Tuesday 7 September 2021

Aku Diperkosa Sama Adek Iparku

 Aku Diperkosa Sama Adek Iparku - Perkenalan di sebuah warung bakso dekat kampus, karena dia tak sengaja telah menumpahi tangan ku dengan sauce yang berujung minta maaf dan akhirnya kami berkenalan. Dari tukar no Hp, terjalin sebuah pertemanan hingga cinta yang begitu istimewa.



Nama ku Elly. Usia ku kini 23 tahun. Aku sudah menikah dengan Albert yang kini berusia 25 tahun, dan kini aku adalah seorang ibu muda, dengan seorang anak yang baru berusia 6 bulan yang kami beri nama Michael.

Sejak pacaran dan menikah sampai sekarang ini, suami ku sering berpergian ke luar negeri untuk urusan pekerjaan. Aku sendiri adalah wanita yang mendapat karunia wajah yang cantik, itu menurut teman-teman ku.

Aku memiliki rambut yang lurus dan panjang sampai sebahu. Tubuh ku sudah kembali ramping dan indah seperti pujian suami ku, meskipun aku baru melahirkan setengah tahun yang lalu.

Mungkin hal itu karena aku rajin mengikuti senam aerobik, dan memang aku menjaga pola makan ku supaya badan ku tak semakin melar.

Aku sendiri tidak bekerja, karena suami ku memiliki penghasilan yang lebih dari cukup. Dan memang suami ku ingin aku menjadi ibu rumah tangga yang baik saja, dengan tinggal di rumah untuk merawat anak kami dengan baik.

Kehidupan seks kami juga luar biasa. Suami ku adalah lelaki perkasa di tempat tidur, dan aku sungguh menikmati kehidupan ku ini. Kini kalau suami ku tak ada di rumah, aku hanya tinggal dengan anak ku, juga pembantu kami yang ku panggil bi Iyem, satpam kami yang bernama Adrian, tukang kebun kami yang bernama pak Jono, dan juga sopir kami yang bernama Sarman.

Di usia ku yang sekarang ini, nafsu seks ku tentu sedang tinggi tingginya. Di tinggal oleh suami ku bekerja seperti ini, kadang aku amat merindukan bermain cinta dengannya. Demikian sekilas tentang keadaan ku dan keluarga ku.

Hari itu hari Sabtu. Siang hari itu, aku menerima telepon dan aku terkejut dengan berita yang aneh. Aku mendapatkan hadiah sebuah mobil lewat undian sebuah produk. Dan seingat ku, aku tak pernah mengikuti prosedur undian itu.

Dengan santai aku berkata, “Pak, terserah bapak mau bicara apa, tapi saya tak akan pernah mentransfer uang apapun untuk pajak atau yang lain”.

Dan orang itu berkata panjang lebar, "Ibu Elly, kami memaklumi kalau ibu berhati hati, memang kami tak menyuruh ibu membayar apapun, karena pajak hadiah di tanggung oleh kami. Kami akan mengantarkan hadiah itu langsung ke rumah ibu sekitar satu jam lagi.

Gratis bu, tak di pungut biaya apapun. Ibu boleh mencobanya, kalau ternyata mobilnya bermasalah kami langsung mengganti dengan yang baru. Tapi itu tidak akan terjadi bu, karena kami sudah melakukan pemeriksaan terhadap mobil ini”.

Mendengar hal ini, aku hanya bisa mengangkat bahu dan berkata, “Ya terserah bapak. Maaf, dengan bapak siapa saya bicara?”.

Dan orang itu menjawab, “Dengan bapak Anto. Ibu bisa menghubungi kantor kami di nomer *** ****. Aku mengiyakan saja dan kemudian memutus pembicaraan. Dalam hati aku merasa aneh, tapi ya kalau gratis, kenapa nolak?"

Ku lihat sekarang ini adalah jam 1 siang. Aku baru selesai makan siang, maka aku menyusui dan menidurkan anak ku, supaya nanti ketika aku pergi aku tak begitu kuatir.

