Monday 20 January 2014


Kontrakan Bang Dadang



 


Sementara itu, di luar kontrakan, seorang perempuan muda menunggu pintu yang diketoknya terbuka dengan jantung berdegup penuh semangat. Dia melihat sepeda motor tua dan tali jemuran di luar pintu kontrakan itu. Memang tidak kelihatan seperti tempat tinggal orang berada. Tapi menurut kontaknya, orang yang tinggal di rumah itu cukup mampu. Kalau dia berhasil meyakinkan orang ini, berarti ada tambahan penghasilan! Dadang membuka pintu dan melongo melihat perempuan cantik di baliknya. Perempuan itu berumur kira-kira dua puluhan awal, bertubuh jangkung, rambutnya diwarnai pirang, dan di bawah alisnya yang tebal tampak sepasang mata yang mengenakan lensa kontak berwarna biru. Blazer coklat muda yang dikenakannya tampak ketat membungkus sepasang payudara cukup besar, yang belahannya mengintip di balik blus coklat tua berpotongan dada rendah. Sementara itu roknya hanya mencapai separo paha, dilanjutkan stoking membawa gelap yang membungkus sepasang kaki yang indah. Dia juga menenteng satu tas besar.
“Halo, selamat sore… Nama saya Roslina, salam kenal,” kata perempuan itu sambil menjabat tangan Dadang, “Mas… Dadang? Saya dapat kontak Anda dari teman Anda Mas James. Boleh saya minta waktu Mas Dadang sebentar?” Roslina tersenyum manis, tanpa peduli yang dihadapinya seorang laki-laki bertampang berantakan dan kusut.
“Em… boleh aja. Sebentar aja kan?” Dadang mempersilakan Roslina masuk. Yah, tidak ada ruginya ngobrol sama cewek… lagian dia cakep juga…
Roslina bergerak cepat, dia memanfaatkan waktu dan kesempatan yang ada. Begitu bisa duduk menghadapi Dadang, Roslina langsung bicara. Dia mulai dengan menanyakan impian Dadang, apakah Dadang ingin cepat kaya. Lalu dia mulai mengoceh mengenai cara agar impian-impian Dadang cepat tercapai, terutama keberhasilan dalam keuangan. Bahwa uang bisa dicapai dengan cepat lewat satu jenis bisnis, dan bisnis itulah yang sedang dijalani Roslina. Bisnis multilevel marketing. Roslina menceritakan kisah sukses beberapa orang yang sudah menjalani bisnis model itu, yang sudah bisa beli mobil mewah, tamasya ke luar negeri, dan semacamnya. Dengan penuh semangat Roslina menjelaskan prospek bisnis itu berikut kelebihannya kepada Dadang, berharap Dadang akan tertarik. Dadang mendengarkan semua itu dengan bosan.
“Dasar MLM” gerutunya.
Awal-awalnya ngajak kenalan, memancing dengan sekadar bilang ‘ada tawaran bisnis’, ujung-ujungnya mengajak ikut supaya orang yang masuk duluan jadi lebih kaya. Pakai ngasih mimpi-mimpi surga segala.
Tapi Dadang tidak bisa tidak memandangi sosok Roslina yang berpenampilan seksi. Sambil dongkol. Sialan… sengaja ngirim cewek seksi gini, biar aku ga mikir… Lihat tuh bajunya, ampe nempel ke badan gitu…
Bukannya menyimak omongan Roslina, Dadang malah membayangkan yang aneh-aneh.
“Ah… kayaknya asyik juga ngecrot di muka dan badannya. Lama-lama jadi horny juga ngelihatin dia ngoceh. Pengen deh cobain ngentot ama dia. Tapi yang model begini biasanya maunya sama yang kaya… yang punya banyak duit. Eh…aku kan lagi banyak duit sekarang?”
“Kalau ikut sekarang, setoran awalnya bisa lebih kecil…” Roslina terus menjelaskan prospek bisnis MLM-nya tanpa berhenti.
“Stop stop,” kata Dadang. Dia sudah tahu apa yang mau dilakukannya.
