Friday 11 November 2016

Story of Lidya, I'm a Slut 3

Ruangan berAC ini masih terasa panas di tubuhku. Keringat bercucuran di tubuhku yang tidak tertutupi apapun. Ranjang berderit karena karenaku, juga orang yang berada di belakangku. Reza menggenjot memekku dengan penuh nafsu dari belakang.

“Zaa.. Ouuuuhhh... Leebiihh kenceeengg Zaaa...” erangku.

Bunyi kecipakan dari memekku yang basah memenuhi ruangan, selain suara desahan dan derit tempat tidur pastinya. Nafasku sudah tidak beraturan, begitu juga Reza yang sudah terengah-engah. Genjotan Reza sudah tidak beraturan.

“Fuuuckk, sayaang akuu mauuu keluuarr..” erang Reza.

Aku tiba-tiba merasakan ada sesuatu yang keluar dari tubuhku, badanku bergetar dengan keras. Bersamaan dengan Reza yang menghujamkan kontolnya dalam-dalam. Rasa hangat yang nyaman dan nikmat menyelimuti bagian dalam tubuhku. Aku merasakan semprotan dari kontol Reza hingga memenuhi rongga memekku yang terdalam. Nikmat sekali rasanya.
“Aahh, sayaang.. Gila memek kamu nyedot banget..” racau Reza.

Aku tidak menjawabnya. Aku menikmati sisa-sisa rasa nikmat di tubuhku. Sejenak aku tidak memikirkan kenapa Reza menyemprotkan pejunya di dalam memekku. Padahal sebelumnya dia belum pernah keluar di dalam. Dia selalu menyemprotkannya di mukaku ataupun di mulut.

Sejenak aku mulai tersadar dari gelombang orgasmeku. Aku masih menungging dengan kontol Reza yang masih di dalam memekku. Kontol Reza sudah terasa cukup melemah dan mengecil. Dengan gerakan pelan, Reza menarik kontolnya hingga lepas dari memekku. Rasa geli ngilu langsung menyerang selangkanganku.

“Aaahh..” erangku ketika kontol Reza menggesek memekku yang masih sensitif. Begitu terlepas, aku langsung ambruk ke tempat tidur. Peju Reza meleleh keluar dari memekku dan mengalir di pahaku. Berbeda dengan milik Dimas, Peju Reza lebih encer, walaupun lebih banyak keluarnya.

Ah, aku memikirkan Dimas lagi. Bahkan setelah aku ngentot dengan Reza yang notabene pacarku sendiri.

“Say, kok kamu keluar di dalem sih?” tanyaku.

“Abis enak banget sih say, aku jadi ga tahan.” Jawab Reza seperlunya.

“Kalo aku hamil gimana say?”

“Bisa diatur lah itu. Tenang. Kamu juga suka kan disemprot peju aku?”

Aku tidak menjawabnya. Jujur saja, aku sedikit kesal dengan jawaban Reza. Dia seperti tidak mau bertanggung jawab. Sejujurnya lagi, aku masih belum puas. Entah mengapa aku tidak puas, walaupun tadi aku sudah orgasme. Bahkan sebelum sampai kosan Reza, aku sudah dibuat orgasme di mobil tadi. Aku meraba bibir memekku yang basah dan lengket karena peju Reza. Rasa geli ngilu yang nikmat terasa di memekku. Aku memasukan dua jari ke dalam memek dan langsung mengeluarkannya kembali. Jariku langsung basah karena peju Reza.

Kujilat jariku dan rasa asin memenuhi rongga mulutku. Entah mengapa masih lebih enak peju Dimas.

“Haah, Dimas lagi..” pikirku. Aku melihat ke sampingku dimana Reza sedang berbaring. Dia sudah tertidur pulas karena sudah dua kali orgasme. Mungkin dia lelah.

Aku tidak bisa melepaskan pikiranku dari Dimas. Entah mengapa ngentot dengan Dimas terasa lebih nikmat dan puas dibandingkan ngentot dengan Reza. Aku tidak menyesal bisa jatuh ke dalam pengaruh Dimas, karena memang lebih nikmat. Aku membayangkan kontol Dimas yang menggelitiki klitorisku sebelum masuk ke dalam liang memek.

Kumasukan lagi kedua jariku ke dalam memek. Kali ini tidak langsung mengeluarkannya, melainkan mengocok memekku dengan jari. Aku membayangkan Dimas yang sedang mempenetrasi memekku, merasakan sensasi kepala kontolnya yang masuk melalui sela-sela bibir memekku. Kemudian memasukan kontolnya lebih dalam. Aku bergidik pelan ketika membayangkan Dimas.