Dan memang satu jam kemudian aku mendengar bel rumah ku berbunyi, dan ketika aku keluar, aku melihat sebuah mobil Kijang Innova keluaran terbaru, dengan cat yang mulus mengkilap.

Cerita Dewasa - Di belakangnya berhenti sebuah mobil Kijang pickup. Mungkin untuk mereka yang mengantar mobil ku ini pulang nanti. Aku agak terkejut juga, berarti mungkin ini benar. Seseorang turun dari mobil pickup itu, sementara orang yang sudah berdiri di depan pintu rumah menyapa ku.

“Bu Elly? Saya Anto”, kata orang yang bernama Anto itu sambil mengulurkan tangannya.

Aku menjabat tangannya dengan sedikit perasaan ragu dan menjawab “Elly”

Orang itu memang penampilannya rapi. Tapi wajahnya agak seram. Aku mencoba membuang semua pikiran negatif. Dan kemudian orang satunya yang berpenampilan biasa biasa, yang juga berwajah biasa biasa, menjabat tangan ku.

“Seto”, katanya.

Aku menjabat tangannya dan menjawab, “Elly”.

Setelah acara kenalan yang menurut ku hanya formalitas ini, kami duduk di teras rumah, dan aku disodori formulir yang aku baca di bagian awal dan akhir saja, untuk memastikan aku tak keluar uang apapun untuk mendapatkan hadiah ini.

Lalu Anto menawarkan padaku untuk mencoba mobil itu, karena nantinya aku harus mengisi formulir untuk memberikan ‘penilaian’ tentang kondisi mobil itu, sebelum acara serah terima surat kendaraan dilakukan.

Aku setuju saja, dan aku menerima kunci mobil itu dari Anto. Aku masuk ke dalam mobil itu, joknya masih terbungkus plastik semua, baunya khas mobil baru. Dan dengan didampingi mereka, aku mulai mencoba mobil itu.

Semua baik baik saja, sampai tiba tiba di sebuah gang yang sepi di dekat rumahku, Anto yang duduk di kursi depan menarik handbrake.

Aku terkejut sekali, sampai lupa menginjak pedal kopling dan mesin mobil ini mati. Aku menoleh kepada Anto, tapi belum sempat aku bertanya, dari belakang aku dibekap, oleh Seto tentunya. Kurasakan bau yang menyengat, dan tak lama kemudian semuanya gelap…

Perlahan aku mulai sadar. Aku mengeluh perlahan, ketika aku tak bisa menggerakkan kedua tangan ku yang terentang. Sakit rasanya. Aku mulai mencoba mengerti apa yang terjadi pada diriku. Ternyata kedua pergelangan tangan ku yang terentang ini, terikat erat pada semacam pilar di ruangan ini.

Sedangkan aku sendiri terbaring di atas matras. Yang membuat ku tercekat, aku sudah tak mengenakan apa apa lagi selain bra dan celana dalam ku.

Kaki ku memang masih bebas, tapi apa artinya? Aku kini sudah tak berdaya dengan tangan yang terpasung seperti ini. Aku memejamkan mata dan menggigit bibir, tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi pada ku. Aku mulai menyesali kebodohan ku tadi, mengapa bisa terjebak dengan iming-iming hadiah itu.

Tiba tiba pintu ruangan ini terbuka, lalu masuk seseorang yang membuat ku ternganga tak percaya pada pengelihatan ku.

“Arman?”, seru ku tak percaya.

“Halo Elly… lama tak jumpa… bagaimana kabarnya?”, kata Arman dengan senyum yang membuat hati ku dingin seperti disiram air es. Aku takut sekali.

“Arman… apa yang kamu lakukan ini? Aku ini kakak ipar mu. Cepat lepasin aku..”, aku mencoba menyadarkan Arman walaupun aku tahu ini mungkin sekali merupakan hal yang sia sia.

