masuk divagina dan mulutnya. Satu penis yang keluar setelah menyemburkan sperma, segera digantikan dengan penis besar lainnya. Tidak memberi Sandra waktu untuk sekedar menarik nafas. Dia sangat lemah kesakitan dibuatnya. Vaginanya mengeluarkan bercak darah, penis besar para penduduk setempat itu telah merobek vaginanya.

Sandra mulai mendapatkan kesadarannya kembali dan mulai berontak, ketika dirasa ada sesuatu yang menggesek lubang duburnya. Sebuah penis besar tengah mencoba untuk menembus lubang duburnya dari belakang. Sandra menjerit memohon, berharap mereka akan sedikit tiba pada dirinya. Namun usahanya sia-sia saja. Para pemerkosanya itu sama sekali tak peduli pada Sandra.
"Mmmhhh,, jangan! Mmmhhh.. Ampun! Mmhhh..." jerit Sandra disela kulumannya.
Dan "aaarrrrggghhh!" Sandra menjerit, dia melolong kesakitan. Sebuah penis raksasa menembus paksa lubang duburnya yang masih perawan dalam satu sentakan kasar. Sandra tak mampu menerima lagi semua itu. Tubuhnya telah mendapat titik maksimal dalam menerima rasa sakit, dia pun jatuh pingsan. Para penduduk masih terus melakukan aktifitas mereka diatas tubuh Sandra. Mereka sama sekali tak peduli pada keadaan Sandra saat itu. Mereka terus menggenjot dan meremasi tubuh Sandra secara brutal. Seluruh lubang di tubuh Sandra terus menerus dijejali penis raksasa mereka tanpa jeda sedikit pun. Mereka berniat untuk memberikan luka permanen pada tubuh Sandra. 4 jam kemudian mereka baru selesai dengan tubuh Sandra. Seluruh tubuh Sandra dipenuhi dengan bercak sperma yang mengering. Lelehan sperma masih merembes dari dalam mulut, lubang vagina dan lubang duburnya yang menganga lebar. Bercak darah pun masih nampak jelas di kedua lubang tersebut. Setelah puas dengan tubuh Sandra, mereka pun mengenakan pakaian mereka kembali. Tubuh telanjang Sandra yang sudah sangat mengenaskan mereka ikat di pohon pinus. Tak lupa mereka menaruh madu di seluruh tubuhnya, dan menjejalkan bunga pinus di lubang vagina dan duburnya. Sedangkan mayat Gilang, mereka buang ke sungai. Setelah semuanya selesai, mereka pun kembali ke desa. Meninggalkan Sandra yang masih pingsan di dalam rimbunnya hutan sendirian.

#################################
Gisti terbangun setelah mencium bau yang sangat menyengat hidungnya. Dia sama sekali tak ingat dengan kejadian yang dia alami kemarin, kepalanya masih sangat pusing. Dia pun membuka matanya dengan perlahan.
"Wahai Gunderewo, terimalah tumbal dari kami semua. Dan berikan kami hasil panen yang berlimpah." ucap seorang lelaki.
Mendengar itu, Gisti segera mengerjapkan matanya yang masih mengabur. Tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakan. Dia pun mulai melihat kesekeliling, mengamati keadaan. Gisti menjerit sejadi-jadinya, ketika dia tau keadaan nya saat ini.
"Sadar juga kamu neng." ucap suara yang tak asing bagi Gisti.
"Ki Samad! Apa yang aki lakukan sama saya? Saya mau diapakan ki? Tolong! Tolong!" teriak Gisti.
"Percuma geulis, gak akan ada orang yang bakalan denger kamu disini. Kamu bakalan aki jadikan tumbal untuk Gunderewo." ucap Ki Samad.
"Tidak! Apa salah saya ki? Tolong! Saya gak mau jadi tumbal. Tolong!" teriak Gisti.