Aku mengocok memekku dengan tempo yang lebih cepat. Ranjang bergetar pelan ketika tubuhku sudah menggelinjang nikmat. Aku khawatir Reza yang tidur disampingku sampai bangun. Namun aku langsung tidak peduli ketika merasakan gelombang orgasme yang mendatangiku. Kocokanku semakin cepat dan mulutku tidak dapat menahan erangan-erangan nikmat.

Aku membayangkan Dimas yang sedang menyodoki memekku dari belakang seperti di WC tadi siang. Tiba-tiba aku membayangkan Mila dan Ratna yang sedang disodoki kontol Pak Hari di lubang pantatnya. Aku membayangkan kalau saja aku yang berada di posisi Ratna yang sedang disodoki lubang pantatnya, namun aku membayangkannya dengan Dimas. Lelehan cairan cintaku dan peju Reza sudah membasahi selangkanganku, termasuk lubang pantat.

Tanpa berpikir dua kali aku merabai lubang pantatku dengan tangan kiriku yang menganggur. Rasa geli menambah nikmat kocokan di memekku. Sedikit demi sedikit aku memasukan jari tengahku ke dalam lubang pantat. Tak hanya satu, aku pun menambah jari telunjukku ke untuk masuk ke dalam lubang pantat. Aku melenguh pelan ketika rasa sakit dan perih melanda selangkangan. Namun rasa itu menambah malah rasa nikmat.

Berkali-kali aku menolak untuk di anal oleh Reza. Tapi sekarang aku memasukan jari-jariku ke dalam lubang pantat dan di sebelah Reza. Aku sudah tidak dapat menahan eranganku. Desahan erotis keluar dari tubuhku. Ketika gelombang orgasme itu menerpa tubuhku, aku mendesah kencang.

“Fuuckk.. Diim, guee keeluuaarrrr...” erangku.

Memekku terasa meledak, cairan bening dan tak berbau muncrat keluar dari urethrea-ku. Ranjang menjadi basah oleh cairan orgasmeku. Tubuhku bergetar kencang, aku melihat ke arah Reza yang masih tertidur dengan lelap, walaupun ranjangnya sedang bergetar.

Orgasmeku sudah mereda, aku baru sadar kalau aku belum pernah sampai squirt hanya dengan tanganku sendiri. Aku selalu mengalami squirting hanya bersama dengan Dimas, bahkan Reza tidak mampu membuat aku squirting. Aku bersyukur Reza masih tertidur dengan lelap, kalau tidak dia akan mendengar kalau aku mendesah sambil memanggil Dimas. Tak lama, mataku terasa memberat, kemudian aku tertidur karena kelelahan.

================================================== ================

Aku berada di kamar kosan Dimas bersama dengan Reza. Aku menemani mereka yang sedang mengerjakan tugas. Sudah tengah malam aku di kamar Dimas. Reza sebenarnya akan pulang kampung ke rumahnya di luar kota. Dia berinisiatif untuk mengantarkan aku pulang ke kosanku dengan menggunakan mobilnya. Begitu aku sampai kosan, aku menyadari iPhoneku tidak ada di dalam tas, padahal aku yakin sudah memasukannya ke dalam tasku. Aku tidak bisa menghubungi siapapun karena tidak memiliki HP lain. Aku memutuskan untuk mengambilnya besok pagi. Aku tidak berani jalan sendirian di tengah malam seperti ini.

Esok paginya, aku kembali ke kosan Dimas dan mengetuk kamarnya. Dimas membukakan pintu untukku dan mempersilakan untuk masuk. Dari Dimas, aku tahu kalau Reza sudah pergi subuh tadi. Akupun meminta iPhoneku kembali. Dimas tersenyum dan senyumannya aneh.

“Lid, iPhone lu aman kok di gue. Cuma gue ga sengaja ngebuka gallery lu dan nemuin video lu lagi indehoy sama Reza. Terus gue juga nemu video lu lagi ngocok sama dildo di WC kampus.” Kata Dimas dan membuatku kaget.

“Ahh, Diimaaasss..” kataku dengan nada manja. “Iihh itu kan video pribadi gueee.. Kok lu liat-liat siiih?”

“Ga sengaja Lid, pas gue buka pas di gallery, eh gue liat video lu.” Kata Dimas.

“Ahh malu guee.. Udah ah sini iPhone-nya..”

