Friday 11 November 2016

Tiga Hari Dua Malam Penuh Kenikmatan

Perkenalkan namaku Bram, aku seorang kontraktor berusia 40 tahun yang terkadang harus hidup jauh dari keluarga selama proyek berlangsung. Istriku sangat pengertian dan selalu mendukung apa yang aku kerjakan, usia perkawinan kami sudah hampir 10 tahun, dan ditambah dengan adanya 2 orang anak, setiap orang pasti melihat kehidupan pernikahan kami sudah lengkap. Sebagai seorang lelaki sehat yang penuh stamina, aku boleh dibilang penggila seks, namun beberapa tahun belakangan ini nampaknya istriku mulai jenuh dengan permainan seks dengan alasan sibuk mengurus rumah tangga dan kebutuhan anak-anak, dan dengan hasratku yang masih menggebu terpaksa aku salurkan birahiku ke wanita lain yang aku jumpai selama bertugas keluar kota.
Ini adalah salah satu ceritaku saat bertugas selama kurang lebih 3 bulan di kota Jakarta:
Setelah berkeliling mencari kos, akhirnya aku mendapatkannya tak jauh dari proyekku berlangsung. Lokasinya yang strategis menjadi salah satu pertimbanganku walau sebenarnya yang paling utama adalah tempat kos 3 lantai itu dihuni oleh beberapa karyawan maskapai penerbangan yang kantor pusatnya tidak jauh dari situ. Kebanyakan penghuni kos adalah para pekerja, untuk wanita berada di lantai 3, sementara aku menghuni lantai 2 bersama beberapa orang pekerja muda.
Setelah beberapa hari menghuni kos, aku beranikan diri naik ke lantai 3 karena kebetulan ada ruang televisi yang memang disediakan untuk penghuni kos. Itulah saat pertama perjumpaanku dengan salah satu penghuni kos bernama Vina, gadis manis tinggi semampai berhidung mancung yang sekilas mirip Maudy Koesnadi. Pertemuan pertama kami lebih banyak dihabiskan dengan berbincang-bincang sambil melihat televisi, dia memanggilku Om karena usianya yang ternyata masih 21 tahun. Vina ternyata bekerja di kantor maskapai penerbangan dekat kos di bagian keuangan dan berasal dari luar pulau. Aku sangat menikmati menghabiskan waktu bersama Vina, wawasannya sangat luas dan kebetulan kekasihnya bekerja di luar kota dan hanya dapat sesekali mengunjunginya.
Kali ini aku tidak akan menceritakan bagaimana aku bisa begitu dekat dengan Vina, mulai dari pertama kali aku mencium bibir manisnya hingga aku diijinkan masuk ke kamarnya dan dapat menyetubuhinya. Yang dapat aku katakan adalah, Vina bukan wanita gampangan dan butuh proses untuk dapat membuatnya takluk kedalam pelukanku.
Hari Jumat itu, aku pulang lebih awal dari proyek, aku coba cek ke lantai atas dan ternyata Vina belum pulang. Di dalam kamar aku membaringkan diri sambil membayangkan tubuh molek Vina yang hampir tiap malam aku jamahi, tak peduli bahwa dia sudah ada yang punya dan aku sudah beristri. Aku sudah punya rencana, pekan ini aku tidak pulang ke rumah dengan alasan proyek perlu perhatian ekstra, aku ingin menghabiskan waktu bersama Vina dan memuaskan birahiku tanpa harus bergegas pergi meninggalkannya di subuh hari seperti malam-malam dimana aku biasa menyelinap masuk kamarnya saat semua penghuni kos tertidur dan keluar sebelum penghuni kos terbangun.
Sekitar pukul 7 malam, aku mendengar suara kaki melangkah di tangga, kuintip melalui jendela kamar dan ternyata yang aku tunggu sudah datang, Vina dengan seragam kantornya, ya seragam kantor maskapai penerbangan yang pernah aku minta dia kenakan saat menyetubuhinya hanya untuk memenuhi fantasiku bercinta dengan pramugari. Kubuka pintu kamar dengan cepat, aku menariknya masuk ke dalam kamar, Vina sempat terkejut dan berteriak pelan, namun sebelum teriakannya terdengar penghuni lainnya, kulumat bibirnya dengan nafsu menggebu, kurapatkan tubuhnya ke dinding sambil menutup dan mengunci pintu.