Dadang meraih tas yang tadi dititipkan kurir perusahaan, mengambil segepok uang, lalu menaruhnya di depan Roslina. Roslina bengong, tidak tahu apa maksudnya.
“Eh… Mas Dadang ini uang maksudnya buat apa?”
“Cukup nggak sejuta?” tanya Dadang. “Aku udah punya duit, jadi nggak perlu lagi ikut em-el-em kamu, Tensh*t atau apa itu namanya. Ini baru sebagian kecil dari yang kupunya. Kalau mau lagi aku masih punya banyak.” Roslina memperhatikan uang yang ditaruh di depannya.
“Iya, tapi…”
“Aku mau beli badan kamu buat hari ini. Segini cukup nggak?” ujar Dadang sambil nyengir lebar.
“Uuhh…” Wajah cantik Roslina berubah merah padam karena marah. Sedetik kemudian dia meledak. “SEMBARANGAN!! Emangnya aku bisa dibeli? Mentang-mentang kamu punya duit, terus kamu kira bisa beli segalanya? Jangan macam-macam ya!?” Jelas Roslina murka akibat ditawar oleh Dadang.
Dadang menghadapi Roslina yang naik pitam dengan santai. Tanggapannya bukan dengan membalas makian Roslina, melainkan dengan melempar lagi segepok uang ke hadapan Roslina.
“Masih kurang ya?”
Hardikan Roslina berhenti, tapi wajahnya masih kelihatan marah. Dadang kemudian berdiri dari tempat duduknya, mengambil uang yang ditaruhnya, lalu dengan tak sopannya dia sisipkan gepokan uang tadi di belahan dada Roslina yang sedari tadi membuatnya gemas. Roslina kaget dan berusaha menahan tangan Dadang.
“Eh, Roslina… Kan kamu tadi yang bilang kita mesti punya duit biar bisa ngejar mimpi? Aku udah punya duit. Mimpiku sih nggak macem-macem,” komentar Dadang. “Rasain aja. Enak gak rasanya duit? Kalau mau lagi, aku masih punya.”
“Kamu tinggal ngelayanin aku aja, nanti semua ini bisa buat kamu,” kata Dadang, sesudah mengambil segepok lagi dan menggunakannya untuk menampar-nampar lembut pipi Roslina.
Roslina mulai terdiam, mulai tergoda… “Mendingan gini kan, daripada kamu sibuk ngajak-ngajakin orang ikutan bisnis ga jelas ini?”
Dadang lalu meninggalkan Roslina. “Aku mau mandi dulu ya. Kamu pikirin aja dulu, mau apa nggak.”
*****
Selagi Dadang mandi, Roslina melongo memandangi tiga gepok uang di hadapannya. Tiga juta. Kalau dia kerja normal, mungkin itu setara dengan gaji sebulan… Tapi pekerjaannya sekarang, mencari orang untuk ikut MLM, benar-benar berat dan menyebalkan, apalagi dia belum juga mulai mendapat penghasilan langsung dari bisnis yang dia jalani. Kebetulan dia tinggal sendirian, dan uang tabungannya mulai menipis… Akhirnya Roslina memutuskan.
*****
Dadang keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk sebagai ganti celana. Dilihatnya Roslina masih duduk dengan wajah resah di ruang depan kontrakannya. Wajah Roslina memerah. Tiga gepok uang yang tadi dipakai Dadang untuk membelinya tergeletak tak tersentuh di depan Roslina.
“…iya deh… mau…” bisik Roslina, nyaris tak terdengar.
“Nah, gitu dong, pinter,” kata Dadang sambil mendekat.
Berhubung sudah konak dari tadi, dia tak berlama-lama, dan langsung melepas handuknya. Roslina memandanginya dengan kebingungan, sebentar lihat sebentar tunduk, dengan muka yang terasa panas saat melihat suguhan diselangkangan Dadang, sebuah batang mengacung tepat di hadapan wajah Roslina yang cantik merona.
“Ya udah, mulai, jilatin tuh,” perintah Dadang. “Pernah nyepong nggak?”