“Tenang gue kasih iPhone lu, asaalll....” ujar Dimas sambil tersenyum mesum.

“Asal apa Diim? Please lah jangan minta macem-macem.” Kataku yang sudah mulai ketakutan.

“Gue cuma minta pake badan lu doang kok.. Sekali...” kata Dimas. “Kontol gue ngaceng mulu liat toket lu, pantat lu juga montok. Kalo lu lagi jalan suka ga nahaan..”

“Diim, gue pacar sahabat lu.. Jangan macem-macem lah..”

“Tenang, Reza ga bakal tau kok. Gue ga akan kayak ember bocorr..”

“Gaakk.. Pokoknya gue gakk mauu.. Siiniin iPhone guee..” kataku dengan kencang. Nada tegas keluar dari mulutku.

“Ayolah Lid, secelup doang kok. Gue udah sedia kondie kok. Amann..” kata Dimas. “Yaa kalo lu ga mauu gue sebarin aja di internet. Apalagi di forum semprot bakal banyak yang suka sama video lu.”

“Shiit lahh.. Pleaseee Diimm.. Jangan doong..” kini aku sudah memohon ke Dimas. Aku tahu tidak memiliki pilihan lain.

“Secelup atau sebar di internet..” kata Dimas dengan tegas.

Aku terdiam cukup lama. Senyum kemenangan Dimas terukir di wajahnya. Dia tahu aku tidak memiliki pilihan lain. Sudah pasti aku tidak mau video erotisku tersebar luas. Apalagi sampai ketahuan oleh teman dan keluargaku.

“Sialan lu Dim.” Kataku dengan kesal. “Just once, oke. Pake kondie dan gue ga mau lu numpahin di dalem memek gue atau di mulut gue.”

“Iya Lid, sekali doang.”

“Lu belum ngopi videonya kan? Kalo udah hapus begitu kita udah beres.”

“Belum kok, tenang aja. HP lu kan iPhone, susah buat transfer file ke Android..” jelas Dimas. Dia berjalan ke arah lemari dan mengambil satu biji kondom.

“Cepet tuntasin sekarang juga.” Ucapku sambil duduk di ranjang springbed.

“Selouw lid, sini gue elus-elus biar banjir dulu.” Kata Dimas yang sudah duduk di sampingku. “Buka dong bajunya, biar enak. Gue mau liat badan lu.”

“Ogaahh..” ujarku dengan tegas. “Lu entotin memek gue aja. Ga usah yang lain-lain.”

“Ayolahh.. kan kamu harus dielus-elus dulu biar banjir. Kalo ga nanti sakit loh pas masuk.”

“Elus-elus ga harus buka baju kan? Bisa dari luar. Lagipula lu bisa ngentotin gue walaupun gue ga buka baju.” Kataku. Untung saja aku menggunakan dress model babydoll.

“Yaudah deh, tapi behanya buka juga dong. Gue pengen remes-remes toket lu..”

“Pokoknya nggak. Ga ada sehelai pakaian yang aku pakai sekarang yang kamu lepas.” Kataku dengan tegas. “Kalo ga gue batalin. Terserah lu mau sebarin video gue juga.”

Dimas tampak tertegun dan berfikir. “Yaudah deh. Sini sepongin kontol gue.” Kata Dimas.

Dimas merangkak menuju ranjang dan terlentang. Di balik celana boxernya terdapat batang kontol yang sudah tegak sempurna. Kubuka celana boxer itu dan tertegun. Batang kontolnya lebih besar dibanding batang kontol Reza dan lebih berurat. Kumasukan batang kontol itu ke dalam mulutku dengan cukup sulit.

“Uuhh, gila.. Palkon gue masuk bibir seksi lu..” aku tidak menghiraukannya. “Lu jarang ngasih blowjob ya ke Reza. Masih amatiran gitu.”

“Diem lu. Ini kontol kedua yang pernah gue pegang.”

“Oya? Si Reza merawanin lu?”

“Dua bulan lalu.”

“Pantes belum mahir. Sini gue ajarin.” Kata Dimas.

Dimas memberikan instruksi gimana caranya memblowjob. Aku baru mengetahui kalau aku harus memainkan lidahku. Setidaknya aku mengetahui cara baru untuk memuaskan Reza. Aku mempraktekkannya pada kontol Dimas. Dia terlihat merem melek, sesekali dia menekan kepalaku agar kontolnya masuk lebih dalam.

“Mmmm....” erangku dengan mulut penuh.