“Argghh...om.....”, desahnya saat ciumanku merambat ke leher jenjangnya.
Deru nafasku memburu, ingin kusegera melumati setiap bagian dari tubuhnya, namun kutahan diriku sambil berucap...”Aku ga pulang pekan ini, Vina tidur di kamar Om aja ya....”
“Enggak dicariin Om? ya gak papa sih tidur disini, tapi aku mau mandi dulu Om, habis itu keluar cari makan”, kata Vina sambil menepis tanganku yang nakal meremasi pantatnya.
“Enggaklah, Om bilang banyak kerjaan, kalo gitu kita cari makan sama-sama aja....”, jawabku ditutup dengan kecupan singkat di bibirnya.
Sekitar jam 8 malam Vina mengetuk pintu kamar, bahkan dengan kaos putih oblong dan celana pendek tanpa riasan, gadis 21 tahun ini terlihat manis dan menggairahkan. Singkat cerita, kami pulang makan dari kedai nasi goreng yang tak jauh dari lokasi kos, supaya tidak menimbulkan kecurigaan, kami sengaja jalan terpisah dan kembali ke kamar masing-masing terlebih dahulu untuk memantau situasi apakah penghuni kos lainnya sudah kembali ke tempat asal masing-masing seperti biasanya di akhir pekan.
“Vina, nanti langsung masuk saja, pintunya ga dikunci”, pesanku via bbm sambil membaringkan tubuhku di tempat tidur.
Sekitar pukul 10 malam, Vina masuk ke kamarku sambil membawa peralatan mandi dan daster baby doll warna pink berbahan satin yang aku belikan untuknya beberapa hari lalu.
“Om, aku sikat gigi dulu sama mau ganti baju ya....”, kata Vina sambil memasuki kamar mandi kecil di pojok kamarku.
Aku berbaring di tempat tidur sambil melihat televisi, pikiranku sudah tidak konsen dan malah membayangkan kenikmatan yang akan aku dapatkan sepanjang akhir pekan ini, penisku mengeras dari balik boxer yang aku kenakan. Tak lama kemudian Vina keluar dengan rambut ikalnya yang tergerai mengenakan baby doll pendek yang menampakkan paha mulusnya, mataku menatap bagian dadanya yang tidak mengenakan beha, putingnya tercetak jelas dan sepertinya mengeras mungkin karena dinginya AC kamarku atau mungkin dia sudah birahi.
Aku duduk ditepian tempat tidur dan memintanya menghampiriku untuk berlutut di hadapanku, wajahnya persis diantara kedua pahaku sambil menatap wajahku....”Tolong isepin punya Om ya...”, pintaku sambil mengusap pipinya. Vina begitu lihai membuka boxerku, penisku mengacung tegak tepat di depan wajahnya, dia mulai mengocoki penisku perlahan sambil sesekali mengusap buah zakarku. Kurapatkan kedua mataku, merasakan sensasi kocokan lembut Vina sambil mengusap rambutnya....”Ssshhhh ahhh....”, desahku saat penisku masuk sebagian rongga mulutnya, basah dan terasa hangat. Vina memang bukan wanita yang lihai menghisap penis lelaki, namun setidaknya masih lebih baik dari istriku yang terkadang harus aku paksa untuk melakukannya. Aku tak pernah menanyakan sudah berapa banyak penis yang pernah Vina rasakan, namun yang sepengetahuanku, Vina sudah sering disetubuhi oleh seorang mantan dan juga kekasihnya saat ini.
Rasa geli dan ngilu kenikmatan membuatku mendesah pelan saat setengah badan penisku memasuki rongga mulutnya, Vina memang tidak lihai melakukan oral seks dengan mulutnya, namun tetap saja sensasinya membuatku selalu ingin melakukannya setiap malam ketika menyelinap masuk ke kamarnya. Kini tangan kanannya mengocoki penisku yang basah karena air liurnya, wajahnya menengadah menatapku sayu seakan berkata apakah aku merasakan nikmat yang dia coba berikan. Kuangkat wajahnya dan mencium bibirnya dengan lembut, “Naik ke atas ranjang ya....”, pintaku membisiki Vina sambil mengulum pelan cuping telinganya.
