Tuesday 21 January 2014

Vivi dan Gendruwo

Vivi, seorang ibu rumah tangga muda berusia 27 tahun, sering mengalami mimpi aneh sejak beberapa malam terakhir ini. Ia mendapati dirinya sedang berbaring dalam keadaan bugil di dalam sebuah ruangan yang gelap yang ditutupi oleh kain-kain batik. Dari dalam kegelapan muncul sesosok tubuh hitam berbulu. Lengannya panjang seperti kera. Giginya bertaring. Tingginya sebahu Vivi. Vivi ketakutan melihatnya. Mimpi yang sama terus berulang sepanjang minggu.
Minggu berikutnya mimpi-mimpi itu berlanjut. Dalam mimpi yang sekarang, entah dari mana awalnya, Vivi dan makhluk itu sudah saling bersentuhan. Vivi seolah dapat merasakan kulit makhluk itu yang tebal berkerut seperti kulit gajah. Sedikit demi sedikit perasaan takut Vivi berganti dengan suatu perasaan yang aneh. Seakan ada ikatan emosional di antara keduanya. Perasaan ingin tahu, tegang, dan iba bercampur menjadi satu. Makhluk itu tak pernah berbicara. Hanya lenguhan-lenguhan aneh seperti bayi menangis yang keluar dari mulutnya. Sentuhan dimulai dari saling menggenggam tangan dan lama-kelamaan makhluk itu mulai mendekap di dada Vivi. Secara refleks karena naluri keibuannya, Vivi membelai lembut kepala makhluk itu. Mimpi ini pun terus berulang sepanjang minggu.
Minggu berikutnya, mimpi itu berlanjut lebih jauh lagi. Kali ini dalam mimpinya mereka saling menempelkan wajah masing-masing. Entah siapa yang memulai, kedua bibir mereka saling bersentuhan. Vivi pun tak dapat mengelakkan diri dari berciuman dengan makhluk itu. Ciuman mereka berlangsung dengan hangat. Tiba-tiba mereka telah bercumbu seperti sepasang kekasih. Puncaknya, mereka pun bersetubuh. Vivi merasa puas dengan organ genital kekasih barunya yang berukuran raksasa. Paginya, ketika bangun, Vivi merasakan vaginanya basah kuyup dengan cairan kental seperti air mani. Seolah-olah mimpi yang dialaminya malam itu benar-benar nyata. Mimpi itu terus berulang pada malam-malam selanjutnya tanpa bisa ditolaknya. Vivi kebingungan menghadapi masalah ini.
Vivi mencurahkan isi hatinya kepada sahabat karibnya, Tia. Tia mengajak Vivi untuk menemui seorang paranormal kenalannya, Pujo. Pujo menghipnotis Vivi untuk mengetahui semua yang terpendam di dalam pikiran bawah sadar Vivi.
Pujo mendapatkan bahwa sekitar delapan tahun yang lalu Vivi pernah menghilang di hutan selama 10 bulan. Kejadian itu terjadi hanya sehari setelah ia menikah dengan suaminya sekarang. Ketika ditemukan kembali, ia tak bisa mengingat sama sekali apa yang terjadi. Bahkan ia tak menyadari sama sekali bahwa ia telah “menghilang” selama 10 bulan. Karena tak bisa mengungkapnya, pihak keluarga pun kemudian merahasiakan kejadian ini. Mereka menganggap seolah tak terjadi apa-apa dan berharap kejadian itu bisa dilupakan. Apalagi suami Vivi yang sangat mencintainya tetap bersedia menerima Vivi apa adanya.
Melalui penyelidikan yang berliku-liku, Pujo akhirnya mengetahui bahwa menghilangnya Vivi dahulu adalah karena diculik oleh gendruwo penunggu hutan. Gendruwo itu jatuh cinta pada Vivi dan nekat mengambilnya sebelum ia sempat menjalani malam pengantinnya.
Vivi diperistri oleh gendruwo itu sampai hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki yang juga berwujud gendruwo. Sebenarnya Vivi tidak benar-benar menjadi isteri gendruwo itu karena gendruwo itu hanya mengawininya tanpa pernah menikahinya. Kira-kira hanya seperti seorang gundik bagi tuannya. Begitu anak mereka lahir, Vivi pun dilepas oleh “suami baru”-nya kembali ke alam manusia. Sebelum itu sang suami berjanji akan mengizinkan anak mereka untuk menemui Vivi jika ia sudah cukup besar.
Saat kembali ke alam manusia, ingatan Vivi selama tinggal di alam jin telah ditutup sehingga ia tak bisa mengingat apa pun yang telah terjadi di sana. Yang ia tahu, ia sedang jalan-jalan ke hutan seusai acara pernikahannya dan tertidur. Ia ditemukan orang ketika terbangun dari tidurnya di pinggiran hutan.
Vivi pun menjalani kehidupan normalnya sebagai seorang ibu rumah tangga. Suaminya yang dahulu ternyata masih setia menunggunya dan masih sangat mencintainya. Itu sebabnya ia tak mau bertanya banyak kepada Vivi tentang apa saja yang dialaminya selama hilang di hutan. Ia hanya pasrah dan menganggap itu sebagai ujian hidup yang harus mereka hadapi.
Pujo akhirnya mengetahui bahwa gendruwo kecil yang selalu mendatangi Vivi selama sebulan terakhir dalam mimpi-mimpinya itu adalah anaknya sendiri. Ia telah dianggap cukup besar oleh bapaknya untuk pergi menemui ibunya dan melepas kerinduannya. Ia dikirim menemui Vivi dalam rangka mengajaknya kembali ke alam jin dan hidup bersama di sana untuk selama-lamanya.
Vivi terkejut mendengar itu semua. Akan tetapi lambat laun ia pun mulai bisa mengingat semua masa lalunya yang telah ditutup oleh suami gendruwonya. Ia pun menangis ketika dapat mengingat kembali semua itu. Pujo dan Tia tak dapat berbuat apa pun selain membiarkannya terus menangis dan menghiburnya.
Apa yang dikatakan Pujo ternyata benar. Esoknya, Vivi ditinggal oleh suaminya yang pergi ke luar kota selama seminggu. Ketika Vivi sedang sendirian di rumah, gendruwo kecil yang selalu mendatanginya dalam mimpinya tiap malam tiba-tiba muncul menampakkan dirinya dalam wujud fisik. Kali ini ia datang bersama gendruwo lain yang lebih besar: ayahnya, yang tak lain adalah gendruwo yang dahulu menculik Vivi dan memperistrinya.
Ayah, ibu dan anak saling melepas kerinduannya. Dari berpelukan dan berciuman, akhirnya secara alami bapak dan anak bersama-sama melucuti seluruh pakaian Vivi.
Keduanya lalu mencumbu dan menyetubuhi wanita itu. Terjadilah permainan bertiga yang ganjil dan tabu.
Kedua gendruwo itu melepaskan kerinduannya dengan menikmati tubuh Vivi selama dua hari dua malam. Selama itu pula mereka melarang Vivi untuk mengenakan pakaian apa pun untuk menutupi tubuhnya yang bugil. Selain itu, mereka pun melarang Vivi untuk mandi sehingga tubuhnya penuh dengan campuran air mani gendruwo dan anaknya sendiri serta keringat mereka bertiga. Akan tetapi Vivi seolah tak peduli lagi. Ia mengalami suatu kenikmatan badani yang tiada taranya yang tak pernah didapatkan dari suami resminya.
Akhirnya ketika bapak dan anak mengajak Vivi untuk kembali bersama mereka ke alam jin, Vivi pun tak menolaknya. Demikianlah akhirnya Vivi menghabiskan seluruh hidupnya mengabdi di sana untuk melayani kebutuhan seks gendruwo anak-beranak itu. Kadang-kadang ia pun “dipinjamkan” kepada teman-teman gendruwo dan makhluk halus yang lainnya sekedar untuk disetubuhi, atau dihamili.

No comments:

Post a Comment