September 21, 2007
Cerita ini di mulai saat Yessy, wanita muda yang cantik, berkulit
putih, 27 tahun, bekerja sebagai staff akunting pada sebuah perusahaan
konsultan. Dia ditempatkan di kota Pekanbaru. Dia dan suaminya yang
bekerja di ibukota harus terpisah jarak, dan hanya tiap seminggu atau
dua minggu sekali bisa bertemu dengan suaminya. Mereka sampai saat ini
dalam usaia perkawinan mencapai 2 tahun belum juga di karuniai anak.
Sore itu hujan turun dengan lebatnya menyirami kota Pekanbaru yang
biasanya sangat panas. Terllihat seorang wanita muda terjebak oleh hujan
dan berteduh. Yessy terpaksa berteduh di teras sebuah kantor yang
menjadi tetangga kantornya, menunggu hujan mereda. Tetapi ternyata hujan
tak kunjung juga reda. Ia mulai kelihatan gelisah karena sore semakin
gelap.
Tiba – tiba dari dalam kantor tersebut muncul sosok tegap berwajah simpatik.
“Hujannya sangat deras bu…”. Mengenakan kaos terlihat tubuhnya yang
berisi itu tampak berisi. Berumur sekitar 40-an dengan wajahnya dihiasi
kumis yang tipis.
“Iyaa..” sahut Yessy.
“ini bu payungnya pakai saja…, ibu kan di kantor sebelah kan…?”tanya lelaki tersebut.
“Kembalikan saja besok……”sambungnya kembali.
“Terimakasih pak……” sahut Yessy girang. Dengan ringan ia melangkah dan
menerima payung tersebut dari lelaki gagah tersebut, dan
menggunakannya….
Besoknya saat kembali ke kantor Yessy tak lupa mengembalikan payung
yang di pinjamkannya. Lelaki itu bernama akhirnya diketahuinya bernama
Murad. Dia adalah seorang kepala keamanan pada kantor di sebelah
tersebut.
Beberapa hari kemudian…
Saat Yessy berangkat untuk bersama seorang temannya berencana hendak
makan siang. Menggunakan sebuah sepeda motor mereka berboncengan menuju
sebuah rumah makan tak jauh dari kantor mereka. Tiba – tiba…
Sepeda motor mereka oleng dan mereka terjatuh…, Sebuah kendaraan umum
yang melaju dengan cepat telah menyerempet. Yessy panik dan bingung
bagaimana harus bertindak.. Sekelebat ingatan muncul di kepalanya…
Dengan cepat diraihnya ponselnya dan..
“halo……, ini dengan PT xxxx..? tanyanya tergesa- gesa.
“Betul.., ada yang bisa kami bantu bu…?sahut suara di seberang.
“Pak Muradnya ada…? Bisa saya bicara sebentar…? Sambung Yessy..
“Sebentar bu………….” sahut suara sipenerima tersebut. Tak lama kemudian..
“halo…………”sahut suara berat seorang lelaki di pesawat penerima tersebut.
“Ini Pak Murad…? Saya bu Yessy…..?ujar Yessy terburu-buru.
“Hmmmm…., yang di kantor sebelah ya…,ada apa bu…? sahut Murad di seberang sana.
Lalu Yessy menerangkan kejadian yang menimpa ia dengan temannya dan
minta pertolongan lelaki tersebut. Dan kembali urusan tersebut menjadi
selesai dengan kedatangan Murad di tempat mereka. Dan mereka pun mulai
akrab. Terlebih lagi saat-saat Yessy yang baru pulang dari kantornya
karena terpaksa lembur. Malam itu angkot tak juga lewat hingga lewat
pulalah Murad. Dengan mengemudikan sepeda motornya ia berhenti di
samping Yessy.
“Udah malam bu…, angkotnya sudah jarang, biar saya antar bu…”ujar lelaki gagah tersebut dengan sopan.
“Iya pak…, ga biasanya……”sahut Yessy ramah.
Mereka berbincang – bincang sejenak. Murad menemani Yessy sambil
menunggu angkot yang lewat. Akhirnya dengan berat hati Yessy naik di
belakang. Sepeda motorpun melaju menuju rumah kediaman Yessy. Tak lupa
Yessy minta singgah di sebuah warung dalam perjalanan tersebut. Membeli
beberapa pengganan untuk pulang. Sesampainya di rumah Yessy tak lupa
mempersilakan Murad untuk mampir dan menyeduhkan secangkir teh. Sejenak
mereka berbincang-bincang hingga Murad pun pamit untuk pulang
kerumahnya.
Dan kejadian sama berulang kembali. Saat Yessy kembali menunggu
angkot. Dan kembali Murad sang kepala keamanan menawarinya untuk di
antarkan.. Saat itu Yessy kembali tak menampiknya karena dalam hatinya
telah bersimpati atas kebaikan lelaki tersebut. Dan setelah itu kejadian
pulang bareng pun sering mereka lakukan. Hal ini tanpa sepengetahuan
karyawan teman sekantornya Yessy.