Aku tahu Arman memang menginginkan aku sejak aku dikenalkan Albert pada keluarganya. Arman adalah adik Albert yang kini berusia 24 tahun dan wajahnya memang cukup tampan.

Dan sejak ia mengenal ku, ia sudah beberapa kali mencoba mendekati ku, tapi tentu saja aku tak memberinya respon. Dan suatu hari saat itu aku sedang berkunjung ke rumah Albert saat masih tinggal bersama keluarganya, Arman pernah nekat dan nyaris berhasil memperkosa ku.

Untung saja waktu itu kepulangan Albert menyelamatkan ku, dan sejak itu aku tahu aku harus menghindari orang ini. Tapi kini aku sudah jatuh ke dalam tangannya. Tanpa sadar aku bergidik ngeri.

Mendengar kata kata ku, Arman hanya tertawa. Ia mendekati ku dan ‘krek…’. Arman merenggut bra ku hingga tali talinya putus.

“Aduh…”, aku mengeluh perlahan, sedikit sakit rasanya pada bagian tubuh ku karena tali bra ku di renggut secara paksa sampai putus oleh Arman. Aku memejamkan mata ku erat erat, malu sekali rasanya payudara ku terlihat oleh laki laki lain selain suami ku.

“Elly… Elly… kamu kira aku segoblok itu sudah bersusah payah menjebak mu seperti ini dan melepaskan kamu begitu saja? Hahaha… aku belum gila, Elly”, kata Arman sambil menyeringai mengerikan saat aku menatapnya dengan marah bercampur takut.

“Arman, kamu gila… lepaskan aku!!”, aku mulai panik dan membentaknya.

‘Breeet… breeet’… seruan ku dijawab Arman dengan merenggut robek celana dalam ku, hingga kini aku sudah telanjang bulat.

Aku menjerit kecil. Kini aku hanya bisa memandangi Arman dengan jantung berdebar ketika ia mulai melucuti pakaiannya sendiri. Sesekali aku mencoba meronta, tapi tak ada hasil sama sekali karena aku benar benar tak bisa menggerakkan kedua tangan ku yang terentang lebar. Aku tahu, nasib yang buruk akan segera menimpa ku, dan perlahan aku mulai menangis.

“Lho sayang… kok nangis sih? Tenang saja, sebentar lagi kamu juga akan keenakan kok”, ejek Arman yang sudah bersiap di selangkangan ku.

Aku semakin ngeri, dengan suara gemetar aku memohon, “Arman, tolong jangan begini… aku ini kakak mu… kakak ipar mu… kamu itu tidak boleh melakukan hal ini pada ku…”.

Arman tertawa sinis dan berkata dengan suara kasar, “Diam Elly. Kamu telah merendahkan ku. Kamu selalu menolak ku. Kamu tak pernah menghargai aku”.

Aku sadar kalau aku memang selalu menjaga jarak dengannya, karena aku merasa ia berbahaya. Dan kini memang semuanya terbukti kan?

Dan sambil merenggangkan kedua paha ku lebar lebar, Arman melanjutkan, “Kamu tak pernah mau aku ajak pergi makan berdua. Kamu anggap aku tak layak pergi berdampingan bersamamu. Benar-benar perempuan sombong! Karena itu sekarang rasakan pembalasan ku!”.

Berkata begitu, Arman menempelkan kepala penisnya ke bibir liang vagina ku. Aku makin panik dan berusaha menggerakkan pinggul ku menghindari hunjaman penis Arman saat Arman mulai memajukan pinggulnya.

Berhasil, penis itu tak sampai melesak masuk menerobos liang vagina ku.

Tapi rupanya Arman marah dengan perbuatan ku, ia menampar ku dengan keras, hingga aku mengaduh dan menangis kesakitan.

“Jangan coba coba lagi Elly, atau nanti kamu akan ku berikan pada dua kacung ku di depan itu!”, ancam Arman dengan suara yang mengerikan.