Tubuh indah berbalut baby doll warna pink kini tergolek pasrah di atas ranjangku, kutindih perlahan seraya menciumi leher jenjangnya yang wangi, kuremasi buah dadanya yang tak seberapa besar itu dengan lembut, putingnya mengeras kurasakan ditelapak tanganku yang masih terhalang bahan satin halus baby doll yang dia kenakan. “Isepin putingnya Om...ssshh ahh...”, Vina merintih pelan saat kedua tanganku meremasi kedua buah dadanya, sementara mulutku menjelajahi leher hingga bagian tengah dadanya. Kuloloskan kedua tali baby doll dari kedua pundak mulusnya, kugigit perlahan bahunya bergantian hingga Vina mendesah sambil mencengkram tubuhku, kedua buah dada mungilnya terpampang jelas dihadapanku, begitu bulat dan menggemaskan, buah dada inilah yang membuatku ketagihan menciumi, menjilati hingga menyusu di putingnya hampir setiap malam. Perlahan kujilati melingkar buah dada kanannya mengitari puting susu coklat kemerahan yang sudah mengeras, Vina agak sebal dan tak sabar dengan aksiku, dia ingin puting susunya dihisap dan dikulumi dengan kuat hingga membuatnya menjerit pelan seperti malam-malam biasanya, aku menahan diri dan berpindah ke buah dada kirinya dengan aksi yang sama, dia menjambak rambutku....”Ssshhh ahhhhhh isepin donk Om!....”, rengeknya manja dan kesal. Yang kulakukan selanjutnya tampaknya membuat Vina kesal, aku beranjak dari ranjang dan mengambil dasi-dasi yang biasa aku simpan untuk keperluan meeting dengan client.
“Om mau iket tangan sama kakinya boleh?....”, pintaku sambil membujuk Vina yang terbaring setengah telanjang dengan tali baby doll yang sudah terbuka dan bagian atasnya tersingkap persis dibawah kedua buah dadanya nan mungil.
“Boleh....tapi jangan kencang-kencang ya Om.....”, jawabnya pelan dengan muka cemberut yang justru membuatku tambah terangsang. Ide ini terlintas begitu saja karena tiba-tiba teringat cerita Vina yang pernah disetubuhi paksa mantan keduanya dengan kedua tangannya yang diiket sabuk, cerita itu selalu membuatku terangsang hebat dan membayangkan melalukan hal yang sama.
Kuikat kedua tangannya menyilang dengan dasiku ke besi kepala ranjangku, Vina tergolek lemah dan pasrah dengan apa yang kulakukan. Setelah kupastikan cukup kuat dan berusaha tidak membuatnya sakit, kuloloskan baby dollnya ke bawah melewati kedua kakinya, pahanya terpampang indah dan kemaluannya masih ditutupi celana dalam katun krem yang dikenakannya. Kucoba menahan nafsuku, aku benar-benar ingin menikmatinya pelan-pelan malam ini, kulepaskan celana dalamnya setelah mendapat persetujuan Vina, dan belahan vagina tak berbulunya langsung membuat jantungku berdegup kencang....ternyata Vina baru saja mencukur bulu kemaluannya!
“Jangan diliatin gitu Om....malu”, kata Vina yang menyadarkanku dari tatapan liar ke arah belahan kemaluannya.
Sengaja aku tidak membuka kaos yang kukenakan, walau boxerku sudah ditanggalkan dan membuat penisku mengacung tegak dengan bebas. Kubenamkan kepalaku diantara kedua paha Vina, kemaluannya begitu wangi dengan kilatan cairan yang sedari tadi membasahinya, kujilat perlahan klitorisnya dan sontak saja membuat Vina mendesah hebat dan meronta pelan. Aku ingin menguasai tubuh mulus Vina malam ini! kembali kuberanjak dari tempat tidur dan mengambil dua sabukku, kedua pergelangan kaki Vina kuikat kuat di ujung kanan dan kiri ranjangku, belahan kemaluannya terpampang jelas dan siap kunikmati dengan bebas. Kembali kujulurkan lidahku menjilati klitorisnya, sambil jari tengah tangan kananku merangsek masuk kedalam liang vaginanya, terasa hangat dan basah. Kukocoki perlahan jari tengahku dalam lubang kemaluan Vina, sambil melumati klitorisnya yang mengeras...”Argghhh....Om....ssshhh ahhh”, desahan Vina malah tambah membuatku terangsang, dia berusaha meronta namun dalam posisi terikat dia mencoba memasrahkan tubuh indahnya.
