Friday 11 November 2016

Scandal Annisa 2



Pagi itu aku terbangun. Aku merasakan kehangatan dada pak Bram yang menempel dipundak ku, dan juga tangannya yang memegang payudara ku. Aku sudah tidak tau lagi apa yang terjadi selanjutnya setelah kejadian semalam, karena aku langsung tertidur. Aku alihkan tangan pak Bram dari payudara ku. Beliau pun terbangun.
“Kamu sudah bangun Nis?” Tanya pak Bram.
“Iya pak.” Jawabku.
“Gimana semalem? Enak gak main sama bapak?” Tanya pak Bram lagi.
Wajahku memerah, aku sangat malu sekali. Dan dengan ragu akupun menjawab “Hmmm enak sekali pak, baru kali ini Nisa orgasme berkali-kali. Biasanya Nisa gak pernah orgasme dan selalu itu-itu saja gayanya.” Jawabku
“Emang suami mu kenapa Nis?”
“Suamiku meskipun bukan orang yang fanatic, tetapi dia orang yang taat pak. Oral aja gak dibolehin sama dia” jawabku lagi.
Pak Bram hanya tersenyum. Ditariknya tanganku dan wajah kami pun saling berdekatan. “CUP” dikecupnya keningku.
“Kalau Nisa mau, kita bisa kok tetap seperti ini” kata pak Bram.
“Maksudnya pak?” tanyaku
“Ya, kapan-kapan kalo ada waktu kita bisa “main” lagi Nis. Itupun kalo Nisa mau, bapak gak maksa kok” kata pak Bram lagi.
Ada penolakan di dalam hati ini, karena teringat status diriku sebagai istri dari suamiku dan seorang ibu dari anak-anak ku. Namun tak bisa ku pungkiri, aku menginginkan hal semalam terjadi kembali. Tanpa sadar aku pun mengangguk kecil. Pak Bram pun tersenyum.
Hari ini, hari ketiga kami berada di Bengkulu. Dan diluar prediksi, ternyata pekerjaan kamipun telah selesai. Mestinya kami pulang hari Minggu.
“Wah pak, diluar prediksi ini. Ternyata kerjaan udah kelar.” Kataku pada pak Bram.
“iya Nis, ini berkat kerja kamu yang bagus Nis.” Puji pak bram.
“Ah bapak bisa saja. Ini kerja kita berdua pak.” Kataku lagi sambil tersenyum.
“Masih ada tiga hari lagi kita disini Nis, kita nikmati saja. Anggap saja ini liburan.”
Aku diam tak menjawab. Sebenarnya aku ingin pulang cepat-cepat, ingin memeluk suami dan anak-anakku.
“Nis, kenapa diam?” Tanya pak Bram sambil menarik lenganku.
Pak Bram menarikku sehingga wajah kami saling berhadapan. Aku membuang muka karena malu. Kemudian pak Bram mengelus pipiku, menarik kepalaku dan…. “Cup” sebuah kecupan hangat mendarat dikeningku.
“Bapak masih ingin di sini bersamamu Nisa.” Bisik pak Bram ditelingaku.
Jantungku berdegup kencang, aku tau kalau pak Bram masih ingin bercumbu dengan ku. Hati ini berkecamuk, antara menolak dan menerima. Aku gundah, akal sehatku seperti hilang entah kemana. Rasa sesal yang menderaku seakan-akan sirna oleh pesona pak Bram. Akhirnya, kamipun sepakat untuk pulang sesuai jadwal dan mengisi kekosongan waktu dengan liburan.
Rabu malam, seperti biasa pak Bram mengajakku makan malam. Sebelum keluar, pak Bram memberikan tantangan kepada ku.
“Nis, kamu penakut atau pemberani?” Tanya pak Bram.
“pemberani donk” jawabku
“kalo kamu pemberani, kamu harus terima tantangan bapak.” Kata pak Bram lagi.
“Boleh, ayo apa tantangannya pak.” Kataku lagi antusias.
“Hmmm makan malam ini, kamu jangan pake CD. Berani gak?” tantang pak Bram.
Wajahku merona ketika pak Bram menantangku untuk tidak mengenakan CD malam ini.
“Siapa takut.” Jawabku spontan.
Akhirnya aku pun melepas CD yang aku kenakan. Aku berdebar-debar membayangkan bahwa aku akan keluar tanpa mengenakan CD.