“Fuuck, gila. Udah mulai pinter lu..” kata Dimas. “Gimana, lebih gede punya gue apa Reza?”

“Ahh sama aja.” Kataku berbohong. Kontol Reza sebenarnya lebih kecil sedikit dibanding Dimas, mungkin 1 cm lebih pendek dan tidak segemuk milik Dimas..

“Sini, gue jilatin memek lu biar enak masuknya.”

Aku menungging dan mengangkangi wajah Dimas. Mulutku masih penuh oleh kontol Dimas, cairan precum keluar dari lubangnya dan tak sengaja kujilat. Namun aku kaget dengan rasanya. Asin dan gurih. Cukup enak di lidahku. Entah mengapa aku menjadi bersemangat memblowjob kontolnya.

Tiba-tiba aku merasakan celanaku akan dilepaskan. “Dimm.. Kita kan udah deal ga ada buka baju gue, termasuk celana dalem gue..”

“Tapi susah Lid..”

“Ke sampingin aja bisa kan?”

Dimas menyerah. Dia mengesampingkan celana dalam model thong yang kupakai. Jari telunjuknya merabai bibir memekku, terasa licin. Entah mengapa memekku sudah banjir dengan cairan cinta.

“Hahaha, sange juga lu.. licin gini memek lu.” Ujar Dimas.

Aku tidak menghiraukannya. Dimas menggesek-gesekkan jarinya di klitorisku. Aku merasa nikmat di selangkanganku. Tiba-tiba Dimas menyerang dengan menggunakan lidahnya. Lidahnya menyapu bibir memekku dari atas hingga bawah.

“MMMmmmm...” erangku dengan kaget. Mulutku mengatub dengan kontol Dimas yang masih di dalam mulutku.

“Shitt. Lidd.. Jangan kena gigi, ngilu nihh..”

“Sorry, abis lu ga bilang-bilang jilatin memek gue.” Kataku begitu terlepas dari kontolnya.

Dimas kembali melumat memekku. Klitorisku sedikit dihisap-hisap sambil di jilati dengan lidahnya. Aku tak kuasa untuk menggelinjang nikmat. Mulutku sudah mendesah tanda aku menikmati serangannya. Aku tidak memblowjob kontol Dimas karena takut menggigit kontolnya. Aku hanya mengocoknya menggunakan tanganku.

Tak sampai lima menit, aku merasakan gelombang orgasme yang tiba-tiba. Aku berkelonjotan nikmat ketika orgasmeku datang. Raungan keras meluncur dari mulutku.

“Ooohhh Diiim.. Gelii Diimmm.. Guee gaa tahaann...” raungku. “Aaaahh Guee dapeett diiimmm...”

Tubuhku bergetar keras. Dimas langsung menghentikan lumatannya di memekku. Aku langsung terbaring di samping Dimas sambil berkelonjotan. Tubuhku bergetar tanpa dapat dikendalikan.

Setelah orgasmeku mereda, Dimas menarik badanku hingga menungging. Aku tahu dia akan mengentotku dengan doggy style, gaya favoritku. Aku membayangkan betapa nikmatnya kontol Dimas menggenjoti memekku. Pasti akan lebih dalam sodokannya hingga bisa mencapai rahimku.

Dimas membenarkan posisi celana dalamku yang sudah basah. Digesekan kepala kontolnya di memekku berulang kali. Aku merasakan hal aneh di selangkanganku, rasanya aku membutuhkan batang kontol di dalam memekku.

“Diiimm.. Jangan maiininn memeekk Lidyya doong... Masuukiinn..” erangku.

Dimas tidak mendengarkan aku. Dia tetap memainkan bibir memekku dengan kontolnya. Aku yang sudah tidak tahan lagi langsung menggerakan pinggulku hingga kepala kontolnya masuk ke dalam memekku.

“Hahaha, lu udah ga tahan yaa?” ejek Dimas.

Dimas dengan tiba-tiba menghentakan kontolnya dalam-dalam dengan cepat. Aku terhentak dengan keras hingga badanku limbung. Memekku berdenyut kencang dan rasa nikmat langsung melanda tubuhku. Aku orgasme lagi, kedua kalinya dalam satu hari yang sama. Parahnya aku melakukannya dengan Dimas, sahabat pacarku. Tapi entah mengapa aku menikmatinya.

“Dapet lagi nih?” tanya Dimas dengan nada mencemooh. “Tadi bilang ga mau, baru dimasukin aja langsung orgasme..”

Orgasmeku mereda, aku lebih siap untuk menerima sodokan kontol Dimas. Ketika Dimas hendak menggenjotku, aku melihat plastik kondom masih utuh.

“SIAALAAN LUU DIIMM..KELUUARRIN KONTOOLL LUUU..” teriakku. “PAKEIN KONDOM DULU SOONOO....”

Dimas hanya terkekeh dan mengambil kondom itu. Dimas mengeluarkan kontolnya dan memakaikan kondom. Selesai memakai kondom, Dimas langsung memasukan kontolnya dengan kasar.

“Uuaaaaahh...” erangku. Terasa perih ketika masuk dengan kasar. Namun aku merasa ada yang aneh di dalam memekku. Tidak senikmat ketika tanpa kodom.

Dimas menggenjot memekku dengan cepat. Tetap terasa aneh, tidak senikmat biasanya. Memang aku belum pernah memakai kondom selama ngentot dengan Reza. Sudah lima menit Dimas menggenjot memekku dan aku tidak merasakan gelombang orgasme mendekat.

“Fuuck lah pake kondom..” teriak Dimas. Dia mengeluarkan kontolnya dan langsung melepas kondomnya.

"Diim jangan doong, kalo gue hamil gimanaa?" tanyaku.

Dimas tidak menghiraukan aku, dia langsung memasukan kontolnya ke dalam memekku lagi, tanpa kondom. Rasa kontol Dimas jauh terasa lebih nikmat dibanding pakai kondom. Bahkan lebih nikmat kontol Dimas dibandingkan dengan milik Reza.

Desahanku mengeras dan aku langsung merasakan gelombang orgasme mendekat. Hanya sebentar saja badanku berkelonjotan nikmat. Bahkan aku merasakan ada sesuatu dari dalam memekku yang akan meledak keluar. Memekku pasti sedang memijat kontol Dimas dengan kencang.

“Diiimm, gue keluuarr Diiim... Kontooll luu enaaaakkk...” erangku

ketika aku tidak bisa menahan ledakan dalam tubuhku. Cairan bening menyemprot keluar dan membasahi paha Dimas dan ranjangnya. Dimas yang mengetahui aku orgasme malah mempercepat genjotannya. Padahal memekku terasa ngilu karena masih sensitif. “Dimmm pelannn.. Ngiluuu..”

“Bentaar Liidd... gue Udah mau keluaarr..” kata Dimas dengan terbata-bata. Nafasnya terengah-engah seperti sedang berlari.

“Jangann di daleemm pliiisss..”

Dimas tiba-tiba menghentakan pinggangnya. "LIID, TERIIMAA NIIH PEJUU GUEE..." teriak Dimas.

Aku merasakan semprotan hangat di dalam memekku. Dimas menyemprotkan pejunya di dalam-dalam dan memenuhi rongga-rongga rahimku. Jujur aku sangat menikmati kontol Dimas. Entah mengapa rasanya sangat nikmat, bercinta dengan sahabat pacarku. Badanku terasa lemas, aku langsung ambruk ke ranjang dan tidak sadarkan diri.

================================================== ================

Aku terbangun dari tidurku, ternyata itu hanyalah mimpi. Mimpi tentang pengalaman pertamaku dengan Dimas. Aku langsung teringat sebulan lalu ketika Dimas menggenjotku pertama kalinya. Aku langsung tertidur setelah digenjot Dimas tanpa melepas baju. Ketika aku bangun, bajuku berantakan dan peju Dimas meleleh membasahi celana dalamku.

Aku melakukannya tiga kali pada hari itu. Kami melanjutkannya dengan telanjang badan. Dimas selalu menyemprotkan pejunya di dalam memekku.

Aku pulang dengan keadaan memekku yang perih dan tanpa mengenakan celana dalam. Celana dalamku disita Dimas, katanya untuk kenang-kenangan. Aku berjalan mengangkang seperti anak kecil habis disunat. Perih juga 3 ronde dengan sodokannya yang kasar.

Sejak saat itu kami melakukan kegiatan terlarang itu ketika sedang tidak ada Reza. Bahkan lusanya saat Reza pulang, aku tengah digenjot oleh Dimas dan menyemprotkannya di dalam memekku. Aku bertemu dengan Reza dengan peju Dimas meleleh ke celana legging yang kupakai. Untung saja Reza tidak melihat wetspot di daerah selangkanganku. Semakin lama, aku pun terjerumus ke dalam perselingkuhan ini.

No comments:

Post a Comment