Mendengar hal itu aku langsung melemas dan pasrah, di sela tangisan ku, aku hanya bisa mengumpat getir, “Kamu gila.. Arman”.

Arman hanya tertawa dan aku hanya bisa membiarkan kepala penis Arman menemukan bibir liang vagina ku, dan sesaat kemudian aku mengerang kesakitan saat liang vagina ku tertembus oleh batang penis Arman.

Aku terus menangis saat Arman memompa liang vagina ku. Walaupun aku sudah pernah melahirkan, tapi berkat senam dan ramuan khusus, liang vagina ku kembali menyempit. Konsekuensinya, kini aku merasa kesakitan karena liang vagina ku dipompa penis Arman yang cukup besar.

Aku memalingkan muka ku supaya tak melihat wajah Arman yang kesenangan karena berhasil mendapatkan tubuh ku. Ia meremasi kedua payudara ku dengan gemas, seolah melampiaskan segala nafsunya yang tak kesampaian untuk menikmati tubuh ku sejak dulu.

Sedangkan aku sendiri hanya bisa terus menggeliat kesakitan.

“Elly… punya mu enaak”, erang Arman dengan tatapan penuh gairah pada ku sambil terus menggenjot ku.

Ingin aku menamparnya, tapi kedua tangan ku tak bisa ku gerakkan. Yang hanya bisa ku lakukan hanya merelakan liang vagina ku ditembusi oleh laki laki yang harusnya memperlakukan ku sebagai kakak iparnya.

Tapi Arman memang sudah kesetanan, ia mulai mencumbui ku dengan sangat bernafsu. Bibir ku di lumatnya dengan ganas dan kedua payudara ku diremasnya dengan kuat.

Perlahan aku mulai terangsang karena perbuatan adik ipar ku ini, rasa terhina karena di perkosa mulai berganti dengan rasa nikmat yang melanda selangkangan ku dan juga sekujur tubuh ku.

Rupanya vagina ku sudah mampu beradaptasi dengan ukuran penis Arman yang tadinya terasa begitu menyesakkan. Aku malu sekali, ingin rasanya aku menyembunyikan wajah ku yang mulai terbawa suasana ini. Tapi tentu saja hal itu tak bisa ku lakukan, maka aku hanya bisa pasrah dan harus mati-matian juga berusaha menahan diri supaya tak kelihatan menikmati hal ini.

Tapi sayangnya, tubuh ku terlalu jujur, perlahan tanpa mampu ku cegah, pinggang ku terangkat saat aku menahan nikmat yang luar biasa. Ku rasakan penis Arman melesak begitu dalam ketika ia menghunjamkan kuat kuat kedalam liang vagina ku, membuat ku menggeliat keenakan seperti cacing kepanasan.

Arman tertawa sinis dan mulai menghin aku, “Ternyata kamu menikmati punya ku juga kan Elly. Makanya kamu jadi cewek jangan sok suci.. hahaha.. kalau sudah kemasukan gini, toh kamu keenakan juga..”.

Sambil menghina ku Arman terus memompa liang vagina ku dengan gencar. Aku sudah tak tahu apa yang harus ku lakukan, karena perlahan tapi pasti aku sedang di antar menuju orgasme.

“Arman… oohh… sudaah… ampuuun… ennngghh”, aku mulai mengerang dan melenguh.

“Kenapa El? Enak ya?”, ejek Arman dan malah makin gencar memompa liang vagina ku.

“Kamu…”, aku tak bisa menjawab, tubuh ku menggigil, selangkangan ku serasa akan meledak.

Aku terus mengerang dan melenguh, sampai akhirnya aku mengejang hebat, kepala ku terlempar ke sana kemari karena aku menggelepar dihantam badai orgasme ini.