 

Pak Bram tersenyum puas. Kami pun pergi untuk mencari makan malam.
Selama perjalanan, pak Bram tak henti-hentinya mengelus pantatku yang tidak memakai CD. Sopir hotel pun berkali-kali melirik kami. Aku sangat malu sekali, tetapi ada perasaan bangga dan adrenalin yang berbeda. Sesampainya ditempat makan, kamipun turun dari mobil dan menuju ke lesehan. Disini lesehannya sendiri-sendiri. Seperti gazebo dengan tinggi dinding sebatas pinggang. Pak Bram mengajak sang sopir untuk ikut makan bersama kami.
Sembari menunggu makanan datang, tiba-tiba pak Bram merangkulku dan meremas payudara kanan ku. Aku terkejut dan berusaha melepas kan tangan pak Bram dari payudara ku. Sang sopir melihat kami dan melongo. Wajah ku memerah karena malu. Kulihat sopir tersebut menelan ludah menahan konak.
“udah Nis gak pp, tuh liat sopir kita udah sange dari tadi” kata pak Bram.
“Aku malu pak” kataku

“gak pp, kan gak kenal juga. Nanti kalau kita sudah pulang, orang akan lupa.” Kata pak Bram lagi.
Jantungku berdegup kencang, dan tiba-tiba tubuhku lemas tak berdaya. Seperti mendapat kesempatan, tangan pak Bram pun mulai bergerilya di payudaraku. Kurasakan tangannya melepas pengait bra dari balik baju yang aku kenakan. Sekarang bra ku sdah terlepas tetapi masih menutupi payudara ku. Kulihat lagi sopir itu diam dan tak berkedip. Hanya kerongkongan nya saja yang naik turun melenan ludah. Darah ku berdesir melihat itu. Pikiranku sudah kacau. Aku tidak lagi merasakan malu. Ketika pak Bram meremas payudaraku dengan kuat, aku pun terpejam dan melenguh menikmati remasan itu.
“Uhhhkkk………..” teriakku lemah.
Kemudian tangan pak Bram menggosok vagina ku dari balik rok yang aku kenakan. Aku yang tidak mengenakan CD merasakan cairan hangat keluar dari vagina ku.
“Aaahhkkkkkhhh… terus pak.” Racauku sambil tangan kiriku meremas-remas payudara ku sendiri.
Kulihat sang sopir menggosok-gosok penis nya dibalik celana jeans yang ia kenakan. Aku merasakan sensasi yang luar biasa. Aku seorang wanita berhijab yang telah bersuami dan memiliki anak, dipermainkan oleh laki-laki lain dan di depan orang lain juga. Tubuhku semakin bergetar, dan aku merasakan orgasme yang paling hebat.
“Aaaaaaaaaaaakkkhhhhhhhhhhhhhkkkkk………………” Aku melenguh panjang diikuti cairan cintaku yang membanjiri lantai yang kami duduki. Aku terpejam menikmati sisa-sisa orgasme ku. Sang sopir pun merunduk untuk melihat vagina basahku.
“Kamu mau lihat?” Tanya pak Bram pada sopir itu.
Dia hanya mengangguk pelan. Pak Bram menarik rok ku ke atas dan membuka kedua paha ku sehingga vagina ku yang telah basah oleh cairan cinta ku terlihat jelas oleh sopir tersebut. Kembali aku merasakan sensasi yang luar biasa ketika sopir itu melihat kemaluan ku. Tiba-tiba sopir itu menyentuh vagina ku dan mengambil sedikit cairan cinta ku yang kemudian ia jilat.
“Hmmm enak sekali mbak cairan vagina mu” kata sopir itu. Kembali aku merasakan wajahku memerah mendengar pujian itu.
Tak lama kemudian, pelayan datang membawa pesanan kami. Dengan sigap pak Bram menutup rok ku, dan kami pun makan seperti tidak terjadi apa-apa. Dalam perjalanan pulang, tak henti-hentinya sopir melirik ke arah ku. Aku memalingkan muka ku, takut kalau nanti dia mengingat wajahku.
“Mas, kita jalan-jalan dulu ya.” Pinta pak Bram pada sopir.
“Baik pak.” Jawab sang sopir.
“Kita mau jalan kemana pak?” tanya sopir lagi.
“Ke pantai saja mas.” Jawab pak Bram. “Oh ya namamu siapa mas?” tanya pak Bram lagi.
“Sandi pak.” Katanya dengan tersenyum.
“okelah mas sandi, kita cari tempat untuk bersantai ya.” Kata pak Bram lagi.
“siap pak.” Jawab sandi.