“Om....pake titit aja, jangan pake jari....ahhhh....”, pinta Vina saat dua jariku masuk mengoyak-ngoyak lubang kemaluannya, aku terdiam dan membuatnya terus menggeliat entah sakit, geli atau kenikmatan, hingga Vina melenguh panjang dan kurasakan lubang kemaluannya berdenyut dan bertambah basah. Kucabut kedua jariku yang basah kuyup, kuoleskan ke klitorisnya yang tampak kemerahan karena tadi aku begitu bernafsu dan sedikit menggigiti dan menyedotnya.
Takmau memberi Vina waktu mengambil nafas sejenak, aku tindih tubuhnya sambil mengarahkan penisku ke lubang kemaluannya, kucium bibirnya mesra dan tanpa basa basi kudorong masuk penisku dalam-dalam ke lubang vaginanya, Vina tersentak dan spontan menggigit bibirku sambil melenguh pelan...”ahhh Om...pelan-pelan....jgn kasar gitu”, katanya dengan muka cemberut dan aku iyakan saja sambil mengatur ritme kocokan penisku dalam lubang vaginanya. Entah sudah berapa kali kusetubuhi Vina selama sebulan terakhir ini, namun sensasinya tiap kali selalu berbeda, mungkin karena hubungan terlarang yang sembunyi-sembunyi dari pasangan masing-masing dan penghuni kos, atau memang karena Vina mungkin sedang dalam masa puncak-puncaknya enak dinikmati dengan umur tak lebih dari 22 tahun. Kutancapkan penisku dalam-dalam, sambil mengaduk-ngaduk lubang vaginanya, sementara payudara kanannya kuremasi dengan kasar sambil mencubiti puting susunya, Vina terengah-engah dan memejamkan mata, tampaknya sebentar lagi dia akan mencapai orgasme keduanya dan jujur saja aku sudah cukup lelah malam itu.
“Vina....mau dikeluarin dimana?...ahhh Om mau keluar juga ini....”, tanyaku sambil menahan ejakulasi.
“Terserah Om aja....tapi jangan didalam...ahhh...jangan berhenti Om, dikit lagi.....ahhhh”, jawab Vina yang sudah tidak konsen dan segera ingin mencapai orgasmenya.
Biasanya aku memakai kondom saat menyetubuhi Vina, walau kadang beberapa kali pernah juga lupa memakainya, namun yabg penting sekalipun aku tidak pernah mengeluarkan spermaku di dalam lubang vaginanya, aku tak mau menghamilinya dan membuat perkara yang mempersulit kehidupan kami berdua. Sebenarnya aku masih ingin menyetubuhinya, namun rasa lelah dan kantuk mendera, kupercepat goyangan penisku dalam lubang kemaluannya dan beberapa saat kemudian tak lama setelah Vina mendesah panjang tanda sudah mencapai orgasmenya, kucabut penisku dan kugenggam erat sambil mengocokinya kuat-kuat, kusemburkan sperma hangatku ke tengah-tengah antara buah dada ranumnya dan membuang nafas panjang menutup kenikmatan yang kudapatkan. Dengan tubuh bagian dada dipenuhi sperma, Vina memohon untuk dilepaskan ikatannya untuk ke kamar mandi membersihkan diri, kulepas ikatan di tangan dan kakinya dan kukecup bibirnya....”Makasih sayang.....”, rayuku sambil tersenyum kepadanya.
Selesai dari kamar mandi, Vina yang masih telanjang bulat kuajak naik ke tempat tidur, kupeluk erat dan malam itu kami tidur telanjang bulat berdua seperti malam dimana aku biasa menyelinap ke kamarnya, rasa kantuk melanda namun selintas sudah terbayang kenimatan yang akan aku rasakan besok Sabtu hingga Minggu.