“Oh Elly… kamu cantik sekali kalau seperti ini”, desah Arman yang tak menunjukkan tanda tanda akan orgasme, sementara aku sendiri sedang menderita dalam kenikmatan orgasme yang berkepanjangan ini, dan nikmatnya selangkangan ku yang terus dipompa Arman semakin menjadi jadi.

Namun rasa ngilu mulai menghampiri liang vagina ku, dan makin lama rasa itu makin mendera ku.

Aku sudah tak kuat lagi, dan berteriak “Armaaan… aaaaah… hentikaaaan… amppuuuun…”.

Ia benar benar perkasa seperti suami ku, hanya saja suami ku lebih pengertian, membiarkan ku beristirahat kala aku mengalami orgasme. Sedangkan Arman sama sekali tak memperdulikan keadaan ku, ia hanya mencari kenikmatannya sendiri.

Aku makin menderita dalam kenikmatan ini, rasanya tulang tulang di dalam tubuh ku terlepas semua dari sambungannya, sementara tubuh ku meliuk liuk dan menggelepar terhempas badai orgasme yang terus menerus ini.

Entah cairan cinta ku sudah membanjir berapa banyak, aku mulai pening dan tak mampu mengerang lagi. Dengan kejam Arman terus memompa liang vagina ku, sampai akhirnya ruangan ini rasanya berputar, semuanya gelap…

Ketika aku mulai sadar, ku rasakan kedua puting susu ku seperti ada yang mengulum dan menyedoti dengan kuat. Vagina ku masih terasa sedikit sakit, tapi sudah tak terasa sesak, artinya Arman sudah selesai memompa liang vagina ku.

Becek sekali rasanya liang vagina ku, aku tahu si brengsek itu pasti mengeluarkan spermanya di dalam sana. Untungnya aku sedang dalam masa tidak subur, jadi aku tak perlu takut hamil.

Tapi kini aku sadar, ada dua orang sekaligus yang mengulum puting susu ku, yang berarti ada orang lain selain Arman. Dan aku mulai mengenali mereka berdua ini, bahkan Arman bukan salah satu dari mereka. Ternyata Anto dan Seto yang kini sedang menyusu pada kedua payudara ku.

“Jangaaaan”, aku menjerit ngeri.

Aku tak bisa berbuat apa apa, kedua tangan ku yang terentang ini tak bisa ku gerakkan sedikit pun, sementara mereka berdua dengan santai meneruskan perbuatan mereka.

“Lepaskan aku… Armaaan kamu bajingaaaan…”, aku mengumpat dalam keputus asaan ku.

Dan ku dengar tawa yang membuat ku bergidik ngeri. Kemudian aku melihat Arman masuk, dan memegang handycam.

Ia merekam ku! Merekam ku yang sedang pasrah tak berdaya saat kedua puting susu ku di sedot oleh kedua kacungnya.

“Biadab kamu Arman…..”, aku langsung terdiam.

Arman tertawa dengan memuakkan.

Aku hanya bisa menangis. Habislah aku, aku sudah dalam cengkeraman Arman sepenuhnya. Entah seperti apa nasib ku di hari hari berikutnya.

Sementara kedua kacung Arman ini tertawa senang, dan mereka kembali mencucup kedua puting susu ku dengan bersemangat, tak lupa tentunya mereka juga meremasi payudara ku.

Beberapa saat kemudian, dengan gaya yang menjijikkan, mereka membuka mulut mereka yang penuh air susu ku ke arah kamera.

“Wow.. air susu Elly”, kata Arman sambil menyorot mulut kedua kacungnya.

Kedua orang itu menelan air susu ku.

“Bagaimana rasanya Anto? Seto? Enak tidak?”, tanya Arman penasaran.

“Gurih abis bos, susu amoy gini”, kata Anto.

“Lebih enak dari susu sapi”, sambung Seto.

Kurang ajar sekali mereka ini. Dan Arman kelihatannya penasaran, lalu ia menaruh handycamnya.

“Aku juga ingin coba”, gumannya.