Roslina belum pernah melakukan oral seks sebelumnya, pengalamannya dalam seks tidak banyak. Tapi sebagai perempuan muda yang sehat, hormon kelaminnya mulai bekerja membuat dia mulai tergoda. Dengan ragu-ragu, ia membungkuk dan menjilat barang Dadang yang sudah mengacung ke depan. Roslina mulai menjilati kemudian mengulum penis Dadang yang terus membesar. Dadang menyuruh Roslina menggunakan tangan untuk mengocok dan memainkan lidahnya, dan Roslina mengikuti semua itu. Lalu Dadang mulai meraba payudara Roslina yang masih tertutup baju. Pijatan dan rabaan itu membuat Roslina mulai terangsang, selangkangannya terasa basah. Roslina juga makin terangsang karena merasa bisa membangkitkan gairah Dadang. Dia mulai tak peduli bahwa dalam keadaan normal, dia tak bakal melirik Dadang yang memang tak ada ganteng-gantengnya, ataupun kenyataan bahwa dia hanya melayani Dadang karena uang. Ditambah lagi, posisi mereka berdua rawan, karena lingkungan rumah kontrakan Dadang cukup ramah dan mereka ada di depan, bagaimana kalau ada orang tiba-tiba datang? Dadang mulai mendesah keenakan dan menggerak-gerakkan pinggulnya selagi Roslina terus mengisap kemaluannya. Tiba-tiba penis Dadang menyentak di dalam mulut Roslina dan Roslina kaget merasakan semprotan cairan hangat di dalam mulutnya. Sebagian cairan mani Dadang sampai meluber keluar mulut Roslina, menetes ke bajunya.
“Mmmmhhh… enaaak…” desah Dadang sambil menarik keluar penisnya dari mulut Roslina.
Roslina terduduk dengan mani mengalir dari mulutnya.
“Bagus… Ayo sekarang dipangku,” kata Dadang.
Roslina masih berpakaian lengkap ketika dia menuruti perintah Dadang. Dadang kemudian menyuruhnya bergoyang, dan Roslina menggoyang-goyangkan pantatnya menggoda kemaluan Dadang. Roslina sudah bukan perawan, dia pernah berhubungan seks dengan seorang pacarnya sebelumnya, tapi pengalamannnya tidak banyak. Dadang kembali menggerayangi payudara Roslina, menikmati kelembutan dada dan pantat Roslina yang merapat ke tubuhnya. Dadang lalu membuka blazer Roslina, lalu membuka rok Roslina. Roslina merasakan vaginanya mulai basah selagi Dadang meremas-remas payudaranya dan menggesek-gesekkan penis ke selangkangannya.
“Eh, kumasukin ya?” Dadang siap menyetubuhi Roslina yang dipangkunya, dia menempatkan kepala burungnya di depan kewanitaan Roslina.
Dadang melepas celana dalam Roslina, menggosok-gosokkan kepala burungnya, membuka bibir kemaluan Roslina, lalu mulai mempenetrasi ke atas. Roslina masih sempit walaupun sudah bukan perawan, sehingga Dadang mesti pelan-pelan, sampai akhirnya bisa memasukkan seluruh batangnya ke liang Roslina. Roslina tak bisa menahan diri, dia mengerang keenakan ketika senjata Dadang menembusnya. Dadang mulai menggerakkan kemaluannya di dalam vagina Roslina, keluar masuk, tusukan-tusukannya merangsang Roslina lebih lanjut. Walaupun awalnya enggan, makin lama Roslina makin menikmati. Pinggul Roslina mulai bergerak mengimbangi gerakan Dadang, mencoba mendapat lebih banyak kenikmatan. Ketika melihat ke bawah, Roslina melihat penis Dadang terbenam di dalam tubuhnya lalu keluar lagi, berulangkali. Dadang makin bersemangat menggenjot Roslina, suara kulit bertemu kulit memenuhi ruangan. Dadang serasa ada di surga. Roslina tidak hanya cantik, tapi vaginanya juga masih rapat. Dadang bisa merasakan gairahnya sendiri terus meningkat, menuju puncak. Roslina juga merasakan hal yang sama, tusukan-tusukan Dadang dan cengkeraman tangan Dadang di pantat dan dadanya membuatnya kewalahan. Dia menggeliat sambil mendesah-desah keenakan,
“Oh… ohh… lagi…”
Dadang mengubah posisi, dia mendorong Roslina sehingga merunduk ke depan dan akhirnya tersungkur dalam posisi merangkak. Keduanya jadi berposisi doggy style, Dadang menyetubuhi Roslina dari belakang.