Menjelang subuh aku terbangun, Vina masih tertidur pulas dengan tubuh polosnya membelakangiku, kudekap tubuhnya dan rupanya penisku sudah mengeras sebelum terbangun. Kutempatkan penisku diantara bongkahan pantat bulat Vina sambil menggesekinya perlahan, kusibak rambut panjangnya yang ikal sambil menciumi tengkuknya, Vina bereaksi dengan matanya yang masih terpejam, mungkin dia pikir sedang bermimpi.
Begitu nyaman dan nikmat saat batang penisku menggeseki sela-sela diantara pantat Vina hingga ke belahan kemaluannya, kuremasi payudara kirinya sambil menahan desah kenikmatan. Kuciumi punggung telanjang Vina dengan mata terpejam setengah mengantuk, dan tiba-tiba kudengar Vina mendesah pelan namun enggan membuka mata, rupanya dia menikmatinya dengan setengah tertidur. Belahan kemaluan yang tadinya kering, seketika itu juga mulai terasa basah, membasahi batang penisku yang menggesekinya perlahan, tak tahan lagi dengan birahi yang ingin kusalurkan walau rasa kantuk mendera, kubenamkan penisku perlahan ke dalam lubang vagina Vina dalam posisi tidur menyamping dari belakang, “Ahhhh......sssshhh aahhh”, desahan pelan Vina membuatku semakin terangsang, liang vaginanya begitu hangat dan menjepit kuat penisku yang menusuk begitu dalam hingga menyenyuh dinding rahimnya. Setelah beberapa saat mengocoki penisku dalam vaginanya, tubuh Vina menggelinjang disusul lenguhan pelan menikmati orgasmenya, mataku tak tahan lagi menahan kantuk, tanpa sempat ejakulasi dan mencabut penisku, aku tertidur sambil mendekap payudara Vina dan bersandar dipunggungnya.
Dengan berat kubuka kedua kelopak mataku, kudengar suara gemericik air di kamar mandi, penisku terasa ngilu dan ternyata sedang berdiri tegak seperti pagi hari biasanya. Kuberanjak dari tempat tidur dengan rasa malas serta mengambil segelas air putih untuk menyegarkan tenggorokanku yang terasa kering, penisku masih mengeras dan aku tahu bagaimana membuatnya ‘tertidur’.
Kulangkahkan kaki menuju kamar mandi dan membuka pintunya yang ternyata tak terkunci, Vina sedang membasuh tubuhnya yang tampaknya baru saja disabuni dibawah shower menghadap tembok, kudekap tubuh polosnya dari belakang tiba-tiba dan Vina melonjak kaget sambil berteriak.
“Om! ngagetin aja!”, protes Vina sambil mengecilkan shower.
Aku hanya tertawa kecil dan melumat bibirnya, tubuh kami saling berhadapan tepat dibawah siraman shower, tanganku bergerak liar menggerayangi setiap bagian tubuhnya yang dapat kujangkau dan akhirnya mendarat di bongkahan pantatnya yang cukup padat, kuremasi kuat-kuat sambil melumati bibirnya dan bermain lidah.
“Sabunin Om donk....”, pintaku sambil berbisik di telinganya.
Vina mengambil sabun cair dan mulai mengoleskannya ditubuhku, dia memutari tubuhku untuk memastikan tidak ada bagian tubuh bagian atas yang terlewatkan. Tubuhku mulai penuh dengan busa dan terasa wangi, kini Vina berlutut menyabuni tubuh bagian bawahku mulai dari kaki hingga pangkal paha dan pinggulku, posisi wajahnya tepat berada di depan penisku yang tegang. Dengan lembut dia menyabuni penisku sambil mengocokinya perlahan hingga penuh busa, kubesarkan sedikit shower untuk membasuh busa ditubuhku dan meminta Vina tetap berlutut dihadapanku. Kudorong penisku ke wajahnya sambil memaksanya membuka mulut untuk mengulumnya, Vina memang tidak terlalu suka melakukan blow job, namun masih lebih baik daripada istriku yang sulit sekali aku minta untuk melakukannya. Kepala penisku dijilati perlahan sambil sesekali dikuluminya, aku reflek dan mendorong masuk penisku lebih dalam hingga Vina tersedak, dia cemberut menatapku tertawa kecil, segera ku angkat tubuhnya dan kubalikkan menghadap tembok....”nungging sedikit sayang.....”, kataku mengingat tinggi tubuh Vina yang tak beda jauh denganku. Kedua bongkahan pantatnya yang padat seperti mempersilahkanku menyodokinya dengan kasar, apalagi dalam kondisi basah siraman air seperti itu, kuraih kedua payudaranya dan kusodok kuat-kuat penisku ke lubang vaginanya hingga dia terpekik....”Arrgghhh.....”.