Namun tak ada satu pun yang menolongnya. Ki Samad terlihat khusu melanjutkan mantera pemanggilan Gunderewonya. Mulutnya komat-kamit merapalkan mantra. Dan tak lama kemudian, kepulan asap mulai memenuhi ruangan gua tersebut. Gisti meronta, dia mencoba untuk melepas kan dirinya. Gadis cantik itu tengah terbaring di atas sebuah batu yang datar. Kedua tangan dan kaki nya di ikat ke setiap sudut batu itu. Tubuh seksinya itu tak tertutupi sehelai benangpun, ia telah telanjang. Vagina dan payudaranya terpampang dengan sangat jelas. Membuat orang ingin segera menyantap dan menjamah bila melihatnya.
"Siapa yang berani membangunkanku?" sebuah suara geraman menggema di gua tersebut.
"Ampun Gunderewo. Saya ki Samad." jawab ki Samad sambil membungkuk.
"Ah, ki Samad!"
"Apa gerangan kamu sampai berani mengganggu tidur lelapku? Huh?" lanjut Gunderewo itu.
"Ampun. Saya bawa tumbal baru buat Akang. Saya cuman minta ditukar dengan hasil panen yang melimpah 2 tahun ke depan."
Gunderewo itupun mengalihkan pandangan nya pada batu persembahan. Dia tersenyum lebar ketika melihat sosok gadis perawan berparas ayu terbaring di atasnya. Dia kemudian tertawa dengan sangat menggema.
"Hahaha... Tumbal yang bagus Samad. Haha... Baiklah, akan ku buat panen warga desa melimpah untuk dua tahun ke depan. Hahaha..."
"Sekarang pergi lah! Biarkan aku menikmati tumbal ku!" lanjut Gunderewo itu seraya mendekati tubuh Gisti.
Ki Samad pun meninggalkan gua itu dengan segera. Dia tidak ingin mengganggu prosesi yang akan di lakukan Gunderewo itu pada Gisti. Dia sudah terlalu senang dengan apa yang akan dia dapat di ladangnya untuk dua tahun ke depan.

Genderuwo

Sesosok mahluk tinggi besar menghampiri tubuh Gisti. Tingginya sekitar 2 meter lebih. Badannya berwarna hitan legam, dengan bau yang sangat menyengat tercium di seluruh tubuhnya. Bulu hitam kasar menghiasi seluruh tubuh mahluk itu. Sepasang mata merah yang menyala menatap nanar pada Gisti. Taring tajam pun menghias di bibir tebalnya. Gisti terbelalak tak percaya melihat sosok di hadapannya sekarang. Dia berontak lebih keras, mencoba untuk melepaskan ikatan di tubuhnya. Gisti menjerit sejadinya. Meminta pertolongan kepada siapa pun yang bisa mendengarnya. Namun semua usahanya itu nihil. Tak ada seorang pun yang berani masuk ke gua tersebut. Melihat mangsanya terikat tak berdaya, membuat penis Gunderewo itu menyembul keras. Batang penisnya sangat besar dan panjang. Diameternya mencapai 15 cm, dan panjangnya hampir 35 cm. Sungguh penis raksasa. Gisti menggidik ketakutan melihat penis Gunderewo itu. Dia tak sanggup membayangkan bila benda sebesar itu menembus liang vaginanya yang masih perawan. Gisti mulai menangis karena saking takutnya pada mahluk itu. Gunderewo itu mulai tak sabar ingin segera menikmati tubuh Gisti. Dia mulai menjamah tubuh telanjang gadis itu. Tangannya segera menggerayangi tubuh seksi Gisti dengan perlahan. Mahluk itu mulai merangsang setiap titik sensitif di tubuh Gisti dengan sangat intens. Tangan besar nya meremasi payudara gadis itu dengan perlahan. Sedang kan mulutnya mulai menjilati wajah cantik Gisti. Mahluk itu mencoba mencium bibir mungil Gisti. lidahnya yang panjang dia coba untuk menelusup masuk ke dalam bibir Gisti. Namun Gisti tak pernah mau membuka mulutnya. Gisti