“Ahh… sebentar lagi nih… Udah mau keluar nihh…!!” seru Dadang selagi dia menggenjot makin cepat. “UUAHHH!”
Dadang tiba-tiba mencabut kejantanannya, mendorong Roslina, lalu membalik tubuh Roslina. Rupanya Dadang sengaja… Ketika Roslina sudah menggeletak telentang di lantai, Dadang berhenti menahan ejakulasinya dan memuncratkan maninya ke wajah perempuan itu.
“Aaah…. Ah… hahahaha…”
Dadang tertawa puas ketika dia melihat wajah Roslina yang tadinya bermake-up tebal telah dia bikin berantakan dengan semburan maninya. Roslina terengah-engah, masih juga tak percaya dia mau merelakan orang ini menyetubuhinya hanya karena uang.
“Oke, ronde ketiga…” Dadang sudah siap-siap menikmati tubuh Roslina lagi.
Roslina berusaha memprotes, “Ah… jangan duluh… istirahat dulu…” tapi protesnya hilang terhapus jeritan yang muncul ketika Dadang mencubit pentilnya. “Jangaaaaannnn…” tolak Roslina ketika Dadang menjilati leher dan dadanya. Tapi badannya berkata lain, Roslina kembali terangsang. Pikirannya ikut-ikut berkata lain, tiga juta buat sekadar ngentot sama orang lumayan juga, lagian aku nikmatin juga kan?
“Kalau boleh ngentot bo’olmu, kutambah lima ratus ribu,” bisik Dadang.
Roslina cuma memelototi Dadang dengan tak percaya. Dia belum pernah melakukan seks anal sebelumnya.
“Udah sejauh ini, kan? Sekalian aja…” kata Dadang lagi.
Tanpa menunggu, Dadang langsung memasang ereksinya di pintu terlarang Roslina.
“Yok anal yook…tung ning nang ning nung!” canda Dadang.
“Eh tunggu! Aku belum bilang mauuAUAAHHH!!”
Roslina tidak sempat menyelesaikan kata-katanya, dia keburu menjerit ketika anusnya diterobos paksa Dadang. “SAKITTT!! AHHH!!” Roslina sampai memejamkan mata dan meringis akibat saluran belakangnya terasa pedih didesak terbuka oleh Dadang, mendengar jeritan Roslina Dadang malah semakin bernafsu mendesakkan batangnya , kontan saja mata Roslina melotot saat batang itu menjebol liang Anusnya.
“Huuhhh… uhhhhuhhh…”
Roslina merasa seperti mau menangis ketika menahan sakit disodomi Dadang. Dadang malah protes.
“Eh kan aku bayar, jangan kayak kesakitan gitu dong! Kalo nggak menikmati, kamu pura-pura keenakan aja, napa?”
Tapi Roslina benar-benar kesakitan, dan wajahnya menunjukkan rasa benci.
“Eh… apa nih maksudnya?” tanya Dadang. “Bayarnya masih kurang? Bilang aja. Aku mesti bayar berapa biar kamu jadi suka dianal?”
Roslina terdiam sejenak, menahan sakit, berpikir, dan…
“Tiga juta lagi,” katanya mantap.
“Bungkusss,” ujar Dadang sambil tersenyum lebar.
Dan seketika ekspresi Roslina berubah. Demi tambahan itu dia bersedia pura-pura doyan disodomi. Roslina mulai mendesah-desah seksi dan memain-mainkan payudaranya sendiri.
“Ahh… anh… enak…” desahnya.