“Enak banget memekmu sayang.....sering dientot tapi rapet gini....ssshhh ahhh...”, racauku dengan kata-kata kotor untuk meningkatkan tensi permainan. Sesekali kucubit puting susunya atau kutampar pantatnya hingga memerah, Vina benar-benar menjadi budak seksku akhir pekan ini, “Kamu suka dientot begini? enak?....”, tanyaku memancing situasi menjadi lebih liar.
“Ahhh...iyahhhh suka....auwww jangan dicubit kenceng-kenceng putingnya”, jawabnya sambil mendesah, menjerit pelan. Vina mungkin sudah berulangkali disetubuhi kekasih dan mantannya, namun dia pernah bilang lelaki yang lebih dewasa seperti diriku kadang membuatnya lebih birahi, walau tampang juga menentukan.
Jepitan lubang vagina Vina begitu rapat, pantatnya terlihat merah keduanya karena beberapa kali aku remas dan tampar dengan kasar, kucabut penisku tiba-tiba dan segera kubalikkan tubuhnya menghadapku, kunikmati puting susunya yang terasa kenyal dan menggiurkan. Kedua puting susu dan payudara Vina habis kulumati, kuhisap dan kugigiti perlahan hingga meninggalkan beberapa bekas memar, kuangkat kaki kanannya dan kembali kulesakkan penisku dalam-dalam sambil melumat bibirnya yang terus-terusan menjerit dan mendesah tak karuan.
“Mmmmhh...mmpphh..Om....Vina mau dapett.....”, racaunya tak jelas saat kujilati lehernya, tubuhnya bergetar menggelinjang diiringi lenguhan panjang tanda sudah mencapai orgasmenya, aku pun tak tahan lagi dan sudah cukup letih, kucabut penisku dan kusemburkan spermaku ke arah perutnya. Beberapa saat kubiarkan spermaku meleleh dan menetes di perutnya, kuusapi klitorisnya sambil memandang wajahnya yang sayu sehabis mencapai puncak kenikmatan.
“Kotor lagi badannya nih Om.....gantian bersihin.....”, kata Vina manja memintaku membasuh dan menyabuni tubuhnya.
“Iya Om mandiin yahh....tapi habis mandi ga boleh pake baju”, jawabku sambil mencubit puting susunya.
“Maksud Om? kan kita juga perlu cari makan, emang gamau kemana-mana?”, tanya Vina dengan agak heran.
“Nanti Om belikan makan diluar, Vina mau apa nanti dibelikan, Om gamau kemana-mana....pokoknya selama didalam kamar Vina ga boleh pake apa-apa.....ya?”, kataku yang memang ingin menjadikan Vina sepenuhnya budak seksku akhir pekan ini.
“Uhmmm iya deh Om...tapi jangan begituan terus ya....capek....”, jawab Vina dengan agak cemberut manja.
“Iyah...asal Vina nurut aja....”, kataku dengan seribu satu bayangan kenikmatan yang akan kudapatkan hingga esok hari.
Selesai mandi, Vina membalut tubuhnya dengan handuk dan menyalakan televisi, aku sendiri segera berpakaian untuk membeli makan mengingat ternyata kami bangun terlalu siang dan waktu sudah jam setengah 12 siang. Setelah memastikan apa saja yang Vina inginkan untuk makan siang, kuminta dia untuk melepaskan balutan handuk di tubuhnya, dan menikmati setiap bagian telanjang tubuhnya yang begitu indah.
“Om keluar dulu, pintunya dikunci....nanti ada yang masuk pas kamu lagi telanjang loh....heheh...”, candaku sebelum keluar dari kamar, Vina cemberut dibalik pintu dan segera menutup pintu kamar selepas aku pergi.

No comments:

Post a Comment