Ia mendekati payudara ku, dan setelah memberikan beberapa jilatan yang membuat ku kembali merasa terangsang, tiba tiba ia sudah mencucup puting susu ku. Beberapa sedotan dilakukannya, sementara aku hanya bisa mendesah keenakan.

“Bos, susunya diremas”, kata Anto.

“Bisa tambah banyak keluarnya”, Seto menyambung.

Maka Arman menyedot puting susu ku sambil meremasi payudara ku. Aku sedikit menggeliat kesakitan. Ia terus melakukannya sampai puas, sementara aku hanya bisa menggigil menahan nikmat.

“Susu yang enak, Elly”, kata Arman dengan nada puas.

“Nanti aku minta lagi”, sambungnya sambil kembali mengambil handycamnya.

“Lanjutkan”, perintah Arman pada Anto dan Seto.

Mereka berdua yang sudah melepaskan semua baju mereka hingga telanjang bulat selagi menunggu Arman mencicipi susu ku. Mereka tentu saja kembali mengerubuti ku dengan kesenangan.

Handycam itu kembali merekam ku. Kini Anto dan Seto berniat memuaskan diri mereka sendiri, bisa terlihat dari mereka mengocok penis mereka sendiri untuk makin menegangkan ereksi penis mereka.

Melihat ukuran penis mereka berdua ini, aku makin ngeri. Baik panjang maupun diameternya semuanya lebih dari ukuran milik Arman.

Aku berusaha mematikan semua perasaan ku. Kini aku di gumuli oleh dua kacung si Arman. Kedua paha ku dilebarkan oleh Anto. Aku masih terlalu lemas untuk mencoba menghindar.

Akibatnya, bless… kembali liang vagina ku tertusuk oleh sebatang penis orang lain lagi selain suami ku.

Aku menggigit bibir, menahan segala perasaan malu dan sakit ini, air mata ku terus mengalir. Handycam yang dipegang Arman terus menyorot ke arah vagina ku yang sedang dipompa oleh Anto.

Muka ku rasanya panas sekali membayangkan aku sedang membintangi film porno amatir ini.

Perlahan Arman mengarahkan sorotan handycamnya ke arah tubuh ku bagian atas dan sempat berhenti agak lama ketika menyorot kedua payudara ku. Seto sempat meremasi kedua payudara ku dan semua itu disorot oleh Arman.

Sementara itu tubu hku harus terus menggeliat karena menerima rangsangan dua orang sekaligus. Liang vagina ku dipompa dengan gencar oleh Anto sementara kedua payudara ku diremas dengan gemas oleh Seto.

Aku sendiri antara mendesah keenakan dan merintih kesakitan. Liang vagina ku masih belum beradaptasi sepenuhnya dengan ukuran penis Anto, tapi sudah mendatangkan nikmat yang membuatku serasa melayang.

“Sudah… hentikaaan…”, aku mengerang dan mulai menggelepar, karena ku rasakan liang vagina ku kembali ngilu di pompa segencar itu.

Anto sendiri kelihatannya sudah akan berejakulasi, tubuhnya bergetar hebat saat menggenjot ku, dan tak lama kemudian ia mengerang panjang dan meneriakkan nama ku, “Ooouuuhhh… bu Ellyyy…”.

Tubuhnya berkelojotan di atas ku, dan ku rasakan penisnya berdenyut keras di dalam sana. Beberapa semprotan lahar panas ku rasakan membasahi liang vagina ku, dan Arman segera bergerak ke tempat yang bagus untuk menyorotan handycamnya ke arah vagina ku.

Ku rasakan Anto mencabut penisnya perlahan, dan Arman terus menyorot daerah vagina ku, aku malu sekali. Gejolak yang sempat membuat ku hampir orgasme kini mereda.

Tapi gilanya, si Seto langsung bersiap menggilir ku, ia sudah mengarahkan penisnya ke liang vagina ku. Aku memang tak bisa apa apa, hanya bisa menggigit bibir saat ku rasakan liang vagina ku tertusuk oleh penisnya Seto.