Hingga suatu saat….
Malam telah menjelang . Saat itu Yessy tengah menunggu angkot yang
kunjung lewat. Ia menyesali kedatangannya yang begitu terlambat ke
Pekanbaru setelah tugas luar ke Bangkinang yang melelahkan dan begitu
menyita waktunya. Hanya para pengemudi ojek yang berebutan menawarkan
jasanya. Yessy merasa tidak aman akan kehadiran para pengojek tersebut.
Kembali teringat olehnya akan keberadaan Murad. Segera diraihnya
ponselnya dan menghubungi Murad. Tak lupa dikatakannya untuk bergegas
karena kekuatirannya tersebut.
Tak lama berselang Murad muncul dengan sepeda motornya. Segera Yessy
naik di belakang. Dan sepeda motorpun melaju meninggalkan tempat
tersebut. Oleh karena merasakan perutnya yang belum diisi tersebut telah
menagih, segera Yessy minta pada Murad agar berhenti. Mereka berdua pun
makan dengan lahapnya di warung pinggir jalan tersebut. Tak mereka
sadari hujan mulai turun dan waktu telah menjelang jam 10 ….
“Bagaimana bu.. kita berteduh menunggu hujan saja…? tanya Murad kepada wanita muda yang cantik tersebut.
“Tanggung pak…, sudah di pertengahan perjalanan kita berangkat saja deh……” sahut Yessy yakin.
Segera Murad dan Yessy melaju dalam derasnya hujan… tak memperdulikan
pakaian mereka yang pastinya akan basah kuyup. Hingga akhirnya mereka
sampai di rumah Yessy. Segera Yessy menuju kamarnya untuk bersalin dan
tak lupa memepersilakan Murad untuk masuk ke dalam rumahnya. Setelah
salin Yessy memberikan pinjaman kaosnya untuk menggantikan pakaian Murad
yang basah kuyup. Tak lupa di suguhkannya segelas teh hangat untuk
menghangatkan agar tak masuk angin. Berbincang-bincang mereka
sesaat…tapi hujan tak kunjung juga henti…
Mengingat besok adalah giliran jaga Murad bersikeras hendak pulang…
Yessy tak dapat menahankan ia lagi. Diiringi tatapan Yessy di pintu
sepeda motor Muradpun melaju. Tak jauh sepeda motor itu melaju kelihatan
tersendat-sendat lalu berhenti. Dan Murad pun turun memeriksa dalam
riuhnya hujan.. Yessy yang masih berdiri di pintu segera menghampiri
dengan sebuah payung.
“Ada apa pak……? tanya wanita cantik tersebut setelah berdiri di samping sepeda motor tersebut.
“Ga tau nih…, tiba-tiba mogok saja.. sebentar saya periksa bensinnya..”
ucap Murad seraya bangkit dan membuka tutup bahan bakar sepeda motornya.
“Betul bu…,bensinnya habis…”ujarnya dengan wajah bingung memandang wajah Yessy.
“Ya sudah.., kembali saja ke rumah saya…, besok pagi pak Murad bisa berangkat..” ujar Yessy menawarkan.
“Hmmm…, bagaimana ya…?ujar Murad dengan wajah bingung.
“Ayo……..”ajak Yessy.
Beriringan mereka kembali menuju rumah Yessy. Dan setelah memarkir
sepeda motor, mereka berdua kembali berada di dalam rumah yang asri
tersebut. Yessy memberikan sebuah bantal pada Murad agar dapat tidur di
sofa ruang tamunya. Murad masih merasa sungkan – sungkan. Dan untuk
mencairkan suasana Yessy berbincang – bincang menanyakan keluarga dan
keadaan kota yang masih baru baginya. Baru diketahuinya bahwa Murad
adalah seorang duda. Mereka duduk bersisian pada sofa yang berbeda.
‘Wanita ini sangatlah cantik malam ini…..’ batin Murad.
Tanpa disadari Yessy di tengah – tengah perbincangan mereka yang
makin akrab, jemarinya telah berada dalam genggaman sang lelaki tegap
tersebut. Perlahan jemari lentiknya di angkatnya menuju wajahnya.., dan
sebuah kecupan dijatuhkan lelaki berkumis tipis tersebut pada jemarinya.
Sontak Yessy kaget…Dan menarik tangannya. Tapi Murad pun tak
membiarkan…
Segera ia pindah ke sebelah Yessy.
“Lebih baik Pak Murad tetap di kursi semula….”ucap Yessy tegas.
“Saya hanya ingin melihat jari ibu yang sangat bagus…, masa tidak boleh..?”ujar Murad kembali meraih tangan Yessy.
“Kuku ibu sangat terawat sekali…”tambah lelaki tersebut.
“Cincin ini juga sangat bagus…..”ujar Murad meneliti cincin kawin yang menghiasi jari manis wanita muda tersebut.
“Jangan macam-macam pak.., sebentar lagi suami saya akan menelpon dari
Jakarta.., dan saya bisa saja mengadukan bapak..”tambah Yessy.
Murad tak menjawab, malah kini kedua tangan Murad mulai merengkuh
bahu wanita muda tersebut. Menariknya ke arahnya.. Yessy berusaha untuk
tak jatuh dalam rengkuhan lelaki tegap tersebut. Tapi apalah dayanya,
tenaga wanitanya tak cukup kuat untuk melawan keinginan Murad. Dan ia
terjatuh dalam dekapan erat lelaki itu. Menyadari hal itu Yessy berusaha
memalingkan wajahnya, namun dekapan erat tersebut menyesakkan nafasnya.
Dengan tangannya yang masih bebas Yessy berusaha menampar wajah lelaki
tersebut. Tapi Murad pun tanggap dan menangkap tangan tersebut.
Murad mulai mendekatkan wajahnya. Kecupannya jatuh di permukaan pipi
Yessy yang licin tersebut. Terus menjalar pada leher yang putih bak
pualam. Menjilati urat leher yang menjulang menopang kepala yang tengah
berontak tersebut. Terus menjalar ke atas, perlahan menyusuri lekuk
rahang, terus keatas dan menyambangi bibir merah yang ranum. Dihisapnya
perlahan kedua bibir yang ranum tersebut. Hingga Yessy tersedak hampir
kehabisan napas.
Lalu tubuh sintal tersebut dilepaskan oleh Murad. Dan Yessy jatuh
menelungkupkan wajah pada sofa. Mulai terisak-isak sembari menutupi
wajahnya dengan kedua tangannya.
Murad kembali mendekatkan wajahnya. Tangannya menyibakkan rambut
halus yang ada pada tengkuk wanita muda tersebut. Bibir berkumis tipis
itu mendarat pada tengkuk Yessy. Bulu romanya segera berdiri… Tangan
Murad tak tinggal diam dan berusaha menjangkau dada wanita muda
tersebut. Yessy berbalik untuk segera menghindar. Namun Murad tak
melepaskannya. Sebelah tangannya segera menahan punggung Yessy.
Sementara yang sebelah lagi mulai menjalar pada dada yang terbungkus
kimono biru tersebut. Ciumannya juga mampir pada bibir merah yang ranum
milik wanita muda tersebut.
Mungkin karena hari itu adalah hari yang melelahkan bagi Yessy,
rontaannya mulai lemah dan tak bertenaga lagi. Sehingga Muradpun dengan
leluasa melakukan rabaan dan remasan pada sekujur tubuh wanita bertubuh
langsing tersebut. Terasakan oleh Yessy betapa lincah dan sangat
pandainya lelaki itu merabai tubuhnya. Yessy pun mulai terbakar, tapi ia
tak menyerah begitu saja. Hingga …
“Lebih baik bu Yessy menurut saja.., saya bisa saja memperkosa ibu
dan membongkar semua ini pada semua teman-teman ibu…”bisik Murad. Dalam
isaknya Yessy segera terdiam. Kini tanpa perlawanan yang berarti Murad
melucuti kimono dan dan celana tidur yang dikenakan Yessy sehingga
praktis ia hanya mengenakan bra dan secarik segitiga pelindung pertemuan
kedua pahanya.
Diraihnya bahu wanita muda tersebut agar berdiri dan memapahnya
menuju kamar tidurnya yang terbuka. Di rebahkannya tubuh sintal yang
menggairahkan tersebut diatas ranjang. Kembali Murad menekuni tubuh
mulus indah tersebut. Ciumannya mulai merambat pada leher yang putih
tersebut. Turun ke bawah menemukan lereng bukit dada yang masih
terbungkus. Kecupan di jatuhkannya pada pada dada sebelah kiri. Yessy
hanya diam sambil terisak isak. Tak lama penutup dada tersebut menyusul
lepas, memamerkan ketelanjangannya dalam kegelapan. Yessy mencoba
menutupi ketelanjangan dadanya dengan bantal. Tetapi tak menyia –
nyiakan waktu lagi segera bibir berkumis tersebut mengulum dan menjilat
puncak dada Yessy bergantian kiri dan kanan. Kadang hisapan disertai
kuluman menerpa puncak dada yang memerah tersebut.
Sementara itu jari Murad telah berada di pertemuan kedua paha Yessy.
Merabai kebasahannya dan kehangatannya. Kadang menyelinap ke balik kain
tipis yang menutupinya. Merabai kehangatan kewanitaannya dengan intens.
Dengan sedikit tarikan carik kain tipis tersebut menyusul bra yang telah
terlepas lebih dahulu. Praktis Yessy telah telanjang..!!!
Murad bangkit dan melepaskan semua pakaiannya. Lalu kembali rebah
mencumbui apa yang telah di mulainya tadi. Yessy masih berusaha
merapatkan kedua kakinya, mencoba agar lelaki tersebut tak dapat
meneruskan niatnya.
“Lebih baik ibu bekerjasama…, agar tak terjadi hal – hal yang lebih
fatal..”bisik Murad. Yessy mengerti akan akibatnya dan mulai membuka
kedua kakinya. Dengan perlahan Muradpun naik menelungkupi tubuh putih
tersebut. Disibakkannya kedua kaki Yessy agar ia dapat merapatkan
pinggulnya. Dan Murad pun bergerak…
Diiringi linangan air mata Yessy, perlahan kepala kejantanan Murad
yang telah siap sedari tadi mulai membelah lepitan kewanitaan yang telah
basah tersebut, perlahan terrusa maju hingga amblas dalam liang hangat
kewanitaan Yessy. Tak ada lagi yang bisa di pertahankannya. Semuanya
telah terenggut darinya. Kesetiaanya pada suami telah ternoda.
Kini Murad bergerak naik turun diatas tubuh sintal yang menggairahkan
tersebut. Memacu nafsunya sendiri. Yessy hanya bisa diam dengan tubuh
yang bergoyang – goyang. Merasakan betapa batang pejal milik Murad
keluar masuk pada kewanitaannya. Menghujam tak henti-henti. Keringat
Murad telah bersimbah di sana sini, tapi belum juga ia merasa lelah
ataupun selesai. Yessy merasakan persetubuhan yang dialaminya saat ini
sangatlah berbeda sekali dengan yang dialaminya bersama suaminya.
Tubuhnya pun terbakar dalam nafsu Hunjaman batang pejal Murad pada
kewanitaannya mau tak mau dirasakannya sebagai siraman batang hangat.
Klimaks telah dicapai Yessy. Tapi Murad masih tetap bergerak diatas
tubuhnya. Memompa segenap birahinya pada wanita muda yang cantik itu.
Tak lama kemudian Murad bergerak makin cepat. Diiringi dengus nafas yang
juga makin memburu. Hingga….
Dengan satu hunjaman kuat Murad mengejang. Tubuhnya tersentak –
sentak. Diiringi semburan demi semburan hangat memancur keluar dari
batang kejantanannya, menyirami kebasahan di dalam kewanitaan Yessy.
Lalu tubuhnya menggelosoh ke samping Yessy. Mereka terdiam dalam pikiran
dan perasaan masing-masing.
Yessy merasakan tubuhnya sangat capai dan tulang-tulangnya serasa di
lolosi. Betapa hancur perasaan dan harga diri Yessy saat itu. Ia merasa
sangat kotor dan berdosa. Malam itu Murad kembali mengulangi hal yang
serupa tanpa adanya penolakan dari Yessy…
—————————————-
Part 2
Minggu ini Yessy merasa kesal. Keinginannya ingin bertemu suami sirna
setelah menerima telepon dari suaminya yang tengah berada di Kendari.
Suaminya begitu larut dalam pekerjaannya sehingga telah hampir 3 bulan
ini mereka tidak bertemu. Kenyataan bahwa dirinya telah ternoda sangat
menghancurkan mentalnya.
Saat itu Yessy tengah berada di rumahnya. Hari itu adalah hari Sabtu.
Sama seprti kantor lainnya hari tersebut ia libur. Perasaan kesalnya
sangatlah memuncak. Tiba-tiba Hpnya berdering.
“Halo…., ooo Pak Murad” jawab Yessy.
Lalu ia terlibat pembicaraan serius di telefon tersebut. Kadang-kadang ia tertawa kecil. Dan tak lama kemudian.
“Oke saya tunggu………”tutupnya.
Setelah diam sejenak, langsung ia menuju kamarnya. Dan dengan cepat
pula wanita cantik itu berganti pakaian. Mengenakan celana jeans dan
kaos ketat membalut tubuh indahnya. Saat mengoleskan lipstik tipis pada
pada bibir ranumnya, deru sepeda motor yang telah di kenalnya terdengar
makin mendekat.
Sambil tersenyum ia melangkah ke luar kamarnya. Membuka pintu
rumahnya… dan sebuah wajah simpatik yang telah mengisi hari – harinya
muncul dengan sebuah senyuman pada wajah berkumis tipis tersebut.
“Udah siap……..?”tanyanya ramah sambil melangkah masuk.
“Udah…, berangkat langsung aja ya…?”ajak Yessy.
“ayok……..”sahutnya sambil kembali ke luar pintu.
Setelah mengunci pintu rumanya, segera Yessy naik di atas sepeda
motor yang telah siap tersebut. Segera mereka meluncur membelah kota
Pekanbaru siang itu.
Yessy siang itu terlihat segar dan cantik, pakaian yang membungkus
tubuhnya serasi dengan dandanan tipis yang dikenakannya, berikut dengan
rambutnya yang dikucir saja. Saat itu yang ada hanyalah keinginan
bagaimana caranya agar kekesalan hatinya terobati. Hanya Murad yang
dikenalnya cukup dekat di kota tersebut, meskipun untuk itu dirinya
sampai terjebak yang berakhir pada persetubuhan yang sangat di sesalinya
beberapa waktu yang lalu. Tapi nasi telah jadi bubur…
Sepeda motor tersebut melaju dengan santai dan tidak terlalu cepat.
Sesuai dengan keinginan hatinya untuk menghilangkan kekesalan hatinya,
sepeda motor tersebut meluncur ke arah kota Bangkinang. Awalnya mereka
singgah makan siang pada sebuah restoran yang ada di peinggir jalan.
Restorannya tidaklah besar tapi cukup bersih. Mereka makan dengan lahap
karena waktunya makan siang telah lewat. Kembali mereka berangkat
setelah mengaso sebentar.
Sesampainya di Bangkinang, Murad mengarahkan sepeda motornya pada
sebuah rumah. Mereka mampir disana. Yang ternyata adalah temannya Murad.
Yessy diperkenalkan pada isteri temannya di sana. Tak lama mereka
berada di sana, dan kembali mereka meluncur membelah kota yang panas
tersebut dengan sepeda motor. Hari telah mulai sore…
“Yessy ..kita mampir di hotel dulu ya….?”ujar Murad di tengah lajunya sepeda motor mereka.
“Untuk apa….., lebih baik kita pulang saja…”sahut Yessy.
“Aku capek mengemudikan sepeda motor…, kita istirahat saja sebentar..”ujar Murad lagi.
“Ah ga….., kita pulang saja..”ucap Yessy keberatan.
“Ya kamu pulang saja sendirian.., aku mau istirahat dulu..”ujar Murad
tegas. Yessy berpikir sejenak. Tidaklah mungkin ia pulang ke Pekanbaru
sendirian. Toh juga ia bersama Murad, orang yang cukup dekat dengan
dia..
“Baiklah tapi jangan macam-macam…”ancam Yessy.
Sepeda motor mereka masuk ke sebuah hotel. Setelah mengikuti prosedur
sebagaiman lazimnya. Mereka sampai di sebuah kamar yang ber-AC. Murad
segera merebahkan dirinya di atas ranjang empuk tersebut. Sedangkan
Yessy duduk di kursi yang tersedia dalam ruangan tersebut.
“Sini dong bu….., tolong pijitin saya, cape banget rasanya hari
ini..”ucap Murad seraya bangkit dan menepuk – nepuk bahunya. Kemeja dan
celana panjangnya telah lepas dan hanya mengenakan celana pendek.
Yessy segera mendekat, sudah tak ada sungkan lagi pada dirinya
setelah kejadian beberapa saat lalu. Telah dua kali kesempatan sejak
persetubuhan mereka yang pertama Murad berhasil menggaulinya. Dirinya
sendiri sudah merasa hancur segalanya. Seorang wanita, menurutnya
seperti ibaratnya durian, diluarnya tajam tetapi kalau telah terbuka
sangatlah lunak. Ia tak dapat lagi menolak atau menghindari dan tak
merasa perlu untuk menolak atau menghindar. Memang selama ini Yessy
selalu berusaha untuk mengalihkan niatnya Murad tetapi selalu gagal dan
gagal lagi..
Dengan jemari lentiknya Yessy memijat bagian belakang kepala dan bahu
Murad. Yessy dalam posisi duduk di belakang Murad terus melakukan
pijatan – pijatan. Awalnya Murad merasakan pijatan Yessy sangatlah
nyaman dan sedikit membantu menghilangkan kepenatannya. Tetapi mungkin
karena tenaga wanita itu lemah, Murad kadang menunjukkan dengan
tangannya bagian mana yang harus di pijat.
Kadang sambil berlaku demikian tangan kanan Murad menggenggam paha
Yessy yang terbalut jeans. Merabanya perlahan dan lembut. Terasa oleh
Yessy aliran hangat mengalir dari tangan lelaki tersebut menembus
jeansnya. Yessy menepisnya. Murad tidak meneruskan aksinya. Dan Yessy
terus memijat pada bahu dan belakang kepala lelaki kepala keamanan
tersebut.
Kembali tangan Murad bergerak, mengelus dan meraba paha langsing
wanita muda tersebut. Yessy yang telah bosan menepis mendiamkan saja
tangan tersebut bergerak pada sepanjang batang pahanya. Aliran rasa
nikmat mulai timbul saat lelaki tersebut merabanya.
“sudah ah…..aku capai…”ujar Yessy sembari melepaskan tangannya.
Tangannya telah lelah karena memijat bahu dan belakang kepala lelaki
tersebut. Apalgi otot tubuh lelaki tersebut keras karena terbiasa
berolahraga.
Tanpa di minta Murad berbalik. Kini ia yang gantian memijat bahu
Yessy. Pijatan terasa sangat nyaman bagi wanita muda tersebut. Yessy
diam dan menikmati pijatan yang dilakukan lelaki tersebut. Rasa capainya
selama di perjalanan sedikit terobat. Tetapi Murad tak hanya memijat,
kadang tangannya mengelus dan meraba bahu yang telanjang tersebut.,
hingga belakang telinga wanita bertubuh langsing tersebut.
“Ufhh…….”keluh Yessy merasakan elusan tersebut mulai memancing
gairahnya. Murad tak berhenti. Bibir berkumisnya kadang singgah pada
bahu telanjang tersebut. Menjilat dan mengecupnya.
“Buka saja deh bajumu…..”pinta Murad.
“Jangan pak…..”sahut Yessy.
“Buka saja biar aku memijatnya lebih leluasa….”pinta Murad kembali.
Akhirnya dengan sedikit rasa enggan kaos ketatnya meluncur lepas melalui
kepalanya, meninggalkan tubuh pemakainya. Segera terbentang di depan
Murad bahu dan punngung telanjang wanita cantik tersebut.
Kini Murad kembali mendekati leher telanjang tersenut. Mengecup dan
menjilatinya dengan perlahan. Lidah kasapnya merasakan setiap pori
wanita cantik tersebut mengembang. Lidahnya meluncur naik keatas
menemukan telinga lancip. Menjilati dengan lembut belakang telinga di
sana. Segera Yessy merasakan setiap porinya terbuka. Berdiri setiap
rambut-rambut halus yang berada disana. Bergantian bagian belakang
telinga kiri dan kanan tak tertinggal kan oleh lelaki berkumis tersebut.
Yessy hanya dapat mengeluh
“Uhh……….”keluhannya terdengar lirih.
Kini bibir berkumis tersebuit meluncur kesamping, menjelajahi garis
rahang wanita cantik tersebut, terus ke depan dan akhirnya menjumpai
bibir ranum yang tersaput gincu tipis. Langsung saja bibir ranum memerah
tersebut mendapat kecupan yang bertubi-tubi. Kadang Murad menghisap dan
melumat bibir lembut tersebut. Sedangkan kedua tangannya tengah berada
pada kait bra milik Yessy. Tak lama bra tersebut ikut menyusul kaosnya
yang terserak di lantai.
Murad segera membalikkan badannya. Kini mereka berhadapan. Kembali
bibir ranum tersebut menjadi sasaran bibir berkumis lelaki gagah
tersebut. Menghisap, melumatnya dengan perlahan. Lidah kasap milik Murad
menerobos sela-sela gigi yang berbaris rapi tersebut, memaksanya
membuka. Dan akhirnya lidah tersebut menjelajahi setiap mili bagian
dalam mulut Yessy, menggoda lidah lancip wanita cantik tersebut. Rasa
gelora mulai terbit oleh aksinya Murad. Dan Yessy pun mulai membalas
setiap gerakan lidah milik lelaki tersebut. Dengan mata terpejam lidah
Yessy mengimbangi setiap gerakan lidah lelaki itu. hingga saling belit
di dalam kebasahan mulutnya.
Kedua tanggannya merangkul ke belakang leher Murad. Sementara itu
kedua telapak tangan Murad bermain di dadanya. Meremas dan meraba kedua
bukit mulus didadanya. Kadang memijit putiknya yang berwarna merah
kecoklatan tersebut.
“Ahh……………..”desah Yessy mulai terdengar lebih sering, diantara
kecipak bibir mereka. Rasanya sekarang tak bisa lagi menghindar karena
birahinya sudah mulai terpicu oleh cumbuan Murad.
Kedua tangan Murad yang tadinya berada pada dada Yessy perlahan
turun, menyusuri perut rata , terus ke bawah menemukan garis pinggangya
yang terbalut jeans. Setelah melepaskan kancingnya dan menarik ritsnya
kedua tangan Murad menarik lepas celana jeans tersebut dengan perlahan.
Yessy membantu dengan mengangkat pinggulnya. Dan akhirnya jeans tersebut
bernasib sama dengan pakaian lainnya. Terserak di lantai meninggalkan
tubuh pemakainya.
Praktis kini Yessy tergolek di ranjang tersebut mengenakan secarik
kain yang menutupi selangkangannya. Menatap Murad yang kini ikut
berbaring disebelah kanannya dengan tatapan bergairah. Nafsunya telah
terbangkitkan. Kembali Murad menjelajahi bibir ranum milik wanita muda
tersebut dengan tekun. Sementara tangan kanannya meraba dan memijit
bergantian pada kedua bukit yang membusung di dada Yessy. Kadang memilin
putiknya dengan gemas.
“Uhh………”desah Yessy sambil memejamkan matanya. Rasa nikmat yang
timbul membutakan hatinya. Yang ada dalam pikirannya adalah permainan
ini harus di tuntaskan. Dan yang menuntaskan adalah yang memulainya..
dan juga karena ia tau bahwa lelaki yang tengah menggeluti tubuh
indahnya akan dapat mengobati dahaganya. Telah ia rasakan bagaimana
lelaki gagah tersebut dapat membuatnya melayang ke alam surga.
Tangan Murad kini menyusuri perut yang rata milik wanita muda
tersebut. Merasakan setiap gerakannya menimbulkan erangan dan desahan
yang membuatnya makin bersemangat. Tangannya terus turun menemukan karet
pakaian dalam yang masih melekat di pertemuan kedua paha wanita cantik
tersebut. Meraba dengan perlahan pada garis karet tersebut. Dan tanpa
dapat di cegah oleh Yessy jari tangan tersebut menyelinap terus ke
bawah, menemukan kehangatan di balik rambut halus yang berada disana.
Merabai kehangatan yang timbul disana.
“Ahh…………”desah Yessy seraya menggelinjang. Kedua bola matanya
mendelik saat jari tangan Murad meraba lepitan kewanitaannya.
Menyelusuri belahannya dengan jari tengahnya. Bolak balik jarinya
bergerak. Dan setiap gerakan yang perlahan tersebut menimbulkan
lecutan-lecutan gairah yang makin menggelora mendera wanita cantik
tersebut. Tepat pada benda sebesar kacang tanah di sana jarinya Murad
membelai dan mengelusnya dengan intens. Kebasahan mulai timbul pada
lepitan tersebut tetapi Murad tak menghentikan gerakannya. Jarinya
seolah mempunyai mata untuk tau bagian mana yang dapat membuat Yessy
makin bergairah.
Jari tersebut kembali ke atas, meraih karet kain pembungkus pertemuan
paha Yessy yang telah basah di sana sini. Menariknya perlahan. Yessy
berusaha mencegahnya dengan merapatkan kedua pahanya dan memegangi
tangan Murad. Tetapi Murad terus menariknya dan akhirnya Yessy mengalah
pada nafsunya dan keinginan Murad. Carik kain terakhir tersebut jatuh ke
lantai. Yessy kini telanjang…!!!
Kembali kini jari tangan Murad beraksi pada lepitan kewanitaan Yessy.
Meraba dan mengelus lepitan di pertemuan pahanya dengan tekun. Yessy
hanya bisa menggeliat-geliat. Tubuhnya telah terbakar.
“Ohh………”Rintih Yessy sambil mendelik. Saat jari Murad mulai masuk
pada kewanitaannya. Menyelusuri bagian dalam yang lembut dan telah basah
tersebut. Meluncur makin dalam… dan mengorek-ngorek setiap dinding yang
telah lembab tersebut berkali-kali. Yessy hanya bisa melentingkan tubuh
indahnya dalam deraan nikmat yang diberikan oleh jari Murad.
Sambil memperlakukan Yessy demikian. Tangan kiri Murad meloloskan
celana pendek yang dikenakannya. Sehingga kini kedua tubuh yang telah
bersimbah keringat tersebut telanjang dalamkeremangan cahaya lampu
kamar.
Yessy merasakan telah sampai pada saatnya hendak melepaskan seluruh
nafsunya saat Murad bergerak. Dia membuka kedua kakinya ke samping saat
Murad merayap naik diantara kedua kakinya. Dia mengetahui bahwa saatnya
permainan yang sebenarnya akan dimulai oleh Murad.
Dengan bertelekan pada kedua tangannya Murad menempatkan kepala
batang pejal miliknya yang telah tegak sempurna di permukaan lepitan
kewanitaan Yessy. Mengambil napas sejenak dan… mulai mendorong…
Perlahan batang tegar tersebut menyibakkan lepitan kewanitaan Yessy
yang telah basah tersebut. Murad terus mendorong pinggulnya dengan
perlahan. Batang tegar tersebut meluncur memaksa otot kewanitaan Yessy
membuka memberikan ruang untuk dirinya. Terus meluncur merasakan setiap
mili dinding dalam kewanitaan tersebut telah basah dan siap menerima
hingga terbenamlah seluruhnya didalam kewanitaan Yessy.
“Ahh…”Yessy merintih lirih. Tubuhnya menggeliat dan bola matanya
kembali mendelik hingga yang terlihat hanya bagian putihnya saja. Terasa
olehnya betapa batang tersebut begitu hangat dan kaku. Menyebarkan
panas pada dinding kewanitaannya. Murad diam sejenak.
Naluriah kedua tangan Yessy memeluk leher lelaki gagah tersebut.
Murad memandang wajah cantik yang berkeringat tersebut. Mulai mengangkat
pinggul tegapnya, menarik dengan perlahan batang pejalnya. Yessy
menahan napas saat tarikan itu terjadi. Gesekan yang timbul oleh batang
tegar milik Murad terasa menggerus setiap mili dinding lembut di dalam
kewanitaannya, memijit setiap tombol syaraf gairahnya, mengaktifkan
setiap pembuluh nafsunya. Dan kembali Murad turun dengan perlahan.
Meluncurkan kembali batang pejalnya menusuk masuk. Yessy makin
terbeliak-beliak dengan mulut menganga.
Gerakan Murad perlahan tapi pasti makin cepat. Tubuh tegapnya
bergerak konstan di tas tubuh mulus wanita cantik tersebut. Gairah Yessy
yang telah di ujung batas dengan cepat melejit, berlarian di kepalanya
menuju garis akhir. Akhirnya..
Pandangan Yessy menjadi gelap, dan dalam kegelapan tersebut sebuah
rasa yang telah dikenalnya muncul. Mengalir dari kewanitaannya..,
memencar melalui seluruh pembuluh tubuhnya, mengali pada sumsum tulang
belakangnya naik ke kepala.
“Ahhh……..”erang Yessy dengan melentingkan tubuhnya saat klimaks
datang menghampirinya. Membawanya melambung pada awan berwarna warni.
Menerbangkan emosinya seringan kapas. Bola matanya hanya terlihat bagian
putihnya saja. Rasa nikmat tersebut begitu indahnya membuat segenap
tulang-tulang tubuhnya serasa berlepasan. Otot – otot kewanitaanya
bergerak peristaltik seolah memijat-mijat batang tegar Murad yang berada
di dalamnya.
Sementara Murad terus mengayunkan pinggul tegapnya. Mendorong keluar
masuk batang pejalnya dalam kewanitaan Yessy. Tubuh tegapnya telah
bersimbah keringat, menetes jatuh pada tubuh wanita cantik yang tengah
menggeliat-geliat dibawahnya. Hujaman batang tegarnya tak kenal lelah
terus mendera setiap syaraf birahi dalam kewanitaan Yessy.
Rasa yang di alami Yessy berulang kembali, tak terhentikan olehnya
gerakan Murad karena ia juga menginginkan setiap siraman gairah lelaki
tegap tersebut. Dahaganya harus di penuhi. Rintihan dan erangan Yessy
meningkahi setiap gerakan naik turun Murad. Tak ada keinginan untuk
berganti posisi karena dengan kondisi saat itu telah cukup membuat
mereka meradang dan mengejang.
Dan akhirnya ..
“Aaaa…………..”erang Yessy saat mencapai kembali klimaksnya. Tubuh indahnya
melejit-lejit di bawah lelaki tegap tersebut. Melentingkan tubuhnya bak
busur panas saat gelombang demi gelombang menyeretnya dalam pusaran
birahi. Kembali menerbangkan perasaannya dalam kekosongan. Dan
menenggelamkannya pada palung samudera bergelora yang paling dalam.
“Arrgghh……….”geram Murad seraya menyentakkan tubuhnya. Membenamkan
batang pejalnya sedalam-dalamnya pada liang kewanitaan Yessy, merasakan
betapa otot-otot kewanitan wanita muda tersebut memijat – mijat seolah
memeras isi batang kejantanannya. Aliran panas seolah mengalir di
sepanjang sumsum tulang belakangnya, menderu menuju pinggulnya,
berkejaran dalam setiap pembuluh batang kejantanannya menuju
pelepasannya. Berpancuran dengan deras keluar membasahi setiap benda
yang berada di sekelilingnya. Beberapa kali cairan hangat tersebut
memancur tersentak-sentak seiring tubuh tegapnya yang berkejat-kejat.
Tubuh tegap Murad jatuh menggelosoh di atas tubuh Yessy, merebah
kesamping dalam keletihan dan kenikmatan yang begitu dahsyat. Keheningan
seolah-olah menjadi penghuni baru di ruangan kamar tersebut. Mereka
berdua diam menikmati rasa yang masih tersisa. Yessy masih memejamkan
matanya meresapi persetubuhan yang sangat bergelora kali ini. Tubuhnya
sangat letih dan tulang-tulangnya serasa di lolosi. Tak pernah ia
rasakan hal yang seoerti ini sebelumnya. Wajahnya memerah dengan batin
yang sangat puas. Tak di pedulikannya lagi kekesalan akibat tak bisa
bertemu dengan suaminya. Telah terobati oleh keperkasaan Murad kali ini.
Tak dirasakannnya lagi sakit seperti yang dialaminya beberapa
kesempatan yang lalu bersama Murad. Dan mereka mengulangi kembali
persetubuhan yang bergelora tersebut beberapa saat kemudian. Akhirnya
Mereka tertidur dalam ketelanjangan berbalut selimut di kamar tersebut…
No comments:
Post a Comment