Dadang mengayunkan batangnya menikmati liang dubur Roslina yang menggigit kuat benda di selangkangannya, seret dan peretnya liang anus Roslina membuat Dadang menggeram-geram nikmat sementara Roslina meneruskan reaksi pura-pura sukanya, padahal sebenarnya pantatnya terasa nyeri.
“Enak… dibo’ol enak… Ayo lagi Mas… sodok pantat Roslina…”
Dan makin lama reaksi Roslina makin hebat, sampai Dadang mulai tidak percaya bahwa Roslina pura-pura.
“AHH! Gede… banget… kontol Mas… ada di… pantatKU…HH!! AH! AW! TERUS MAS! TERUS! DIKIT LAGI… IAH… AH! AAAHHHH!!!”, Dadang memacu batangnya dengan semakin kuat
Tak tahunya, Roslina malah orgasme betulan selagi disodomi Dadang!
“Sudah massss,”
“waduhhhh, jangan ngeluh melulu dongg, aku kan udah bayar mahal, kalo gini caranya sihhh, bisa rugi Bandar…., berdiri….”
“berdiri ?? kemana massss….”
“yaaa mau ngentot lagi, masa mau jalan-jalan…, udahhh nurut ajaaa..”
“b-bentar mass bentarrrr…”
Dengan tak sabaran Dadang menarik pergelangan tangan Roslina didudukkannya gadis itu di atas sebuah meja kecil sambil menyuruh Roslina membuka kedua kakinya lebar lebar. Mata Dadang melotot sambil mengejar selangkangan Roslina yang becek oleh lender-lendir licin beraroma harum, berkali-kali lidah Dadang mengait-ngait daging mungil yang terselip di belahan bibir vagina bagian atas. Dengan spontan kedua kaki Roslina yang jenjang melejang nikmat saat mulut Dadang melumat selangkangannya, setelah puas melahap vagina Roslina, Dadang duduk di atas kursi dan meminta Roslina untuk duduk di atas batangnya.
“Ayo sinii…”
“tapi mass, aku capek sekalii”
“ahh capek apanya ?? kamu kan cuma ngangkang, sini ngak, kalo nggak mau berarti batall…lhoo” Dadang mengancam Roslina
“yeee, Mas Dadang, masa begitu sich…, yawdah, mas Dadang maunya apa, aku turuti….”
“nahhh gitu dong baru sipppp… he he he”
Dengan hati dongkol Roslina menghampiri Dadang, agak risih juga rasanya ketika harus menurunkan vaginanya pada batang Dadang yang masih tegak perkasa,
Roslina kini berpegangan pada bahu Dadang, dengan perlahan ia menurunkan vaginanya. Semakin turun vagina gadis itu semakin turun pula buah empuk di dada Roslina mendekati mulut Dadang.
“Oufffhhh…hssshhh Mas Dadangtt”
Reflek Roslina menarik dadanya kebelakang saat merasakan kepala Dadang terbenam di belahan payudaranya, nafas laki-laki yang baru dikenalnya itu menghembus keras dan terasa hangat. Gairah nakal membuat Roslina makin merinding, tangan kirinya menjambak rambut Dadang sementara wajahnya yang cantik terangkat ke atas merasakan hisapan mulut lelaki itu yang tengah menikmati puncak payudaranya, pangutan-pangutan kasar dan jilatan lidah membuat gundukan buah dada Roslina membuntal semakin indah. Sesekali Roslina meringis merasakan gigitan gemas Dadang pada buntalan payudaranya kemudian mendesah panjang merasakan nikmat saat mulut Dadang mengulum putting susunya yang meruncing. Laki-laki itu begitu rakus menyusu di dadanya. Tangan Dadang mencekal pinggang dan menarik pinggang Roslina ke bawah hingga vagina Roslina bertemu dengan kepala kemaluannya. Nafas keduanya terdengar berat saat berusaha menyatukan alat kelamin mereka, belahan bibir vagina Roslina yang peret masih terasa sulit untuk ditembus oleh batang Dadang.
“Massss…!!”