Hanya saja sekarang rasanya tak begitu sakit, dan setelah beberapa genjotan, Arman menyorot muka ku, karena si Anto sudah menempelkan penisnya ke mulut ku.

“Elly, ayo kulum”, perintah Arman.

Aku hanya bisa menurut saja, karena aku sudah tak berdaya lagi bahkan untuk membantah. Daripada aku juga akan mendapat tamparan atau siksaan lain, aku lebih baik mengikuti kemauan para bedebah ini.

Perlahan ku buka mulut ku, dan penis Anto yang masih belepotan sperma dan cairan cinta ku, menerjang masuk ke dalam mulut ku. Rasanya amis dan asin, membuat ku ingin muntah.

Tapi aku berusaha tak memikirkan rasanya, dan ingin cepat menyelesaikan tugas ku. Aku terus mengulum penis si Anto ini, ku bersihkan cepat cepat dan ku telan semua sisa spermanya dan cairan cinta ku sendiri. Anto yang sudah tak tahan mengerang panjang dan menarik penisnya dari mulut ku.

Penderitaan ku belum selesai.

“Buka mulut mu, Elly”, perintah Arman sambil menyorotkan handycamnya ke mulut ku.

“Cepat!”, perintahnya lagi.

Aku mulai membuka mulut ku perlahan, dan Arman terus menyorot mulut ku.

“Bagus”, katanya dengan puas.

Aku malu sekali, pasti aku terlihat layaknya seorang wanita nakal dalam handycam itu. Tak lama kemudian tubuh ku terguncang guncang, rupanya Seto mulai menikmati liang vagina ku.

Dengan bersemangat ia menggenjot liang vagina ku, sementara aku tak tahu bagaimana sekarang raut wajah ku saat menahan malu dan nikmat dan di sorot oleh handycam milik Arman.

Panas sekali wajah ku rasanya, untungya Arman kemudian ganti menyorot tubuh ku bagian bawah. Kini aku tinggal memusatkan perhatian ku pada si Seto.

Diam diam aku melakukan gerakan kegel, sejenis gerakan menahan buang air kecil, sambil pura pura merintih keenakan, supaya Seto cepat ejakulasi dan semua ini segera berakhir. Sesuai harapan ku, tak lama kemudian Seto yang terangsang habis habisan, melolong lolong dan meneriakkan nama ku.

“Aaaaarrrrghh… Bu Ellyyyyy…”, jeritnya dan kemudian ia menarik penisnya, setelah membasahi lahar panasnya di dalam liang vagina ku.

Arman dengan giat terus menyorot liang vagina ku yang tentunya tak mampu menampung sperma kedua pemerkosa ku ini.

Jari tangannya di tusukkan ke liang vagina ku mengorek sisa sperma Anto dan Seto. Seto sendiri segera beranjak ke arah wajah ku, aku tahu ia hendak menagih jatah servis oral dari ku.

Seperti tadi, Arman yang buru buru mengarahkan handycamnya ke wajah ku memberikan instruksi instruksi pada ku hingga membuat ku kembali terlihat seperti pelacur. Tapi aku hanya bisa menurutinya, walaupun dengan hati pedih.

Setelah semua selesai, Arman mematikan handycamnya.

“Arman, sudah, lepaskan aku…”, aku memohon.

Tapi Arman tak menjawab, malah ia dengan bernafsu melihat ke arah payudara ku.

Aku langsung tersadar dan teringat keinginan Arman tadi, yaitu ingin merasakan air susu ku lagi.

Dan memang benar, Arman segera melumat puting susu ku, ia menyedot susu ku sepuas puasnya. Aku mendesah keenakan, memang rasanya nikmat sekaligus amat merangsang ku.