terpejam, dia tak sanggup melihat sosok menyeramkan di depannya itu. Hidungnya mencium bau yang sangat menyengat di depannya. Dia sampai ingin muntah dibuatnya. Bibirnya dia katupkan dengan sangat keras. Dia tak mau berciuman dengan mahluk jelek nan bau ini. Takan pernah! Karena geram, Gunderewo itu pun mencubit puting kiri Gisti dengan sangat keras. Membuat Gisti membelalak kesakitan. Mulutnya terbuka, menjerit sejadinya. Dan pada saat itu lah, Gunderewo ini menesulupkan lidahnya ke dalam bibir tipis Gisti. Mahluk itu mulai mencium bibir gadis itu. Mendapatkan serangan seperti itu, Gisti merasa sangat mual. Ada rasa aneh yang sangat tidak mengenakan di dalam mulutnya. Air liur mahluk itu juga berbau menyengat di dalam mulutnya. Dia sampai muntah dibuatnya. Kedua matanya mulai menangis semakin deras. Lidah panjang mahluk itu menggelitik setiap rongga mulut Gisti. Dia ingin membuat Gisti terbiasa dengan rasa dari liurnya itu. Tangan kanannya meremasi payudara kiri Gisti, Sesekali memilin puting payudaranya yang masih berwarna merah muda itu. Sedangkan tangan kirinya, dia gerakan menuju vagina Gisti. Gisti merasakan sesuatu yang sangat kasar menggeseki lubang vaginanya. Mencoba untuk men stimulus daerah istimewanya tersebut. Gisti mencoba menahan mati-matian setiap rangsangan tersebut. Namun dia pun hanya wanita biasa. Menerima serangan yang intens, lubang vaginanya pun membasah di jari-jari kasar sesosok Gunderewo. Mengetahui mangsanya sudah mulai terangsang, Gunderewo itu pun segera menurunkan ciuman bibirnya semakin ke bawah. Dia jilati setiap lekuk tubuh Gisti. Mulai dari wajah, telinga, leher, perut, dan kedua bongkahan payudaranya Gisti. Tak ada bagian yang terlewat dari jilatan lidah panjangnya itu.

Ketika pagutan mahluk itu terlepas di bibirnya, Gisti meludah terus menerus. Dia ingin membuang semua air liur mahluk itu yang selalu terasa menempel di rongga mulutnya. Dia juga mencoba untuk menahan setiap rangsangan di tubuhnya dengan sangat kuat. Namun sia-sia saja semua usahanya itu. Gisti pun mulai mendesah dan mengerang, ketika lidah panjang mahluk itu mulai menjilati lubang vaginanya. Gunderewo itu menjilati setiap inchi vagina Gisti dengan sangat telaten. Sesekali dia coba untuk memasukan lidah panjangnya itu ke dalam lubang sempit dihadapannya. Lidah itu pun mulai keluar masuk lubang vagina Gisti bak seekor ular. Gunderewo itu menjilati seluruh rongga di dalam vagina Gisti. Menerima itu semua, membuat desahan Gisti semakin menjadi. Mulutnya tak berhenti mengerang dan mendesah. Gunderewo itu sungguh sangat pintar merangsang setiap titik sensitif di tubuhnya. Tak lama berselang, Gisti pun merasakan sesuatu yang sangat enak di vaginanya. Sebuah perasaan yang tak pernah dia rasa kan sebelum nya. Ada sebuah dorongan yang ingin keluar dari dalam vaginanya. Semakin dia tahan, semakin kuat dorongannya. Dan tanpa bisa dicegah lagi, Gisti pun mendapat kan orgasme nya yang pertama selama hidupnya itu. Cairan bening nan lengket menyembur deras dari dalam vaginanya. Dan langsung masuk ke dalam mulut Gunderewo itu semuanya. Yaa, Gunderewo itu menghisap habis setiap cairan yang keluar dari dalam liang vagina Gisti. Mahluk itu menelannya habis, tak bersisa. Tubuh Gisti masih mengejang sambil mengejat-ngejat. Dia sungguh sangat tenggelam oleh kenikmatan yang baru dia dapat hari itu. Matanya terpejam, sedang kan mulutnya membuka lebar. Melihat kesempatan itu, Gunderewo segera mencoba untuk memasukan penis raksasanya itu ke dalam mulut mungil Gisti. Dia mendorongnya dengan kasar, membuat Gisti sangat terkejut. Ukuran penisnya yang terlalu besar, tak muat ke dalam bibir Gisti. Hanya sebatas kepalanya saja yang dapat masuk, itu pun tak muat. Hal itu membuat Gisti sangat tersiksa. Mulutnya dipaksakan untuk menganga sampai ukuran maksimal. Penis raksasa itu memaksa mulut Gisti untuk membuka sampai ukuran yang sebelum nya belum pernah bisa dia capai. Penis Gunderewo itu seakan ingin merobek mulut Gisti. Kesal karna penisnya tak bisa muat ke dalam mulut Gisti, Gunderewo ini pun mulai memposisikan posisi nya diatas tubuh Gisti. Dia gesekan penis raksasa nya yang bersisik itu tepat di depan lubang vagina Gisti yang masih perawan. Dia menggesek-gesekan nya untuk beberapa saat. Dan saat dirasa sudah tepat di depan vaginanya, dia dorong penisnya merobek vagina mungil Gisti dalam satu hentakan kasar. 'Breeeettt' Gisti yang awalnya terbuai oleh rangsangan di vaginanya itu mulai menjerit sejadi-jadinya. Dia merasakan perih yang teramat sangat di lubang kelaminnya itu. Tubuhnya mengejang keatas, menahan rasa sakit yang tak terkira itu. Dan Gisti pun jatuh pingsan, tak kuat menerima rasa sakit. Melihat mangsanya sangat lemah, Gunderewo itu sangat marah. Dia mulai menggerakan penisnya itu dengan sangat kasar di lubang vagina Gisti. Dia menggenjot vagina mungil Gisti dengan sangat brutal. Mahluk itu memaksakan vagina Gisti untuk bisa menerima seluruh batang penisnya yang sangat besar dan panjang itu. Dia hentakan pinggulnya dengan sangat keras, seakan ingin mendobrak dinding rahim Gisti. Setelah beberapa hentakan yang sangat kuat di dalam vagina Gisti, akhirnya seluruh penis Gunderewo itu pun masuk seluruh nya. Penis yang berdiameter 15 cm, dan panjang 35 cm itu pun bersarang dengan manis di dalam vagina mungil Gisti. Sampai vagina Gisti mengembung dibuatnya. Seluruh otot vagina Gisti seakan meremasi setiap bagian penis Gunderewo itu. Mahluk itu merasa sangat dimanjakan dibuatnya. Dia pun mulai mempercepat genjotannya di dalam vagina Gisti. Penis mahluk itu menghentak dengan sangat kuat mendobrak vagina Gisti. Kemudian dia cabut penisnya dengan sangat perlahan, menikmati setiap gesekan antara dinding vagina Gisti yang lembut dan Penis nya yang bersisik itu. Mahluk itu melakukannya terus menerus, sampai membuat Gisti sadar dari pingsannya.
"Aaaaawwwhhh,, sakiiitt... Berhentiiii... Sakiiitt,, aku mohon! Awwwhhh..." ucap Gisti mengiba.
"Diam kau sundal! Mulai detik ini tubuhmu adalah milik ku. Kau sama sekali tak berhak lagi atas seluruh tubuhmu ini." ucap Gunderewo itu sambil mempercepat genjotannya.
"Kamu itu sudah dijadikan tumbal untuk ku. Jadi mulai saat ini, kamu adalah budak birahiku. Hahaha..." lanjutku mahluk itu sambil tertawa.
“Tidak! Aku tidak sudi! Lepas kan aku dasar mahluk menjijikan!" maki Gisti sambil meludah ke arah mahluk yang sedang menggagahinya itu.
"Dasar kurang ajar kak sundal! Lihat, aku akan menyetubuhimu dengan sangat ganas dari sekarang. akan kubuat kau bertekuk lutut pada kontolku ini." ucap mahluk itu geram.

Pompaan di dalam vagina Gisti makin cepat dan kuat saja. Mahluk itu ingin membuat Gisti merasakan multiple orgasme. Gunderewo itu ingin membuat Gisti tak bisa lepas ataupun menolak penis raksasanya lagi. Mahluk itu mulai menyetubuhi Gisti dengan sangat menggila. Penisnya mengeluarkan precum di dalam lubang vagina Gisti. Cairan itu mengandung semacam bakteri, yang akan membuat vagina korbannya merasa sangat gatal dan geli dibuatnya. Precum yang Gunderewo itu keluar kan dalam dosis yang cukup banyak di dalam vagina becek Gisti. Rupanya mahluk itu ingin membuat Gisti tak bertingkah lagi. Gisti merasa ada yang aneh di dalam vaginanya. Dia merasakan ada sesuatu yang sangat panas di dalam vaginanya. Gadis itu merasakan vaginanya sangat gatal dan sangat geli, sehingga tanpa dasar dia pun mendesah-desah menerima setiap sodokan penis raksasa Gunderewo itu. Mengetahui kalau rencananya berhasil, mahluk itu pun menghentikan gerakan nya di dalam vagina Gisti. Dia mencabut keluar penisnya dalam satu tarikan kuat. 'Plooop' suara ketika penisnya keluar. Lubang vagina Gisti nampak menganga sangat lebar. Bercak darah masih menetes dari dalam sana. Gisti tersadar dari lamunannya. Dia merasakan ada sesuatu yang hilang dari dalam vaginanya. Lubang vaginanya terasa sangat gatal minta digaruk. Namun benda yang sedari tadi keluar masuk di vaginanya itu telah hilang. Sedang kan kedua tangan dan kakinya terikat dengan keras, membuatnya tak bisa melakukan apapun selain menggesek-gesekan kedua pahanya. Gunderewo itu hanya tersenyum melihat perilaku Gisti. Dia merasa puas dengan apa yang telah dia buat pada gadis alim tersebut. Rupanya dia telah berhasil untuk merubah sifat Gisti, dan membuang semua rasa malu gadis itu. Gunderewo itu telah berhasil membuat Gisti bertekuk lutut pada penisnya. Mahluk itu telah berhasil membuat Gisti menjadi budak sexnya.
"Aaaaggghhhh... Hmmm... Aggghhh.... Ssshhhh... Aggghhh...." desah Gisti.
"Kenapa kau menggeliat seperti cacing seperti itu manusia? Huh?"
"Apakah memekmu gatal ingin di garuk? Apakahmemek mu rindu sama batang penis besar ku? Huh? Jawab!" ucap Gunderewo itu sambil menatap tajam ke arah Gisti. Sebuah tatapan yang seakan merendahkan derajat Gisti sebagai seorang wanita alim.
"Aaaagghhh,, iyaa tuan... Aggghhh... Tolong berikan kontol besarmu itu... Aggghhh..."
"Tolong garuki memek gatalku ini tuan... Aaaagghhh.... Setubuhi aku tuan... Aggghhh... Aku adalah budak sex tuan.... Ooouuuuuggghhh...." ceracaunya Gisti makin tak jelas.
Mendengar itu semua Gunderewo hanya tersenyum dengan bangga. Predikatnya sebagai mahluk bau, jelek, dan menjijikan namun tetap bisa menaklukan wanita muda yang amat cantik tetap melekat pada dirinya. Dia pun tersenyum lebar, kemudian melepas ikatan di kedua pergelangan kaki dan tangan Gisti. Gisti yang merasa bebas, segera mengarahkan tangannya menuju lubang vaginanya. Dia langsung menggeseki vaginanya dengan cepat dan bernafsu. Gisti mulai memasukan satu demi satu jarinya ke dalam vagina nya yang sudah sangat basah itu sambil terpejam. Ternyata semua jarinya mampu masuk ke dalam lubang vaginanya itu. Sekarang dia mengeluar-masukan kepalan tangan nya menggaruki dinding vaginanya yang sangat gatal itu. Gunderewo tertawa dengan sangat keras dengan apa yang telah dia buat pada gadis alim ini. Dia sangat puas melihat Gisti menggeseki vaginanya sendiri dengan susah payah. Gisti terlihat sangat bernafsu saat itu. Dia mencoba segala yang dia bisa untuk menghilang kan rasa gatal di dalam vaginanya. Namun semuanya sia-sia saja. Rasa gatal di vaginanya tak pernah hilang, namun bertambah gatal saja setiap detiknya.

Frustasi, Gisti pun menangis. Dia merasa sangat tersiksa dengan rasa gatal di vaginanya itu. Dia terlihat sangat tersiksa karena ulahnya sendiri pada vaginanya. Karena kasihan, Gunderewo itupun berbisik pada Gisti.
"Rasa gatal di vaginamu itu hanya bisa hilang dengan gesekan kontolku saja wahai budak manusia. Rasa gatal itu hanya akan mereda bila bersentuhan dengan sisik di penisku ini. Apa kau mengerti?" bisik mahluk itu ditelinga Gisti.
"Aaaaghhhh,,, iyaa tuaaan.. Tolong berikan itu pada hamba... Aggghhh...." ucap Gisti sambil terisak.
"Ada syaratnya!" ucap mahluk itu menatap Gisti tajam.
"Aaapp,, apa syaratnya tuaann? Aaagghhhh..." ucap Gisti sambil terus mendesah.
"Kau harus membuatku orgasme terlebih dahulu dengan mulut dan tanganmu itu. Kamu harus menelan habis spermaku terlebih dahulu."
"Ba,, baik lah Tu,,, aaagghhhh... Baik lah tuan.... Sssshhh.."
"Lakukanlah sekarang dasar budak!"
"Ba, baik tuan." Ucap Gisti sambil menyerbu tubuh mahluk itu.
Gisti mulai menggenggam penis raksasa Gunderewo dengan kedua tangannya. Diameternya tak muat dalam genggaman tangan nya itu. Dia kemudian menjilati penis bersisik itu dengan sangat bernafsu. Sesekali Gisti mencoba untuk memasukan benda itu ke dalam mulutnya. Namun sekeras apapun dia mencoba, benda itu tak pernah bisa masuk ke dalam mulutnya yang terlalu mungil itu. Gisti menjilati setiap inchi penis dari mahluk yang paling menjijikan itu dengan sangat telaten. Dia menjilati penis dari mahluk yang telah membuat nya muntah beberapa jam yang lalu. Gisti telah kehilangan akal sehatnya. 15 menit sudah Gisti menjilati penis besar bersisik Gunderewo itu, namun sama sekali belum terlihat jika benda itu akan segera memuntahkan sperma nya. Sedangkan rasa gatal di dalam vaginanya telah mencapai level maksimal. Gisti akhirnya menangis. Dia lalu mencoba memasukan benda besar itu kedalam liang vaginanya dengan sangat bersusah payah.
'Bleeeeesss' akhirnya penis besar itu menembus liang vaginanya yang sudah sangat basah.
Benda besar itu langsung menggaruk rasa gatal yang menyerang dinding vaginanya. Gisti pun menggoyangkan pinggulnya dengan sangat cepat diatas tubuh mahluk itu. Gisti memejamkan matanya menikmati kenikmatan yang batang penis mahluk itu tengah berikan pada vaginanya.
"Aagggghhh... Enak nya... Ooohhh,, ahhhhhh...." desah Gisti sambil mempercepat goyangan vaginanya.

Gunderewo itu hanya bisa tertawa dengan sangat lantang melihat aksi Gisti saat itu. Gisti sedang menggerakan tubuh seksinya itu dengan sangat lincah di atas tubuh nya. Gadis cantik itu tengah menunggangi penis raksasanya dengan bersusah payah. Namun wajahnya memancarkan rona kenikmatan yang sangat dahsyat. Wajahnya mendongak ke atas, kedua matanya terpejam, sedangkan mulutnya membuka lebar. Hal itu sungguh sangat membuat mahluk itu terangsang. 15 menit menggenjot penis besar Gunderewo, vagina Gisti pun mulai berdenyut menandakan dia akan segera mendapatkan orgasme kembali. Gadis itu mempercepat goyangan pinggulnya, menghentak penis Gunderewo itu makin keras. Tubuhnya sudah dipenuhi dengan keringat. Kuncir rambutnya telah terbuka sehingga rambut panjangnya terurai bebas dan dahinya juga bercucuran keringat
"Aaaaaggghhh,, tuan,, kontol tuan nikmat bangeett... Aaagghhhh,, hamba, orgasme lagi tuannnn... Agggghhhh..." jerit Gisti sambil melepas orgasmenya yang kedua hari itu.
Cairan hangat menyembur dengan sangat deras di liang vaginanya. Gisti bahkan mengalami squirting. Vaginanya mengeluarkan cairan dengan sangat derasnya. Seluruh tubuh Gisti mengejang untuk beberapa saat, lalu ambruk menimpa tubuh besar Gunderewo. Gisti sangat menikmati orgasmenya Kali itu, hingga dia lupa pada tugasnya untuk memuaskan Gunderewo. Gunderewo itupun marah pada Gisti. Dia lalu mengeluarkan kembali cairan precumnya didalam vagina Gisti dengan cukup banyak. Hal ini langsung membuat vagina Gisti sangat gatal dibuatnya. Gisti bahkan sampai menjerit kaget dibuatnya. Dan tanpa menunggu lama lagi, dia pun kembali menggoyangkan pinggulnya menggesek penis besar Gunderewo. Tak beberapa lama kemudian, Gisti mengalami orgasme nya kembali. Lagi, seluruh otot di tubuhnya mengejang lalu ambruk tak bertenaga. Hal ini kontan membuat Gunderewo itu sangat marah. Akhirnya mahluk besar ini mengeluarkan precumnya yang sangat beracun di dalam vagina Gisti. Precum ini mengandung bakteri yang sangat ganas. Bakteri yang akan terus menggigiti dinding vagina Gisti, menimbulkan rasa gatal yang teramat sangat. Bakteri ini takan berhenti menggigit seluruh rongga di dalam liang vagina Gisti, meskipun dia telah mendapatkan orgasme. Bakteri ini hanya bisa hilang oleh cairan sperma Gunderewo saja. Gisti sangat tersiksa dibuatnya. Vaginanya makin terasa gatal saja, padahal dia baru saja mendapatkan orgasme. Gisti pun mulai memaksakan tubuhnya untuk bergerak, sehingga kelamin mereka saling bergesekan kembali. Namun gesekan antara kelamin mereka itu hanya membuat vaginanya makin gatal saja. Vagina Gisti sudah sangat membanjir dibuatnya. Peluh beserta keringat bercucuran di seluruh tubuhnya. Ntah sudah berapa Kali dia mendapatkan orgasme dan squirting hari itu. Namun rasa gatal di vaginanya tak pernah berhenti.

Gisti sudah sangat lemah, seluruh tenaganya sudah habis terkuras. Namun dia tetap memaksa pinggulnya tetap menggoyang, meskipun tubuh bergetar hebat. Tak lama berselang, Gisti pun mendapatkan orgasmenya kembali untuk yang kesekian kalinya. Tubuhnya mengejang dengan sangat dahsyat, lalu dia pun jatuh pingsan kembali. Melihat mangsanya tergeletak tak sadarkan kembali, Gunderewo itu hanya menatap puas. Dia mencabut penisnya dengan satu tarikan kuat. Mahluk itu lalu merebahkan tubuh Gisti mengangkang. Dia lalu menjilati vagina gadis itu dengan sangat bernafsu. Vagina Gisti yang sudah sangat membasah dijilatnya dengan sangat rakus. Lidahnya segera keluar masuk di dalam vagina Gisti dengan sangat lincah. Mahluk itu memasukan lidah panjangnya sangat jauh ke dalam vagina Gisti. Sehingga masuk kedalam rahim Gisti. Mahluk itu lalu menjilatinya gemas. Gisti hanya bisa mendesah lemah dibuatnya. Dia sudah tak memiliki tenaga sedikit pun hanya sekedar untuk membuka mata. Namun vaginanya tak pernah berhenti mengalami orgasme. Cairan cintanya yang bercampur dengan air kencing menyembur setiap kali dia orgasme. Muncrat membasahi lantai gua yang pengap dan lembab itu.vSetelah puas menjilati vagina gadis tersebut, Gunderewo itu kembali memasukan penis besar nya itu ke dalam liang vagina Gisti yang sudah sangat melar. Mahluk itu kembali menghentak kan penisnya dengan sangat kuat dan keras di dalam vagina gadis itu, membuat tubuh Gisti terlonjak-lonjak. Karena jepitan vagina Gisti sudah sangat melemah, Gunderewo pun membalikan tubuh mangsanya tersebut. Mahluk itu mulai memposisikan tubuh Gisti untuk menungging. Lidah panjangnya segera menjilati dan mengoreki liang dubur Gisti. Membuat Gisti kembali menggeliat. Sesekali dia masukan lidah panjangnya itu ke dalam sana, mencoba membuat lubang itu sedikit melebar. Ketika dirasa sudah cukup basah, Gunderewo pun memposisikan penis besarnya di depan lubang dubur Gisti. Dan dengan satu sentakan keras, amblas lah seluruh penis besar nya itu merobek anus Gisti. Gisti menjerit dengan sangat keras. Seluruh otot di tubuhnya bergetar merasakan sakit yang amat sangat. Gisti pun pingsan kembali. Cengkraman otot dubur Gisti seakan mencekik penis Gunderewo itu. Mahluk itu kembali merasakan nikmat nya tubuh gadis itu. Sekarang Gunderewo itu sudah tak perduli lagi dengan keadaan Gisti. Dia hanya ingin segera mencapai orgasmenya. Dia mulai menyetubuhi dubur Gisti dengan sangat kasar. Tak lama berselang mahluk itu pun mendapat orgasme nya yang pertama saat itu. Dia menggeram sambil menyembur kan sperma panasnya memenuhi liang dubur Gisti. Tangan besarnya meremas kuat payudara Gisti, gigi-gigi tajamnya menggeremet. Dan seluruh tubuhnya mengejang, lalu ambruk menimpa tubuh kecil Gisti dengan penis yang masih menancap di liang dubur gadis itu. Setelah mendapatkan orgasme nya itu, penis besar Gunderewo mengecil dengan sendiri nya. Lalu benda itu keluar dari dalam dubur Gisti secara perlahan. Mahluk itu tersenyum dengan sangat lebar. Rona kepuasan tergambar jelas di wajahnya. Mahluk itu pun menghilang ntah kemana. Meninggalkan Gisti sendirian dalam kondisi yang sangat mengenaskan di gua tersebut. Tinggallah Gisti sendiri di gua lembab nan pengap itu. Tubuhnya sudah sangat mengenaskan, dalam posisi yang menungging. Lubang vagina dan dubur nya menganga sangat lebar, bercak darah masih jelas terlihat di kedua lubang tersebut. Gisti mati dengan kedua lubang yang sangat basah oleh lendir dan oleh cairan sperma Gunderewo yang berwarna hitam pekat. Namun roh Gisti dibawa oleh sang empunya sperma ke alam nya. Yaa, roh Gisti dijadikan gundik oleh sang Gunderewo itu di alamnya.

######################
Dan sejak hari itu, ketiga reporter tersebut tak pernah kembali dari desa tersebut. Di mulai hari itu, Sandra, Gisti, dan Gilang tak pernah terlihat keluar dari desa itu. Yaa, mereka bertiga telah tewas dengan sangat mengenakan di desa Cimani Gunderewo itu. Tanpa ada seorang pun yang mengetahui kejadian itu, kecuali para penduduk setempat. Rahasia dari desa Cimani Gunderewo pun masih terjaga dengan sangat rapat....