“OUGGHH…..oenakkkkkk…”
Keduanya saling berpelukan erat saat kepala kemaluan Dadang mendesak masuk ke dalam belahan bibir vagina Roslina. Inci demi inci batang Dadang tenggelam semakin dalam hingga akhirnya selangkangan Roslina bergesekan dengan rimbunnya rambut kemaluan Dadang. Entah kemaluan siapa yang berkedutan, batang Dadangkah yang berkedut ataukah dinding vagina Roslina yang seret berkontraksi meremas – remas benda asing yang mengganjal di dalamnya.
“slleeepppp.. slepppp… blllsssshhh…” terdengar suara becek yang menggoda saat liang vagina Roslina bergerak turun naik mengocok-ngocok batang penis Dadang yang terjepit di antara belahan bibir vaginanya. Gerakan keduanya semakin lancar, Roslina terlihat menikmati menaik turunkan vaginanya pada batang Dadang sementara Dadang menikmati menyentak-nyentakkan batang kemaluannya ke atas menyambut turunnya vagina Roslina.
“ahhh.. ahhh hhhhnnnnn ahhhh”
butir-butir keringat Roslina membalut basah tubuh moleknya yang sedang bergerak turun naik di atas tubuh Dadang. Harumnya tubuh gadis itu berbaur dengan aroma cairan vagina yang meleleh keluar
“plakk. Plakkk auhhh hssshh ahhh plakkkk” terdengar suara lenguhan dan rintihan saat Dadang menampar buah pantat Roslina agar gadis itu bekerja dengan lebih giat lagi.
Suara tamparan terdengar dengan lebih keras pada buah pantat Roslina yang memar kemerahan dan Roslina semakin cepat menaik turunkan pinggulnya, tubuh Roslina seperti sedang tersengat listrik hingga mengejang , bibirnya merintih merasakan vaginanya berdenyut dengan nikmat, Dadang memeluk tubuh Roslina yang kelelahan sementara mulutnya terus bekerja menciumi bibir Roslina yang sedang merintih hebat di dalam amukan badai kenikmatan.
“crutttt.. cruttttt…. Ennnhhhhh…”
Roslina membiarkan Dadang menjilati batang lehernya juga membiarkan tangan Dadang menggerayangi lekuk liku tubuhnya. Kecantikan Roslina dan tubuh moleknya yang indah membuat nafsu syahwat Dadang bergolak berkali kali lipat dan batangnya tetap jreng berendam dalam nikmatnya kepitan vagina Roslina yang sempit peret. Kali Ini Roslina menungging di atas kursi sofa dan Dadang menaiki buah pantatnya, batang yang masih keras itu ditempelkan oleh pemiliknya pada kerutan liang anus Roslina. Rasa lelah membuat Roslina sulit untuk berpura-pura.
“OWWWWWW…. Akhhhhhh”
Roslina merasakan sakit sesakit sakitnya saat batang Dadang merobek liang anusnya yang terluka. Di atas kursi sofa yang dibeli dengan uang panas itulah tubuh Roslina tersungkur-sungkur. Tangan Dadang mencengkram pinggul Roslina kuat-kuat, gerakan batang penisnya semakin cepat terayun menyodoki liang anus Roslina yang mengerang kesakitan.
“PLOKK PLOKK PLOKKKK…”
“OUHHH, Hssshhh ahhhh M-masss Awwwwww….”
Keluh kesah Roslina terdengar di antara suara benturan buah pantatnya dengan selangkangan Dadang, mirip seperti suara orang sedang merengek. Suara rengekan Roslina membuat Dadang semakin bernafsu menghentak-hentakkan batang penisnya, suara pekik Roslina membuat Dadang kesetanan menjejal-jejalkan batangnya menikmati anus Roslina yang menggigit kuat benda di selangkangannya.