Aku menggigit bibir, apalagi Anto ikutan melakukan hal yang sama pada puting susu ku yang sebelah. Kini dua orang dewasa menyusu pada kedua payudara ku seperti bayi, dan aku hanya bisa memejamkan mata berharap mereka segera selesai.

Aku melamunkan suami ku… maafkan aku Albert… aku bahkan sempat orgasme ketika di perkosa adik mu…

Tak terasa sampai si Seto juga sudah puas menyusu, dan akhirnya ikatan ku dilepaskan. Lega rasanya, walaupun terasa sakit pada bekas ikatan di kedua pergelangan tangan ku.

Aku duduk dan mengurut kedua pergelangan tanganku, dan aku memandang Arman dengan benci sekaligus takut, karena dengan rekaman handycam itu, ia pasti akan menggunakannya untuk mengancam ku agar menurutinya kelak kalau ia menginginkan tubuh ku lagi. Ia tersenyum dengan penuh kemenangan ketika bersama dua kacungnya melihat hasil rekaman film porno tadi.

Aku malu sekali, dan aku mencari cari pakaian luar ku yang ternyata berserakan tak jauh dari tempat aku di gangbang tadi.

Aku memakai pakaian ku kembali tanpa bra dan celana dalam. Keduanya memang sudah tak bisa aku pakai karena tadi direnggut paksa dari tubuh ku hingga robek.

Mereka tertawa tawa dan beberapa saat lamanya mereka menonton rekaman pemerkosaan terhadap diri ku, kemudian Arman mematikan handycamnya. Ia menghampiri ku dan tiba tiba melumat bibir ku.

Aku menarik wajah ku ke belakang untuk melepaskan diri dari ciumannya, lalu aku menamparnya, keras sekali.

“Bajingan kamu Arman! Kamu sudah gila…! Sekarang antarkan aku pulang!”, kata ku lirih, sambil menangis.

Arman mengelus pipinya yang baru ku tampar keras itu dan memandang ku dengan aneh. Aku bergidik di tatap oleh Arman seperti itu. Lalu Arman melangkah ke arah luar di ikuti oleh kedua kacungnya.

Aku mengikuti mereka, dan dengan tegang aku masuk ke dalam mobil Kijang Innova pembawa petaka itu. Aku duduk di kursi penumpang depan, Arman yang menyetir, sementara Anto dan Seto duduk di belakang.

Dalam perjalanan, kami semua diam, sedangkan aku sendiri dalam ketegangan yang luar biasa, karena aku berada semobil dengan para pemerkosa ku. Tapi untungnya mereka tak melecehkan ku lebih lanjut, dan mobil sialan ini langsung mengarah ke rumah ku.

Ketika aku turun dari mobil, aku mendengar Arman berkata, “Elly, sampai ketemu lagi, kapan-kapan kita main main lagi ya”.

Dengan muak aku membanting pintu mobil, dan aku segera masuk ke dalam rumah sambil menahan tangis.

Aku segera melihat anak ku. Agak lega melihatnya masih tertidur pulas.

Aku segera mandi dan keramas, membersihkan tubuh ku yang sudah ternoda oleh adik ipar ku yang bejat itu, yang juga gila hingga menyerahkan ku pada dua kacungnya.

Aku memang rindu bermain cinta, tapi itu adalah dengan suami ku sendiri, bukan dengan mereka ini. Apalagi di perkosa seperti tadi, sakit sekali hati ku rasanya. Tanpa sadar aku kembali menangis.

Aku tahu hari ini adalah hari pertama aku mengalami penghinaan seperti ini, dan ini bukan hari terakhir.

Terbukti dua hari kemudian, aku mendapat kiriman DVD dari Arman, yang berisi rekaman pemerkosaan terhadap diri ku oleh dua kacungnya itu, dengan sebuah surat bertuliskan “Elly, lain kali kita bermain tanpa ikatan pada kedua tangan mu… kamu pasti akan lebih menikmatinya”.

No comments:

Post a Comment