Akhirnya kami sampai dipinggir pantai panjang. Aku langsung duduk-duduk dipinggir pantai di atas batu-batu balok yang diletakkan di sana. Pak Bram mengikuti ku, beliau pun duduk di sampingku. Mas sandi pun mengikuti kami, tapi dia duduk dibelakang kami. Pak Bram memulai pembicaraan.
“Nis, gimana tadi. Enak gak?” tanya pak bram.
“Ah bapak, Nisa kan malu pak.” Jawabku
“kamu liat gak ekspresi Sandi tadi, lucu banget Nis.” Kata pak Bram lagi.
“Pak, Nisa ini punya suami dan anak-anak pak. Bapak juga punya kan, bapak tega sekali memperlakukan Nisa seperti ini.” Kataku lagi.
Pak Bram merangkul dan mendekapku.
“Maafkan bapak Nis, tapi kamu itu cantik dan banyak laki-laki yang menginginkan dirimu, termasuk bapak.”
Kata-kata pak Bram membuatku melayang. Dia tau aku senang di puji. Aku memajukan bibirku tanda cemberut. Pak Bram menarikku berdiri. Kemudian beliau mendekapku dari belakang dan mencium pipiku. Kedua tangannya meremas kedua payudaraku. Aku memejamkan mataku menikmati setiap sentuhan pak Bram. Nafsu ku bangkit lagi. Tangan pak Bram menelusuri perutku hingga ke bawah dan sampailah tangan itu diatas rahimku. Dielus nya rahim ku dari luar baju. Lama pak Bram mengelus rahimku. Kemudian tangan pak Bram membuka resleting rok yang aku kenakan sehingga rok ku jatuh ke bawah dan aku pun setengah bugil. Didorongnya tubuhku ke depan sehingga posisiku saat ini menungging dan belahan vagina ku terlihat jelas dari belakang.
Tak lama kemudian terdengar suara tepukan dan teriakan-teriakan dari para pemuda di sana yang sedari tadi melihat tubuhku. Wajahku merona. Reflek aku tarik rok ku dan memakainya kembali, kemudian aku berlari masuk ke mobil. Sandi dan pak Bram menyusulku. Aku hanya diam saja ketika pak Bram masuk ke dalam mobil. Kemudian pak Bram memberi kode pada Sandi untuk kembali ke hotel.
Sesampainya di hotel, aku langsung turun dari mobil dan menuju kamar, diikuti oleh pak Bram dan Sandi yang membawa belanjaan kami, karena tadi kami sempat belanja makanan ringan di A*lfa MA*t. Sambil berjalan, aku melepaskan pengait bra ku dan melepaskan bra ku. Kulihat pak Bram dan Sandi hanya terdiam memandang ku. Aku membalikkan tubuhku dan berjalan mundur sambil aku meremas-remas payudara ku yang masih tertutup baju. Sampai dikamar, aku langsung membuka gorden kamar sehingga suasana kamar tampak jelas dari luar. Aku langsung melepaskan baju dan jilbabku. Kulihat keluar jendela banyak anak-anak muda yang sedang nongkrong, mereka melihat ku dengan tatapan tak percaya. Aku menyibak kan rambutku dan membuat payudara ku bergoyang. Kudengar teriakan para pemuda itu. Kemudian kututup kembali gorden nya. Kudengar teriakan kecewa mereka. Aku hanya senyum-senyum saja mendengar nya. Pak Bram yang dari tadi hanya melihat, tiba-tiba langsung bergegas kearah ku dan meremas payudara ku dengan kuat.
“Aaauuuu...” teriak ku. Sandi hanya melongo saja melihat kami. Entah setan apa yang sudah merasuki ku, tanpa sadar aku memanggill Sandi untuk mendekat.
“Sandi, sini..” panggil ku.
Aku melepaskan tangan pak Bram dari payudara ku dan berjalan kearah Sandi. Seketika aku langsung membuka resleting celana Sandi dan menarik nya turun kebawah bersama dengan CD nya. Kemudian aku keluarkan penis nya dan mengoral nya. Sandi pun terpejam menikmati kocokan mulutku pada penisnya. Selang beberapa menit, tubuh Sandi menegang dan ditekannya kepalaku mendekati dirinya sehingga penisnya masuk secara utuh kedalam mulut ku dan kurasakan sperma nya tumpah mengalir melalui kerongkongan ku dan masuk kedalam perutku. Lama ditekannya kepalaku, hampir saja aku terbaru. Sandi terduduk lemas.

“Wah mbak, mulut mbak enak sekali. Aku ketagihan mbak.” Katanya disela-sela nafasnya yang tersengal-sengal setelah orgasme. Aku hanya tersenyum.

No comments:

Post a Comment