“Hnnngehhhhh, M-massss, di depan aja mass…”
Roslina menarik pinggulnya hingga batang kemaluan Dadang terlepas dari jepitan liang anusnya. Mata Dadang mendelik melihat susu Roslina dan melotot tambah besar melihat belahan vagina Roslina yang dihiasi rambut-rambut tipis yang tumbuh merintis. Sebelah kaki Roslina tertekuk mengangkang dan yang satunya lagi jatuh terjuntai di pinggiran sofa
Dengan jantung yang berdetak kencang Roslina menunggu batang itu melesat dan Jrebbbb..
“Ahhhhhhhhhhhhhhhhh…. Nikmattttt….”
Tusukan – tusukan Dadang yang prima dipadu dengan goyangan vagina Roslina membuat gerakan itu tampak serasi, putih dan cantiknya wajah Roslina terlihat kontras dengan wajah Dadang yang semrawut dan acak-acakan. Tubuh Roslina terguncang oleh desakan batang Dadang yang menggenjot kuat belahan vaginanya.
“Hhhh Hhhhh Hhhhh Hhhhhh…” nafas Roslina terhembus keras setiap kali batang Dadang menyodok kasar selangkangannya yang mengangkang
Tangan Roslina memengangi perutnya yang rata karena mulai merasa kram, ia seperti sedang menahan sesuatu, dan sesuatu itu semakin sulit untuk dikendalikan ataupun untuk ditahan. Akhirnya sebuah letupan lendir kenikmatan membuat tubuh Roslina melenting nikmat, gerakan tubuhnya yang indah membuat Dadang kagum sekaligus bergairah. Dadang merasakan batang kemaluannya semakin menegang dan akhirnya Crotttttt…, menyemburlah lahar panas menyirami liang vagina Roslina. Tubuh Dadang melengkung keenakan dan ambruk menindih tubuh Roslina yang termegap kehabisan nafas, terlhat mulut Dadang melumat bibir Roslina yang memejamkan kedua matanya sambil membalas lumatan bibir Dadang, lama keduanya tertidur.
“aaa-ahhhh Mas Dadang…hoammmm”
Roslina yang masih mengantuk tampak pasrah saat Dadang menyeretnya ke bawah. Ia terlentang di bawah lantai kontrakan Dadang, kedua kakinya dicekal mengangkang ke atas oleh tangan laki-laki itu. Matanya mengerjap-ngerjap saat merasakan belahan vaginanya didesak oleh suatu benda tumpul yang hangat.
“Pleppp Pleppp Plepppp…”
Dengan santai Batang Dadang menusuk-nusuk liang vagina Roslina, buah dada Roslina terguncang mengikuti ritme tusukan batang Dadang. Roslina merasakan tubuhnya kembali menghangat, dan peluh kembali meleleh disekujur tubuhnya seiring dengan semakin kuat tubuhnya yang molek terguncang. Dengusan nafas keras terdengar mengisi kembali ruangan itu, dengan keliaran nafsu birahi Dadang melahap tubuh Roslina yang mulus, digenjotnya liang vagina gadis itu yang kewalahan menghadapi kebuasannya sebagai seorang lelaki yang tengah mencari kenikmatan.
“ahhh ahhh massss suyyahhhh crettt crettttt…,aduh-duh mass ahhh”
Rasa ngilu mulai terasa, gesekan batang kemaluan Dadang yang terlalu kuat menggenjot membuat Roslina merintih keras. Ia meringis dengan mata mendelik seolah tak percaya seberapa cepatnya batang kemaluan Dadang mengobrak-abrik kehormatannya, matanya yang indah mendelik-delik dan tubuhnya yang molek menggeliat kesana kemari karena tak tahan merasakan rasa nikmat disodok oleh batang laki-laki itu hingga akhirnya keduanya kembali mengejan nikmat, entah menuju sorga atau neraka. Roslina yang cantik menyerahkan tubuhnya yang molek di bawah gepokan uang dengan 5 angka nol, kehormatannya tunduk di bawah lembaran uang seratus ribuan, uang?? yah uang bagaikan pisau dengan dua sisi yang tajam,di satu sisi uang bisa untuk menolong manusia namun di sisi lain uang juga dapat menjerumuskan manusia, semuanya tergantung pada bagaimana cara kita menggunakannya.

1 comment: